Sepenggal Kisah Tanah Borneo di Atas Sneakers

Konten Media Partner
7 Februari 2020 8:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karya Indra yang ia tuangkan di sepasang sepatu. Foto: Dok Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Karya Indra yang ia tuangkan di sepasang sepatu. Foto: Dok Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Mengusung konsep subur dan tandus di tanah Borneo pada media sepasang sepatu, Yanuar Indra, seniman asal Pontianak, memenangkan custom sneakers pada ajang kompetisi Super Art Fest, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Saat dihubungi Hi!Pontianak, Indra mengungkapkan konsep tersebut ia buat untuk menggambarkan situasi tanah atau habitat hewan di pulau Kalimantan sejak dulu.
"Judulnya Part Of Borneo, konsepnya tentang subur dan tandus, di mana dulu aku sempat ngeliat burung enggang tuh masih terbang di pinggiran kota, tapi sekarang enggak pernah ada dan susah mau ketemunya. Intinya cerita tentang kilas balik gitu," jelasnya, Kamis malam (6/2).
Indra mengangkat tema Part of Borneo pada karnyanya, Foto: Dok Hi!Pontianak
Sepasang sepatu tersebut dilukis dengan motif dan warna yang berbeda-beda. Menurut Indra sepatu sebalah kanan ia lukis dengan turunan berwarna hijau yang menjadikan simbol asri, subur, dan sejuk.
"Sedangkan yang kiri, aku gambarkan tentang kehidupan di tanah Kalimantan dengan turunan cokelat yang menjadi simbol kekeringan dan tandus," paparnya.
ADVERTISEMENT
Pada sepasang sepatu tersebut, Indra melukisakan simbol kilas balik mulai dari tanah Kalimantan yang subur, tandus, dan kekeringan. Dalam sepatunya itu, Indra juga melukiskan orang utan, burung enggang, motif bunga kenanga, motif melayu (insang), dan motif dayak.
Berbagai ikon tanah Borneo diaplikasikan Indra di sepatu karyanya. Foto: Dok Hi!Pontianak
"Aku memulai ingatanku akan burung enggang, burung ini begitu anggun dengan bentuk paruh yang ikonik, hampir membentuk seperti tanduk sapi. Apa pun sebutannya, burung ini begitu lekat diingatanku, ingatan yang menarikku kembali kepada masa di mana aku masih berseragam putih merah," bebernya.
"Kembali aku mengingat, suatu bentuk kehidupan yang semakin hari semakin tergusur akan begitu angkuhnya manusia yang merasa menjadi puncak rantai kehidupan, mereka dianggap hama di habitatnya dan di rumahnya sendiri, beberapa kali pun aku kerap mendapatkan tubuhnya tergeletak tanpa nyawa, dibunuh secara bar bar, diburu dan dimusnahkan atas dasar yang tidak masuk akal, mereka terus dan terus dihilangkan oleh ulah manusia," tambahnya.
Enggang Gading diaplikasikan Indra di karyanya. Foto: Dok Hi!Pontianak
Menurutnya, bagian kiri dan kanan sepatu selalu dihadirkan dengan motif dari kebudayaan Dayak dan motif Melayu, kebudayaan lokal yang harus diangkat sebagai simbol putra asli Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
"Harapku pun tidak lebih dari sekadar pengingat, bahwa ada keindahan yang harus dijaga dan akibat yang terjadi jika kita tidak lagi bersahabat dengan alam. Sudah cukup sepertinya kegilaan yang terjadi, semoga karyaku ini bisa menjadi pengingat kecil bagi kita semua," pungkasnya.
Cerita penebangan hutan digambarkan Indra di sepatu karyanya. Foto: Dok Hi!Pontianak