Menyusuri Sejarah Yayasan Kuning Agung di Pontianak

Konten Media Partner
24 Januari 2020 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar para leluhur yang disimpan di Yayasan Kuning Agung. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Gambar para leluhur yang disimpan di Yayasan Kuning Agung. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Selain dikenal sebagai kota yang dilalui garis Khatulistiwa dan memiliki sungai terpanjang di Indonesia, yakni Sungai Kapuas, Kota Pontianak juga menyimpan tempat-tempat memiliki nilai bersejarah. Salah satu tempat bersejarah yang ada di Pontianak adalah Yayasan Kuning Agung.
ADVERTISEMENT
Yayasan atau tempat sembayang leluhur yang berada di Jalan Tanjungpura, tepatnya di belakang Pelabuhan Senghei ini telah berusia sekitar 115 tahun.
Berdasarkan catatan ringan, Syafaruddin Usman, Peminat Kajian Sejarah dan Budaya Kontemporer Kalimantan Barat, menuliskan yayasan ini didirikan khusus untuk marga Ng atau Huang.
“Yayasan Kuning Agung atau perkumpulan ini merupakan wadah berhimpun masyarakat Tionghoa bermarga Ng atau Huang dengan Ng Si Tek sebagai ketua dan berada di bawah pimpinan Yayasan Bhakti Suci,” tulisnya.
Yayasan Kuning Agung di Pontianak. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Saat Hi!Pontianak menyusuri tempat tersebut, arsitektur bangunan kuno itu masih terlihat kokoh dan terjaga keasliannya. Bangunan ini pun satu-satunya bangunan yang bentuknya berbeda dengan bentuk bangunan yayasan lain, sehingga memiliki keunikan tersendiri.
Seperti bentuk pintu yang mengadopsi dari model pintu kerajaan di negeri Tiongkok yang cukup tinggi. Bentuk tiang tengah (penyangga) dan lantai yang dimiliki masih utuh hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Saat memasuki ke dalam ruangan, pertama kali kita akan dihadapkan dengan tempat persembahan para leluhur marga Ng atau Huang. Di sana terdapat papan-papan nama yang terukir nama para leluhur terdahulu marga tersebut. Selain itu, suasana keasrian dan barang-barang kuno di yayasan ini masih terjaga dengan baik.
Vivi, salah satu administrator di Yayasan Kuning Agung mengatakan, data yang diterima pihaknya sejak 80-an marga Huang hingga saat ini sudah kurang lebih 1.000 orang yang terdaftar. Huang merupakan marga terbanyak di Pontianak, setelah Halim dan Tan.
Pengunjung mengunjungi Yayasan Kuning Agung di Pontianak. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Masuknya warga Tionghoa marga Huang ke Pontianak, menurut Vivi, bermula pada sekitar tahun 1900. Mereka bermigrasi dari Provinsi Guangdong dan Provinsi Fujian, China dengan memiliki latar belakang beragam profesi, mulai dari petani, pedagang hingga karyawan.
ADVERTISEMENT
“Mereka kemudian membentuk perkumpulan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan rasa solidaritas, terutama untuk kagiatan sosial, kemalangan seperti meninggal dunia, hingga berkreasi dalam bentuk kesenian. Dengan keanggotaan yang terus bertambah dan keinginan kuat untuk membentuk perkumpulan atau organisasi yang permanen, tahun 1910 diputuskanlah untuk membeli tanah yang sekarang menjadi Sekretariat tetap Yayasan Kuning Agung,” jelas Vivi, Jumat (24/1).
Vivi menuruturkan, dulunya tempat tersebut tidak hanya difungsikan sebagai tempat sembayang leluhur atau sebagai rumah duka bagi anggota marga mereka yang meninggal. Tetapi juga digunakan sebagai tempat perayaan malam Tahun Baru China atau Imlek.
“Dulu menjelang hari kedelapan perayaan Imlek di sini, komunitas Tionghoa yang tergabung dalam perkumpulan marga Huang, seperti biasa menyelenggarakan ritual Pai Cou secara khidmat. Ritual dimulai dengan sembahyang untuk menghormati para leluhur, terutama mengirimkan doa kepada Siau Sang Kung. Tapi sekarang sudah nggak lagi karena marga Huang sudah bertebar di mana-mana, tapi aktivitas sembayang leluhur masih dilakukan di sini,” tuturnya.
Hingga saat ini sudah 1.000 orang marga Huang yang terdaftar. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Bangunan Yayasan Kuning Agung berada di kawasan dermaga Senghie Pontianak. Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
Altar di yayasan Kuning Agung Pontianak. Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
Susunan nama leluhur di Yayasan Kuning Agung Pontianak. Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT