Penyelundupan Satwa Kalbar ke Vietnam, Diduga untuk Perusahaan Farmasi Asing

Konten Media Partner
16 Februari 2023 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BKSDA Wilayah Kalimantan Barat, Wiwied Widodo. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKSDA Wilayah Kalimantan Barat, Wiwied Widodo. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kepala BKSDA Wilayah Kalimantan Barat, Wiwied Widodo, menduga penyelundupan terhadap 36 ekor satwa liar dilindungi yang akan dikirim ke Vietnam, ini digunakan untuk pengembangan obat-obatan.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, maraknya penyelundupan satwa dilindungi ini mengarah pada penggunaan pengembangan obat-obatan. Widodo mengatakan, semua yang terkandung dalam satwa liar ini di antaranya memiliki fungsi penting untuk obat-obatan.
“Namanya Bioprospecting, ini dari setiap darah selalu punya unsur pengembangan genetik untuk obat-obatan. Di kita Indonesia banyak yang belum tahu, tapi di luar negeri banyak sudah dikembangkan,” terang Widodo, Rabu, 15 Februari 2023.
Primata Indonesia, khususnya di Kalbar, kata Widodo, itu salah satunya trenggiling, hingga orangutan. Dia mengatakan, satwa dilindungi itu memiliki bermacam-macam jenis. Bahkan ada yang sudah mempunyai kandungan antivirus ebola.
“Yang ngejar banyak. Melalui siapa? Yang terdekat, seperti industri farmasi. Primata bekantan saya yakini indikasinya bukan sekadar dipelihara di Vietnam. Kalau eksotik orangutan, bekantan kayaknya ada sesuatu, dan saya meyakini ada indikasi pencurian bioprospecting,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Diketahui, bioprespecting adalah eksplorasi senyawa kimia baru dari makhluk hidup di alam, untuk selanjutnya melalui screening akitivitas biologinya, dan diusulkan sebagai kandidat bahan farmasi.
Dari 36 ekor satwa dilindungi ini, terdapat 16 ekor Bekantan, 10 ekor Burung Kakak Tua Maluku, 3 ekor Burung Kakak Tua Koki, 3 ekor Burung Kakak Tua Putih, 3 ekor Burung Kakak Tua Jambul Kuning, dan 1 ekor Burung Kakak Tua Raja.
“Terhadap 16 bekantan Kalbar ini sudah kita lakukan pelepasliaran, 20 jenis burung ini kemarin kita sampaikan mohon bantuan untuk bisa dilakukan pengembangan karena 20 jenis barang bukti berupa burung ini tidak ada di Kalbar dan berasl dari Indonesia Timur. Artinya kalau ini terjadi 1-2 kali berarti ada pengepul di Kalbar. Diyakini untuk kegiatan bioprespecting,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
16 bekantan tersebut diambil dari sebuah pulau di daerah Wajok, di sebuah pulau kecil yang terdapat pohon mangrove. Dari 16 bekantan ini 7 di antaranya mati, 1 stres berat karena terlepas dari induknya.
“Stres tinggi dia, dia ini berkoloni tidak bisa berkenalan dengan induk lain. Ada yang ditangkap di kapal (mati), ada yang mati pada saat direhabilitasi, mereka tidak bisa survive,” imbuhnya.
Pihaknya juga akan terus melakukan pengembangan terkait komplotan penangkap satwa dilindungi ini, pasalnya kata dia, satwa-satwa tersebut tidak dapat ditangkap oleh sembarang orang. Hanya orang-orang yang berpengalaman dan mengerti karakter satwa tersebut yang dapat menangkapnya.
“Kelompok penangkap pasti orang sini orang yang ngerti banget perilaku bekantan. Ini satu rangkaian ekosistem, bekantan ditangkap tidak mungkin dengan jaring tapi sekitar pohonnya akan dimusnahkan. Mereka 1 tim bisa 11-12 orang, pasti diamati dulu, lompatan pohon untuk bekantan, begitu pohon didapat dia potong semua bagian,” ungkap Widodo.
ADVERTISEMENT
“1-2 orang dari rombongan dia akan naik ke atas, kalau kita lihat pasti yang ditangkap remaja dan anakan. Satwa mana yang sangat melindungi anaknya? Primata. Artinya yang mereka peroleh anaknya dengan cara mematikan induknya, itu sadis. Kurang kalau 5 tahun penjara,” tukasnya.