Konten Media Partner

Seniman Musik asal Pontianak Lestarikan Alat Musik Khas Dayak yang Hampir Punah

25 September 2020 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat musik tradisional Dayak, Kaldii'. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Alat musik tradisional Dayak, Kaldii'. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Nursalim Yadi Anugerah, seniman musik asal Pontianak membuat 'Lawing' menggunakan alat musik Kaldii'.
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Baru-baru ini, seniman asal Pontianak, Nursalim Yadi Anugerah membuat komposisi instalasi instrumen tiup, yakni 'Lawing'. 'Lawing' dibuat dengan menggunakan alat musik tradisional Dayak yang hampir punah, yaitu Kaldii'.
Lewat sebuah konser musik, Yadi mengangkat kembali peristiwa deforestasi atau penebangan hutan berskala besar yang terjadi di Kalimantan. Hal tersebut menjadi landasan pemikirannya dalam membuat 'Lawing'.
Yadi merupakan seorang komponis dan multi-instrumentalis asal Pontianak, Kalimantan Barat. Karya yang diciptakan olehnya digarap atas ketertarikannya terhadap kosmologi, sonologi dan budaya di Kalimantan. Lawing merupakan komposisi instalasi instrumen tiup yang biasa digunakan suku Dayak yaitu Kaldii'.
Yadi mengatakan, alat musik tradisional Dayak ini hampir punah karena pembuat instrumen ini cukup langka, selain karena kompleksitas pembuatan alatnya.
ADVERTISEMENT
"Bahan-bahan pembuatan Kaldii’ yang erat dengan ketersediaannya di lingkungan, alam. Keberadaannya spesifik di beberapa daerah," kata Yadi kepada Hi!Pontianak, Jumat (25/9).
Alat musik tradisional Dayak, Kaldii'. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, alat musik ini semakin langka karena kurangnya langkah preservasi dan konservasi secara masif oleh stakeholder terkait. Padahal, alat musik suku Dayak ini berbahan dasar dari sumber daya alam yang ada di hutan.
Yadi mengatakan, alat musik Kaldii’ ini berbahan dasar dari labu kering yang dari kecil dirawat bentuknya, lalu reed atau lidah dari pelepah apin (sejenis enau), bambu, hingga kelulut (bee’s wax).
"Sebenarnya tidak sulit, tapi perlu pola khusus untuk membudidayakannya agar produksi terjaga. Selain itu sejauh ini yang bikin alatnya sudah mulai menua (termasuk guru saya), dan tersisa beberapa orang saja," paparnya.
ADVERTISEMENT
Yadi membuat 'Lawing' menggunakan Kaldii’ tradisional yang dimodifikasi secara mekanik (sensor elektronik dan pengolahan digital). Ia membawa isu tentang deforestasi (penggundulan hutan) yang diterjemahkan dengan analisis data-data deforestasi di Kalimantan Barat ke dalam perintah komputer.
Yadi mencoba merangkum data deforestasi yang terjadi pada tahun 2006 hingga 2013, di mana angka-angka tersebut menjadi konsep dasar komposisinya. Kalkulasi angka kemudian dipersembahkan dalam komposisi instalasi bunyi tiga alat tiup, tiga laptop dan kompresor.
Kamu dapat menyaksikan karya seni ini di platform digital di sini: