Konten Media Partner

Tradisi Saprahan di Hari Lebaran yang Sarat Makna Kehidupan

6 Juni 2019 16:28 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Saprahan. (humaspro.kuburaya.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Saprahan. (humaspro.kuburaya.go.id)
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Makan besaprah, atau biasa disebut dengan Saprahan, di Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu tradisi atau kebiasaan dari suku Melayu di Pontianak yang sudah mulai ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
Saprahan adalah tradisi dengan cara makan bersama, duduk di lantai dengan tarup, diisi dengan 4 macam lauk pauk yang wajib dihidangkan saat Saprahan.
Warga Melayu di Pontianak, memiliki kebiasaan makan besaprah pada saat 1 Syawal, saat berkumpul bersama keluarga di hari Idul Fitri. Namun, tradisi tersebut perlahan hilang, tergeser oleh cara makan modern yang lebih praktis, yaitu dihidangkan di meja makan.
Syafaruddin Usman, Budayawan Kalimantan Barat, mengatakan saat ini makan besaprah di hari Lebaran sudah mulai dilupakan. Padahal makan besaprah memiliki arti atau makna tersendiri, dari berbagai macam lauk pauk di dalamnya.
Syafaruddin menjelaskan, makna dan arti dari tradisi Saprahan tersebut, mulai dari lauk pauk, hingga jenis minuman yang disajikan. Dia mengatakan, Saprahan terdiri dari 2 jenis nasi, yakni nasi kebuli dan nasi putih.
ADVERTISEMENT
"Nasi kebuli dihidangkan karena memiliki pengaruh datangnya orang Arab ke Pontianak, yang membaur dengan suku Melayu," kata dia, saat diwawancarai oleh wartawan Hi!Pontianak, Selasa (4/6).
Lalu ada pacri nanas atau pacri terong. Sayur tersebut memiliki makna tersendiri yang artinya, di dalam kehidupan selalu ada asam-asamnya, ada pedarnya, getirnya kehidupan, lalu rasa tersebut dibalut dengan lemak.
"Campuran dari rasa tersebut adalah makna dari segala sesuatunya yang kita rasakan, dengan suka cita kegembiraan," ujarnya.
Selanjutnya ada semur daging. Semur daging pada Saprahan ini adalah bermakna hati nurani kita. Semur daging yang dimasak dengan kecap, serta diberi bumbu, agar segala macam nikmat tersaji. Syarifuddin mengatakan makna dari semur daging ini adalah hidup akan nikmat jika ada pahit getir, serta rona-ronanya.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada sayur dalca. Sayur dalca menghadirkan beberapa rasa, ada yang pedas, manis, dan asin. Di sayur tersebut juga terdapat timun, telur, dan lain sebagainya, yang disatukan. Maknanya adalah, segala sesuatunya yang ditakdirkan akan terjadi, tidak bisa tidak. Sesuatu tersebut harus direkat erat dengan lem kenikmatan dan saling percaya.
Dan yang terakhir ada air serbat. Masyarakat Melayu menghidangkan air serbat saat ada tamu datang berkunjung, air serbat adalah penanda untuk mengusir atau penutup acara.
Sejatinya makna dari air serbat sendiri adalah air yang disuguhkan untuk berdamai. "Tuntas, tidak tuntas suatu permasalahan, kita harus berjabat tangan, dan selesai. Atau bubar," katanya.
Syafaruddin mengatakan, bahwa isi dari makanan Saprahan tersebut memang hanya ada 4 jenis. "Saprahan itu ada 4. Kalau ada yang lebih dari 4 isi dari Saprahan tersebut, itu salah. Saya tahu betul, karena saya sudah sering menjadi juri lomba Saprahan. Saya juga sudah hapal luar kepala," kata Syafaruddin. (Hp8)
ADVERTISEMENT