Konten Media Partner

Tugu Juang: Perang Kedang dan Perlawanan 3 Pejuang Ketapang Tolak Pajak Belanda

26 Juli 2023 20:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Sutarmidji saat meresmikan pembangunan Tugu Juang di Ketapang. Foto: Dok. Adpim Pemprov Kalbar
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Sutarmidji saat meresmikan pembangunan Tugu Juang di Ketapang. Foto: Dok. Adpim Pemprov Kalbar
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Bupati Ketapang, Martin Rantan, menceritakan kisah perlawanan tiga pejuang Ketapang menolak pajak Belanda di sela-sela peresmian pembangunan Tugu Juang Daerah di Desa Tumbang, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, pada Rabu, 26 Juli 2023.
ADVERTISEMENT
"Ini tidak sembarang Tugu Juang, tapi kita bangun untuk mengingat kembali Perang Kedang 1814, di mana saat itu khususnya Kecamatan Tumbang Titi melakukan penolakan terhadap Belanda. Belanda bertemu dengan Panglima Tentemak dan terbunuh," kata Martin Rantan.
"Kemudian menuju benteng Uti Usman bersama Kanduruhan Bajir. Uti Usman gugur dalam pertempuran tersebut di mana perutnya diikat dengan kain, ditembak di perut. Kemudian Kanduruhan Bajir diperintahkan untuk melarikan diri dan sampai saat ini, tak diketahui keberadaan kuburnya," lanjutnya.
Berdasarkan kisah ini, masyarakat Ketapang sepakat untuk mengusulkan ketiga orang ini untuk diberikan gelar kepahlawanan. Rencananya akan dilakukan napak tilas perjuangan ketiga pahlawan ini pada bulan Oktober mendatang.
"Mudah-mudahan dengan berdirinya tugu ini, kita bisa membawa ketiga nama pahlawan ini menjadi pahlawan nasional. Sehingga membuat kita kuat untuk menjadikan Tumbang Titi yang banyak sejarah ini menjadi ibukota dari Kabupaten matan Hulu nantinya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Tugu Juang tersebut diresmikan Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Sutarmidji. Menurut Sutarmidji, ketiga tokoh lokal yang dikenal karena perjuangannya menghalau penjajah Belanda pada saat Perang Kedang tahun 1814 silam tersebut antara lain, Panglima Tentemak, Uti Usman, dan Kanduruhan Bajir.
"Kemudian kita ajukan sebagai pahlawan nasional, itu perlu kajian yang mendasar. Sekarang kita sudah mempunyai (pahlawan nasional), yaitu dr. Rubini. Batas pengajuannya hanya 3 kali. Jadi harus benar-benar komprehensif. Lakukan seminar, lokakarya, dan lainnya. Kalau perlu undang tokoh-tokoh nasional," ucapnya.
Penulis: Uli