Konten Media Partner

Pengakuan Penumpang Pesawat yang Positif Corona dan Pakai Surat Swab Palsu

25 Juni 2021 20:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:06 WIB
Dua warga Mempawah saat dikarantina di Upelkes Pontianak. Keduanya masuk ke Pontianak melalui jalur udara dengan membawa surat swab palsu. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Dua warga Mempawah saat dikarantina di Upelkes Pontianak. Keduanya masuk ke Pontianak melalui jalur udara dengan membawa surat swab palsu. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Dua warga Mempawah yang positif corona, dan membawa surat swab palsu yang menyatakan dirinya negatif COVID-19 ke Kalbar, mengaku ia ditawari oleh oknum atau calo di terminal bus, dengan harga Rp 700 ribu, di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Ro, salah seorang penumpang maskapai Lion Air yang positif corona ini, kepada Hi!Pontianak mengatakan, oktnum tersebut memiliki klinik dan menjual dokumen swab PCR negatif tanpa diswab.
Dalam pengakuannya, pada saat di terminal bus, ia meminta di antarkan ke klinik untuk melakukan swab PCR. Namun ada beberapa oknum yang menawarkan jasa pemalsuan surat tersebut.
“Satu minggu di Jawa, setelah pulang, kita mampir ke Pasuruan. Sudah beli tiket. Ternyata informasinya di Surabaya ada klinik yang bisa mengeluarkan swab PCR. Awalnya kita mau pesan di Madura, gak ada. Ketika saya pesan di Jawa, saya tanya orang travel, ada oknum yang menawarkan tanpa dites. Saya tanya, dijamin gak keamanannya, karena sebelum-sebelumnya ada,” kata Ro, Jumat, 25 Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan, bahwa ia bersama tiga rekannya (2 orang di antaranya positif), sebelumnya melakukan tawar-menawar dengan harga yang cukup tinggi. Namun akhirnya oknum tersebut memberikannya tarif Rp 700 ribu per orangnya.
“Kemarin kita dikenakan tarif Rp 800 ribu, cuma kita bertiga, kita tawar-menawar. Akhirnya kita minta Rp 2 juta, karena barang itu sudah dicetak. Saya gak mau itu, karena yang namanya tanpa diteskan biasanya murah, lalu dia minta Rp 100 ribu lagi, akhirnya jumlahnya Rp 2,1 juta,” paparnya.
Ternyata, kata Ro, tak jarang oknum-oknum yang menjual dokumen palsu tersebut menawatkan di tempat-tempat travel atau bandara keberangkatan. Tak memakan waktu lama, surat tersebut langsung jadi dalam waktu 2 jam.
“Kita ketemu langsung. Di terminal ketemu, saya dari Pasuruan. Kita nunggu 2 jam kira-kira, sampai surat itu jadi. Sebelumnya saya minta antarkan ke klinik, rupanya ada yang nawarkan (swab PCR tanpa tes),” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Swab PCR-nya kok janggal. Biasanya kalau kita dari Jawa Timur, yang keluarkan dari Jawa Timur, kok ini yang ngeluarkan Kalbar. Saya tanya, aman gak? Dia jawab aman. 'Kalau gak percaya, coba masuk. Ketika saya mau check in, divalidasi, ternyata aman,” lanjutnya.
Ia mengaku menyesal dan mengakui keteledorannya terkait dokumen pemeriksaan swab PCR tersebut. Ia juga berharap agar kedepannya oknum-oknum seperti itu dapat ditindak dengan tegas.
“Pertama kali saya was-was. Kita sudah terlanjur bayar, kita was-was, kita takut tiket hangus. Menyesal dan saya mengakui keteledoran saya. Sudah jatuh, ketimpa tangga pula. Di sini diswab PCR, kita pun kaget juga dibilang positif. Pas sampe rumah, saya demam. Di sana (Jawa Timur) biasa saja. Setelah sampai rumah, langsung demam,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Rodan satu orang rekannya, kini telah diisolasi di Upelkes Pontianak. Sebelumnya ia sempat pulang ke Mempawah, dan dijemput oleh Satgas COVID-19 untuk dilakukan isolasi.