Populasi Kantong Semar Langka di Gunung Kelam Kritis karena Diburu

Konten Media Partner
19 September 2019 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jejak penjarahan kantong semar di Gunung Kelam. Foto: Gustamansyah/BKSDA Kabar SKW II Sintang
zoom-in-whitePerbesar
Jejak penjarahan kantong semar di Gunung Kelam. Foto: Gustamansyah/BKSDA Kabar SKW II Sintang
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Populasi kantong semar (nepenthes clipeata) di Gunung Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, semakin memprihatinkan. Tumbuhan endemik yang hanya tumbuh di atas batu monolit terbesar di dunia ini, semakin sulit ditemukan. Bahkan, masuk dalam kategori kritis.
ADVERTISEMENT
"Sangat sulit menjumpai tumbuhan ini di habitat alaminya. Populasinya terus berkurang, akibat penjarahan," kata Gustamansyah, Tenaga Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar, Seksi Wilayah II Sintang, kepada Hi!Pontianak, Kamis (19/9).
Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh tim pengendali ekosistem hutan pada Agustus 2019, ditemukan bekas penjarahan yang dilakukan oleh pemburu tanaman hias. Di jejak itu ditemukan kantong semar di permukaan batu, dengan kondisi daun mengering dan dipastikan mati. Ditemukan pula plastik terserak di antara tumbuhan unik yang mulai mengering tersebut.
"Diduga kuat, ada pemburu yang berniat memindahkan tumbuhan itu dari tempat asalnya," kata Gustaman.
Tumbuhan kantong semar di Gunung Kelam, Sintang, ditemukan sudah mengering. Foto: Gustamansyah/BKSDA Kabar SKW II Sintang
Dugaan Gustaman cukup beralasan. Sebab, kantong semar jenis nephenthes clipeata ini lokasi tumbuhnya sangat spesial. Tidak sembarang tempat. Tumbuhnya hanya pada sisi tebing vertikal, di ketinggian 600-800 MDPL
ADVERTISEMENT
Gustaman menyebut, perambahan kantong semar endemik yang hanya tumbuh di Gunung Kelam itu, dalam skala besar. “Dilihat dari bekasnya, perambahan dalam skala besar. Satu hamparan hilang. Padahal, tahun kemarin, di titik itu, ada populasinya. Setelah kami cek lagi, sudah hilang,” ujar Gustaman.
Soal siapa yang merambah, Gustaman mengaku belum mengetahuinya. Hanya saja, dia menduga, perambah merupakan orang terlatih dan profesional. “Dugaan kami orang yang mengambil itu profesional. Karena lokasi tumbuhan itu berada pada tempat yang ekstrem. Butuh nyali dan peralatan khusus,” ucap Gustaman.
Tim pengendali ekosistem melakukan pemantauan populasi kantong semar di Gunung Kelam. Foto: Gustamansyah/BKSDA Kabar SKW II Sintang
Selain berkurang karena dicuri, musibah kebakaran pada akhir dekade 90-an silam, juga turut andil besar melenyapkan sebagian besar populasi kantong semar di Gunung Kelam. Sebelum musibah itu terjadi, tumbuhan yang kini terancam punah itu mudah dijumpai, karena tumbuh merata di ketinggian 600 meter.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah peristiwa kebakaran itu, sebaran nephenthes clipeata hanya dijumpai pada lokasi tertentu, terutama pada lokasi yang selamat dari kebakaran. “Akibat kebakaran itu, populasi sangat jauh berkurang. Dulu tumbuhan ini masih bisa dijumpai di jalur pendakian. Sekarang, tidak ada lagi,” kata Gustaman.
Menurut Gustaman, tumbuh kembang kantong semar langka ini sangat susah. Setahun sekali belum tentu tumbuh. Semua itu tergantung sebaran bunga jantan dan betina.
Tim penyelamat melakukan pemantauan kantong semar di gunung Kelam, Sintang. Foto: Gustamansyah/BKSDA Kabar SKW II Sintang
Kini, kantong semar langka ini masuk daftar Red List--jenis tumbuhan yang paling terancam punah—menurut International Union for Conservations of Nature (IUCN). “Jika sudah punah, semuanya rugi. Dunia juga rugi, kehilangan satu jenis keragaman hayati,” jelas Gustaman.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah II Sintang, Bharata Sibarani, menegaskan guna mencegah perambahan, pihaknya sudah berupaya memberikan penyuluhan kepada masyarakat kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Kelam, untuk mengajak dan ikut serta menjaga kawasan serta tumbuhan endemik yang dimiliki Kabupaten Sintang, dan satunya-satunya di dunia tersebut.
ADVERTISEMENT
“Ke depannya BKSDA Kalimantan Barat akan melakukan pembatasan dan pengawasan untuk pengunjung yang akan mendaki Bukit Kelam, di mana pengawasan tersebut akan dilakukan bersama dengan masyarakat,” jelasnya. (hp9)