Konten Media Partner

Sintang Banjir Lagi, Pembangunan Geobag Rp 28 Miliar Dinilai Mubazir

13 Oktober 2022 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Jalan Tengku Umar Kelurahan Ladang yang terendam banjir. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Jalan Tengku Umar Kelurahan Ladang yang terendam banjir. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Sintang - Sintang banjir lagi. Kali ini banjir telah merendam 10 kecamatan. Desa dan kelurahan pesisir di Kota Sintang terdampak cukup parah dengan ketinggian air 50 cm hingga 1 meter.
ADVERTISEMENT
Intensitas hujan yang tinggi beberapa hari terakhir ditengarai jadi penyebab banjir di Sintang. Meski tahun lalu Kementerian PUPR sudah membangun geobag, namun proyek dengan biaya Rp 28 miliar di Kelurahan Ladang dan Kelurahan Alai itu tak mampu menahan luapan air Sungai Melawi.
Kondisi terkini, di beberapa titik geobag tersebut bahkan sudah tenggelam oleh banjir. Ironisnya, tujuan pembangunan geobag adalah untuk menahan banjir.
Syahroni, warga RT 2 RW 1 Kelurahan Ladang, Kecamatan Sintang, menyebut bahwa pembangunan geobag untuk pengendalian banjir Sintang tersebut proyek mubazir.
“Buktinya sekarang, ketika banjir datang geobag tidak efektif sama sekali. Geobag sudah tenggelam oleh banjir. Bahkan beberapa kantong geobag di depan gang saya sudah bocor. Boleh dikatakan Rp 28 miliar untuk bangun geobag kegiatan yang mubazir di tempat kami,” kata Roni, Kamis, 13 Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kondisi tersebut, kata Roni, ke depan akan rawan bencana baru. Ketika air surut dan kayu-kayu cerucuk membusuk, pasir berisi geobag akan jatuh ke bawah membawa badan jalan.
Banjir merendam permukiman warga di Sintang. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
“Jadi siap-saja nanti Jalan Tengku Umar di Kelurahan Ladang sampai Baning akan terjadi bencana baru apabila pemerintah tidak tanggap dengan kejadian ini. Apabila ini terjadi, kerugian masyarakat tentu sangat besar,” ujarnya.
Dikatakan Roni, hingga saat ini Jalan Tengku Umar tak tampak daratan lagi karena sudah terendam banjir. Bahkan banjir tersebut sudah menutup tumpukan geobag yang dipasang Kementerian PUPR.
“Geobagnya sudah tenggelam, tidak ada yang tampak lagi. Artinya, apa yang pernah saya sampaikan dulu bahwa geobag tidak efektif, sekarang terbukti. Jadi, sekarang silakan pemerintah untuk mengambil langkah antisipasi sebelum terjadi bencana baru di tempat kami,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Jika terjadi bencana baru akibat pembangunan geobag, kami akan menuntut pemerintah,” timpal Roni.
Sekretaris Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sintang, Hafiddin, menilai bahwa salah satu upaya yang tepat untuk menangani banjir di Kecamatan Sintang adalah meninggikan badan jalan. Mengingat banjir yang terjadi selama ini membuat banyak badan jalan di desa dan kelurahan di Kota Sintang terputus.
“Dengan meninggikan badan jalan, ketika tiap tahun banjir saya pikir ndak akan jadi masalah bagi warga. Karena akses transportasi sudah lancar. Makanya saya berharap agar Pemkab Sintang mengusulkan peninggian badan jalan tersebut,” sarannya.
Karena, ketimbang alokasi anggaran digunakan untuk membangun geobag seperti tahun lalu, sekarang terbukti tidak bermanfaat. “Padahal jika anggaran Rp 28 miliar untuk bangun geobag dialokasikan untuk peninggian badan jalan dalam kota, menurut saya sudah cukup. Tapi pemerintah pusat tidak melakukan itu,” sesalnya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, ia berharap BNPB mengecek langsung dampak banjir di Kabupaten Sintang agar banjir tidak menjadi bencana menahun. “Kita hanya minta peninggian badan jalan. Itu merupakan salah satu solusi yang sangat penting,” pungkasnya.