Konten Media Partner

Orang Tua Siswa SMAN 1 Mempawah Hilir Prihatin Kondisi Anak-anak yang Gagal SNBP

5 Februari 2025 15:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para siswa SMAN 1 Mempawah saat melakukan unjuk rasa karena gagal ikut SNBP. Foto: Muhammad Zain/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Para siswa SMAN 1 Mempawah saat melakukan unjuk rasa karena gagal ikut SNBP. Foto: Muhammad Zain/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Ratusan siswa SMAN 1 Mempawah Hilir yang gagal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) karena kelalaian pihak sekolah mengalami trauma.
ADVERTISEMENT
Satu di antara orang tua siswa, Yudi Oktavirza, sangat prihatin atas apa yang dialami anaknya begitu juga dengan teman-temannya.
Menurut Yudi, peristiwa itu berpengaruh kepada kesehatan mental anak-anak karena sudah bersungguh-sungguh mempersiapkan semuanya sejak semester pertama.
"Anak saya dan temannya masih trauma dan ini berdampak pada kesehatan mental mereka. Karena ini persiapannya buka sehari dua hari, dari kelas 1 sampai kelas 3," ungkapnya kepada Hi!Pontianak, Rabu, 5 Februari 2025.
Atas apa yang dialami anak-anak, Yudi sangat lantang bersuara pada saat audiensi dengan pihak sekolah dan unjuk rasa siswa pada Senin lalu, 3 Februari 2025.
"Saya lihat anak-anak, orang tua dan guru pada menangis semua dan luar biasa histeris karena kesehatan mental mereka terganggu. Belum lagi ada satu murid yang sudah sampai 3 hari tidak mau makan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kemudian ada seorang anak yatim piatu yang sampai ngejoki tugas orang lain supaye die bise terus bersekolah di SMA 1 dan lulus SNBP, perjuangan ini yang disie-siekan guru mereka. Itu yang saya tidak terima dan membuat saya emosi," tegasnya.
Meskipun ada yang bilang masih bisa ikut tes, menurut Yudi itu berbeda dengan bisa lulus melalui SNBP. Karena semuanya sudah dipersiapkan dari awal dengan semangat belajar, sehingga bermodalkan nilai rapor dan tanpa mengeluarkan biaya lagi untuk tes mereka bisa masuk ke kampus impiannya.
"Terutama murid yang harus ngejoki dan orang tuanya sudah tidak ada tadi. Kalau die harus ikut tes tertulis, harus bayar lagi untuk pendaftaran masuk kuliah, duit darimana. Bahkan dia sampai bilang, kalau tidak bisa ikut biarlah saya ikut bapak yang sudah mati," katanya.
ADVERTISEMENT
"Kalau tidak terus disuarakan tidak akan jadi viral permasalahan ini. Di Kementerian ini harus tau permasalahannya," lanjut Yudi.
Sementara untuk anaknya sendiri yang mendambakan kuliah di Universitas Airlangga, Yudi mengatakan hanya bisa berikhtiar dan berdoa semoga cita-citanya tercapai.
"Kita masih tetap optimis. Selain ikhtiar secara duniawi kita juga ikhtiar langit, kami selaku orang tua mendoakan terus di sepertiga malam supaya apa yang dicita-citakannya tercapai. Kita orang tua hanya berharap dan berdoa, tentu Allah punya yang terbaik untuknya," harapnya.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 113 siswa-siswi SMAN 1 Mempawah Hilir gagal mendapatkan kesempatan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tanpa melalui tes atau jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Merasa sangat kecewa, ratusan siswa-siswi tersebut menggelar aksi unjuk rasa di sekolah mereka pada Senin pagi, 3 Februari 2025. Orang tua mereka juga turut hadir untuk melakukan mediasi dengan pihak sekolah
ADVERTISEMENT