Satu Lagi Nakes Pontianak Meninggal Karena Kelelahan Merawat Pasien COVID-19

Konten Media Partner
25 Juni 2021 12:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Senin (14/6/2021).  Foto: Adeng Bustomi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Senin (14/6/2021). Foto: Adeng Bustomi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Tenaga kesehatan Kota Pontianak yang merawat pasien COVID-19 kembali berguguran. Kali ini salah seorang perawat di rumah sakit Sultan Syarif Mohamad Alkadrie, meninggal dunia pada Selasa, 22 Juni 2021.
ADVERTISEMENT
“Saya menyampaikan rasa duka cita yang mendalam terhadap meninggalnya tenaga kesehatan, sebagai garda terdepan, dalam pelayanan pasien yang terpapar virus corona,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson, pada Jumat, 25 Juni 2021.
Harisson mengatakan, bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan pelaksanaan perlindungan diri pada nakes dari risiko terpapar infeksi menjadi tidak efektif. Di antaranya karena faktor nakes kelelahan, beban kerja yang tinggi, sehubungan dengan meningkatnya jumlah pasien yang ditangani.
“Salah satu faktor ini, misalnya karena kelelahan, yang menyebabkan pelaksanaan secara ketat dan disiplin SOP perlindungan diri dari terpapar infeksi menjadi terabaikan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, untuk tenaga kesehatan dan tenaga penunjang yang berhubungan langsung dengan pelayanan pasien COVID-19 sudah ada standarnya, SOP, dan permenkes nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasyankes, lalu dibuat lagi penjabaran dan SOP tentang pelaksanaanya baik oleh kemenkes maupun oleh organisasi profesi masing-masing.
ADVERTISEMENT
“Setiap tenaga kesehatan dan manajemen Fasyankes sebenarnya telah memahami bagaimana pencegahan terhadap paparan infeksi. Kewaspadaan standar, antar lain kebersihan tangan, penggunaan APD, dekontaminasi peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah, penempatan pasien dan lain-lain,” paparnya.
Untuk peralatan APD sendiri Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit selalu menyediakan, Harisson mengatakan tak seperti di awal pandemi dimana kita kesusahan mencari APD.
“Misalnya masker, sarung tangan, maupun baju hazmat. Sekarang ini sudah banyak tersedia APD baik bantuan dari Kemenkes maupun yang disediakan oleh pemerintah daerah,” imbuhnya.