Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hi!Pontinak - Rambut gondrong biasanya identik dengan mahasiswa yang masih aktif dalam masa perkuliahan, atau bahkan beberapa mahasiswa tingkat akhir memilih untuk memanjangkan rambutnya.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa selalu dianggap sebagai kelompok masyarakat yang membawa perubahan. Salah satu cirinya adalah kemampuan mereka berfikir sendiri dan memutuskan semua hal tentang dirinya atau kehidupannya, termasuk dalam potongan rambut yang mereka pilih.
Arief Wicaksono, salah satu mahasiswa gondrong dari FISIP Universitas Tanjungpura Pontianak, mengatakan memiliki kesenangan dan kebebasan diri, ketika membiarkan rambutnya panjang. "Aku gondong karena pingin tampil beda, apalagi rambut akukan kembang dan keriting, berasa keren aja. Terus sebagai bentuk ekspresi kebebasan diri aku aja," ungkap Arief.
Sosiolog Universitas Tanjungpura, Viza Julian, mengatakan, fenomena rambut gondrong di kalangan mahasiswa tersebut membudaya karena dua hal, yaitu fungsi dan simbol yang dibawanya. Fenomena rambut gondrong dikalangan mahasiswa muncul diakibatkan pesan yang dibawa oleh simbol itu.
ADVERTISEMENT
Viza memaparkan, membiarkan rambut menjadi gondrong, seringkali menjadi bentuk pernyataan sikap akan kebebasan berkehendak saat itu. Bagi mahasiswa berambut gondrong, menjadi salah bentuk implementasi.
Sedangkan rambut pendek dianggap sejalan dengan hal ini, rambut pendek mewakili masyarakat birokratif dan efisien, karena cenderung dianggap lebih rapi dibandingkan rambut panjang atau gondrong. Hal tersebut biasanya terjadi pada kampus-kampus yang berhubungan dengan pendidikan dan birokrasi.
"Ini mendorong sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia (terutama) menjadikan rambut pendek sebagai bagian dari peraturannya. Secara perlahan anggapan bahwa rambut pendek adalah gaya yang dianggap baik makin melekat di tengah masyarakat," ungkap Viza, kepada Hi!Pontianak, Selasa (2/7).
Biasanya, beberapa kampus melarang mahasiswa berambut gondrong, seringkali karena alasan kerapian, simbolisasi keteraturan, dan mempersiapkan mahasiswa pascakelulusan mereka agar mudah untuk masuk ke dunia kerja, yang selama ini sering diidentikkan dengan birokrasi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, banyak mahasiswa melanggar aturan tersebut sebagai simbolisasi kebebasan berkehendak, yang mereka anggap bagian dari karakter mahasiswa atau pemuda.
Dalam hal pengajaran, beberapa dosen di kampus ada yang menyayangkan hal tersebut, dan ada pula yang mengizinkan, namun dengan ketentuan tertentu, seperti mengikat rambut gondrongnya dengan rapi saat belajar. Namun tentunya tidak semua kampus memiliki fenomena tersebut, tergantung dari karakter atau peraturan awal pada kampus tersebut. (Hp8)