Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Penjelasan Keluarga soal Pria yang Tinggal dalam Gubuk di Hutan Sekadau, Kalbar
15 Februari 2020 21:21 WIB
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Keluarga Abang Sehansyah membantah jika menelantarkan pria yang akrab disapa Ayi Lolong itu. Hal ini menyusul informasi yang menyebutkan jika Ayi Lolong hidup sebatang kara dan tinggal di gubuk yang berada di tengah hutan, tepatnya di Desa Peniti, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau, Kalbar.
ADVERTISEMENT
Dayang Seniyah (63), adik kandung Ayi Lolong memang membenarkan kakaknya itu tinggal di gubuk dalam hutan. Namun, kata dia, bukan berarti selama ini pihak keluarga membiarkannya tanpa berusaha memberikan tempat yang layak.
“Dia (Ayi Lolong, red) tinggal di hutan, dia sendiri yang mau. Dibawa ke rumah ndak mau, di kasih tempat tidur yang layak, dia yang tidak mau,” kata Seniyah ditemui di kediamannya, Sabtu malam (15/2).
Ia mengungkapkan, jika abang kandungnya itu memang memiliki masalah kejiwaan. Sejak awal, kata dia, Ayi Lolong sering berpindah-pindah tempat dan tidak mau tinggal di rumah. Bahkan, pihak keluarga berupaya memberikan tempat yang layak untuk ditinggali.
Lagi-lagi usaha pihak keluarga sia-sia. Ayi Lolong lebih memilih tinggal di tengah hutan yang sunyi dan jauh dari keramaian.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah beli tempat untuk dia tidur. Dia bilang ndak mau, gatal. Saya sampai nangis kenapa dia begitu. Biasa dia ke rumah makan, habis itu pergi lagi. Dia memang suka berjalan dan diam di hutan. Alat-alat yang ada di pondoknya di hutan itu dibawa dari rumah,” ungkap Seniyah.
“Long jangan lah diam di hutan. Lolong tinggal dengan aku, tidak ada kawan aku di rumah. Laki-laki ndak ada, rumah pun jauh dari orang. Anak-anak kerja. Dia bilang, apa aku tinggal di sini? Aku pandai buat pondok sendiri,” ucap Seniyah menirukan percakapannya dengan Ayi Lolong.
Bujukan keluarga agar Ayi Lolong tinggal di tempat yang layak tidak digubris. Apalagi dengan masalah kejiwaan yang dialami Ayi Lolong sejak lama.
Seniyah mengaku, pihak keluarga telah berupaya untuk mengobatinya. Hanya saja, tawaran itu selalu ditolak. “Dia biasa malam Jumat tidak tidur. Ngomong sendiri. Ada gangguan jiwa, itu memang sudah ada sekitar 20-an tahun. Ngomongnya juga suka ngelantur,” bebernya.
ADVERTISEMENT
“Jadi tidak benar kalau keluarga menelantarkan dia. Setiap minggu ongkos diberi, beras di beli, lauk dibagi. Ibu sering beli rokok ke dia. Ibu makan sedikit saja teringat dia, sampai nangis ibu. Tapi dia tidak mau diberikan tempat yang layak,” timpalnya.
Sementara itu, Gusti Sahrani (40) yang merupakan keponakan Ayi Lolong sempat menunjukan langsung pondok yang telah dibangun untuk pamannya tersebut. Lokasinya pun tidak jauh dari tempat tinggal Seniyah.
“Ini pondoknya dibangun, dibantu oleh bos saya. Biar paman saya bisa tinggal di sini. Dia sendiri (paman, red) yang menunjukan tempatnya. Sekali sudah dibuat dia ndak mau tinggal di situ. Cuma ndak tahu apa alasannya dia ndak mau tinggal di sini,” ungkap Sahrani.
ADVERTISEMENT
Padahal, kata dia, bosnya telah memberikan perhatian untuk membantu keluarganya. Tak hanya itu, kata dia, sebelum itu pihak keluarga pun telah membangun pondok yang layak untuk tempat tinggal Ayi Lolong. Lagi-lagi dia enggan menempatinya. “Sulit kami ngomongnya. Dia yang tidak mau diberi tempat yang layak,” tuturnya.