Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Sambal Jambal Kreasikan Cincalok, Makanan Khas Kalimantan Barat
3 Juli 2019 12:34 WIB
![Cincalok. Foto: @sambaljambal](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1562131593/yk0k1t7ngoxsfxizer3g.jpg)
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Berawal dari kebiasaan orang tua zaman dulu yang lebih memilih membuat jenis makanan yang tahan lama, agar di meja makan selalu tersaji lauk pauk yang siap disantap untuk keluarga. Karena hal itu, muncul sebuah makanan khas dari daerah pedalaman Kalimantan Barat, yang difermentasikan dengan sempurna dan memiliki cita rasa yang khas.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Kota Pontianak menyebutnya Cincalok, sedangkan masyarakat pesisir memiliki sebutan berbeda, Peda' atau Bubuk. Cincalok berbahan dasar dari udang rebon yang biasa ditemukan di pinggiran pantai. Seiring waktu, Cincalok juga tersebar ke daerah Riau hingga pulau Sumatera.
Cincalok merupakan kuliner khas yang memiliki cita rasa asam, asin dan pedas. Berasal dari udang rebon yang dibersihkan, lalu difermentasi menggunakan garam dan gula. Ketika proses fermentasi dilakukan dengan sempurna, rasa dari cincalok akan dominan asin dan gurih.
Yang menjadi menarik, ternyata ada sebuah rumah makan di Kota Pontianak yang menyajikan Cincalok dengan cita rasa yang dapat diterima oleh lidah para milenial. Sambal Jambal, sebuah rumah makan di Kota Pontianak yang menyediakan menu Cincalok dengan mengubah rasa asin dan amis menjadi lebih sederhana agar dapat dimakan oleh semua kalangan.
ADVERTISEMENT
Septian, pemilik rumah makan tersebut mengatakan, dirinya mencoba untuk mengkreasikan cita rasa Cincalok. "Kalau orang yang terbiasa makan Cincalok, mereka akan bilang Cincalok rumah makan Sambal Jambal itu bukan Cincalok yang sebenarnya. Tapi Sambal Jambal mencoba agar makanan kampung khas daerah kita nih tidak punah, dan bisa dapat diterima di lidah anak-anak milenial, yang bahkan banyak tidak tau Cincalok itu apa. Sehingga kesan asam, asin yang melekat di cincalok itu hilang, dan semua orang jadi bisa makan," ungkap Septian, kepada Hi!Pontianak, Rabu (3/7).
Septian mengatakan Cincalok sendiri memiliki warna-warna yang berbeda dari setiap daerah di Kalimantan Barat, hal tersebut tergantung dari kearifan lokal masing-masing daerah. Hingga saat ini, Septian masih terus mencari makanan khas fermentasi yang dapat diolah, agar makanan kampung di daerah Kalimantan Barat tetap terus ada dan mudah ditemukan. (hp8)
ADVERTISEMENT