Konten Media Partner

Orang Utan Rehabilitasi Melahirkan di Kalbar, Menteri LHK Beri Nama 'Sinar'

22 April 2020 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Susi dan Sinar tengah bermain bersama di habitanya di Gunung Tarak. Foto: Dok IAR Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Susi dan Sinar tengah bermain bersama di habitanya di Gunung Tarak. Foto: Dok IAR Indonesia
Hi!Pontianak - Kabar gembira datang dari Taman Nasional (TN) Gunung Palung dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Orang utan hasil rehabilitasi, bernama Susi, telah melahirkan bayi orang utan, pada awal Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, memberikan nama untuk bayi orang utan ini, Sinar.
Sinar merupakan orang utan berjenis kelamin betina. Ia merupakan bayi orang utan kedua yang lahir di Gunung Tarak. Kawasan ini merupakan hutan penyangga yang berbatasan langsung dengan wilayah TN Gunung Palung.
Susi diketahui berhasil melahirkan Sinar pada awal Maret 2020 di habitanya, di Gunung Tarak. Foto: Dok IAR Indonesia
Kelahiran bayi orang utan Susi ini, pertama kali diketahui oleh tim monitoring International Animal Rescue (IAR) Indonesia, yang telah memantau perkembangan Susi di habitat alaminya, selama empat tahun terakhir. 
Berdasarkan pantauan dokter hewan di lapangan, Sinar menunjukkan kondisi yang sehat dan aktif, dengan menyusu pada induknya. Susi juga menunjukan afeksi dan perhatiannya dengan menyusui anaknya dengan baik.
Orang utan Susi sebelumnya merupakan orang utan peliharaan yang berhasil diselamatkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama IAR Indonesia di Pontianak pada 30 Juli 2011.
ADVERTISEMENT
Susi menggendong Sinar di habitanya di Gunung Tarak. Foto: Dok IAR Indonesia
Kondisi Susi cukup memperihatinkan pada saat diselamatkan. Rantai yang terpasang di leher selama bertahun-tahun oleh pemiliknya, telah menyebabkan luka infeksi terbuka, bernanah, dan mengeluarkan bau tak sedap. Bahkan setelah diperiksa terdapat karet yang tertanam di kulit lehernya.
Setelah melalui masa rehabilitasi yang cukup panjang, Susi dilepasliarkan di hutan lindung Gunung Tarak, pada 20 Mei 2016, lokasi yang berbatasan langsung dengan area TN Gunung Palung. 
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian LHK, Wiratno, menyatakan, keberhasilan pelepasliaran orang utan hasil rehabilitasi ini merupakan salah satu bukti kekuatan kerjasama antar stakeholder konservasi orang utan yang ada di Kalimantan Barat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, masyarakat, juga LSM.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Susi merupakan peliharaan warga Pontianak. Saat diselamatkan, kondisinya memprihatinkan. Lehernya luka akibat rantai yang menjeratnya. Foto: Dok IAR Indonesia
Wiratno menambahkan, orang utan merupakan spesies “payung” dalam sebuah ekosistem, yang memiliki peran besar dalam menjaga ekosistem secara luas. Hal tersebut dikarenakan daya jelajah orang utan luas dan berdampak positif terhadap kelestarian ekologi yang ada di lokasi tempat hidupnya, dengan menyebar biji ke wilayah hutan.
Kepala Balai TN Gunung Palung, Ari Wibawanto dalam kesempatan yang sama memberikan keterangan bahwa, kawasan hutan lindung Gunung Tarak yang berbatasan langsung dengan TN Gunung Palung ini juga berperan penting dalam keberhasilan kelahiran ini, diantaranya adalah faktor keamanan kawasannya.
"Kawasan lindung Gunung Tarak ini mempunyai jenis pakan orang utan yang melimpah, hal tersebut mempunyai andil besar untuk mendukung keberlangsungan hidup orang utan yang dilepasliarkan di sana,” jelas Ari.
ADVERTISEMENT
Direktur Program IAR Indonesia, drh. Karmele l. Sanchez menceritakan bahwa dirinya tidak pernah akan lupa ketika dia harus membuka rantai dari leher Susi.
"Kami sangat sedih melihatnya, namun sekarang rasanya sangat menggembirakan melihat orang utan yang dulunya hidup terkekang dan menderita, kini bisa hidup dengan bebas dan bahkan mampu berkembang biak di habitat aslinya," ungkap Karmele.
Karmele menambahkan bahwa, selama menjalani perawatan dan rehabilitasi, kondisi Susi makin membaik, tidak hanya fisik tapi juga mental. Susi juga terbukti mampu beradaptasi dan menjadi orang utan sejati di rumah barunya di Gunung Tarak.