Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Pelajar di Pontianak Lestarikan Permainan Meriam Karbit
22 Oktober 2019 19:56 WIB
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Jelang hari jadi Ke-248 Kota Pontianak, para pemuda di bantaran Sungai Kapuas melestarikan permainan tradisional meriam karbit. Ini merupakan permainan rakyat yang terus dilestarikan oleh masyarakat Pontianak, karena dipercaya sebagai simbol cikal bakal berdirinya Kota Pontianak.
ADVERTISEMENT
Pelestarian permaianan rakyat tersebut dilakukan dengan menggelar festival meriam karbit, di bantaran Sungai Kapuas, Jalan Yusuf Karim Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Kalimantan Barat, yang dibuka Selasa, (22/10). Pesertanya adalah generasi milenial, terutama pelajar SMA/SMK di Kota Pontianak.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak, Syarif Saleh, mengapresiasi digelarnya festival meriam karbit bagi para pelajar SMA sederajat. Menurutnya, meriam karbit sebagai bagian dari kebudayaan yang dimiliki Kota Pontianak, harus selalu diingat dan dikenal oleh masyarakat. "Para pelajar juga harus tahu bagaimana sejarah meriam karbit dan seperti apa permainan meriam karbit itu," ungkapnya.
Terlebih, kata dia, kemunculan meriam karbit ini merupakan cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Sebagai upaya pelestarian budaya, maka setiap memperingati Hari Jadi Kota Pontianak dan menyambut Hari Raya Idul Fitri digelar Festival Meriam Karbit. Dirinya berharap festival serupa terus digelar setiap tahun. "Diharapkan semakin banyak pelajar yang ikut serta dalam festival ini, supaya mereka mengenal budaya daerahnya," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara, Salman B, menjelaskan, Festival Meriam Karbit Tingkat Pelajar ini rutin digelar setiap tahun memperingati Hari Jadi Kota Pontianak. Festival ini sudah ada sejak tahun 2009.
"Sengaja kita peruntukkan bagi para pelajar agar ada regenerasi pemain meriam karbit sehingga permainan ini terus berlanjut," jelasnya.
Sebagian besar komunitas pemain meriam karbit berada di wilayah Pontianak Timur, Selatan, dan Tenggara, terutama mereka yang bermukim di pinggiran Sungai Kapuas. Permainan tradisional yang sudah lama ada ini merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Pontianak. "Kalau ini tidak kita lestarikan, saya khawatir lambat laun akan punah," ucap Salman.
Dedi Santoso, satu diantara juri dalam Festival Meriam Karbit Tingkat SMA, menerangkan, ada beberapa kriteria penilaian. Pertama, penampilan para peserta mengenakan pakaian telok belanga disesuaikan dengan Hari Jadi Kota Pontianak. Kedua, kekompakkan tim, mulai dari menyiapkan bahan untuk membunyikan meriam hingga saat menyulut meriam. Ketiga, bunyi meriam dentumannya harus keras dan lantang. Keempat adalah irama dentuman meriam. Irama ini kaitannya dengan seni membunyikan meriam karbit. "Bagaimana mereka mengatur ritme antara bunyi meriam yang satu dengan yang lainnya," terangnya.
ADVERTISEMENT
Pada festival tahun ini, Dedi berkata, ada tujuh tim atau kelompok yang berasal dari SMA sederajat yang ada di Kota Pontianak. Dalam sebuah tim terdiri dari lima orang. "Sebelum menyulut, setiap peserta mempersiapkan bahan untuk membunyikan meriam. Mulai dari mengisi air, memasukkan karbit, menutup lubang agar karbit mencapai titik didih tertentu," pungkasnya.