Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten Media Partner
Sekolah Baru Belum Punya Penampung Sampah
21 Februari 2019 10:56 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT

Hi!Pontianak - 21 Februari, diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Bukan tanpa alasan kenapa hari tersebut yang dipilih diantara 364 hari yang lain. Hari Peduli Sampah Nasional dipicu oleh tragedi longsornya sampah di TPU Leuwigajah pada tanggal 21 Februari 2005 yang menelan banyak korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Sudah 14 tahun tragedi ini terjadi, pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan besar hingga saat ini. Masih banyak kita lihat masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya dan ada juga dengan membakar sampah.
Beberapa masyarakat memilih untuk membakar sampah, karena masih dianggap solusi praktis nan cepat, guna menghilangkan tumpukan sampah. Padahal membakar sampah punya dampak yang buruk bagi kesehatan. Hasil pembakaran sampah bisa jadi polusi yang berbahaya jika dihirup manusia maupun hewan. Tak hanya itu, hasil pembakaran berupa abu yang berasal dari plastik berbahan kimia bisa saja menempel pada pohon maupun buah yang ada di sekitarnya, dampaknya tentu tak baik bagi kesehatan.
Hi!Pontianak menemukan seorang warga yang memilih membakar tumpukan sampah di sebuah sekolah dasar di Pontianak. Tetapi pria yang kerap dipanggil Us ini punya alasan tersendiri mengapa membakar sampah-sampah tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya saya tak mau membakar sampah, namun karena sampah ini adanya tiap hari saya seperti tidak punya pilihan lain, kalau dibiarkan akan semakin menumpuk," ungkap penjaga kebersihan di salah satu Sekolah Dasar Kota Pontianak ini.
Ditemui Tim Hi!Pontianak, Selasa (19/2) Pria yang berusia lebih dari setengah abad ini menambahkan, tidak adanya ruang untuk menampung sampah juga menjadi alasan terbesarnya membakar sampah yang ada di sekolah ini.
"Sekolah ini baru saja selesai di renovasi, belum ada ruang untuk menampung sampah, sedangkan anak-anak sekolah jajan ini itu setiap hari. Plastik dan sisa jajanan anak-anak SD ini akan menumpuk dan akan lebih susah mengurusnya kalau sudah terlalu banyak,” katanya.
Minimnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang disiapkan untuk sekolah membuat Us tak bisa berbuat banyak meski ia mengakui bahwa tindakan membakar sampah ini bisa saja berdampak buruk bagi lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
"Jika ada tempat dan sarana, tentu saya tidak akan melakukan tindakan ini," ujar Us.
Us pun berharap kedepannya pengelolaan sampah di Pontianak akan menjadi lebih baik lagi. (hp5)