Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Uniknya Masjid Jami At-Taqwa di Kalbar: Berkubah Tempayan Terbalik
3 Agustus 2019 9:23 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
![Masjid Jami At-Taqwa berdiri di tepian Sungai Sekadau, Kalimantan Barat. Foto: Dina Mariana](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1564798196/xv55fv7gx0efdzhsymf9.jpg)
ADVERTISEMENT
HiPontianak – Dibangun sejak 1804 silam, bangunan Masjid Jami At-Taqwa memiliki keunikan tersendiri. Masjid ini terletak di tepian Sungai Sekadau itu, terletak di Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
“Masjid Jami At-Taqwa memiliki keunikan pada kubahnya. Kubahnya itu (berbentuk) tempayan terbalik,” ujar Pangeran Bendahara Kerajaan Kusuma Negara Sekadau, Abang Mohd Firman, kepada HiPontianak, Jumat (2/8).
Firman mengatakan, makna dari kubah tempayan terbalik tersebut adalah perumpamaan atau pertanda penduduk pada masa itu sudah masuk Islam. Saat itu, penduduk setempat masih identik dengan tuak dan tempayan.
"Maka kubah menggunakan tempayan terbalik, alasannya sebagai petanda bahwa dulu non-muslim menyatakan diri menjadi muslim. Tempayan terbalik itu sendiri adalah simbol sebagian besar masyarakat Sekadau sudah memeluk Islam pada waktu itu," ucap Firman.
Penduduk Sekadau pada masa itu tidak semuanya bersuku Dayak, tetapi ada juga Melayu. Masyarakat Dayak yang memeluk Islam disebut senganan. Meski memiliki trah Melayu, tak semua penduduk Melayu masa itu sudah beragama Islam.
Masjid yang dibangun oleh Sultan Anum Muhammad Kamaruddin ini, dulunya memiliki empat tiang berbahan kayu di dalamnya. Namun, kini keempat tiang yang menjadi pilar utama bangunan tersebut sudah dilapisi dengan beton.
ADVERTISEMENT
Uniknya, tiang-tiang tersebut memiliki nama; Hanan, Burhan, Manan, dan Dayan. Firman mengungkapkan, keempat tiang tersebut memiliki keterkaitan dengan salah satu tiang di Kesultanan Kadriah Pontianak. Tiang di Kesultanan Kadriah Pontianak, yang merupakan sumbangan dari Sultan Anum Muhammad Kamaruddin.
“Berdasarkan sastra lisan tiang di Masjid Jami At Taqwa, memang ada nama-namanya. Perlu ditelusuri dan dikaji lagi, apakah tiang itu semacam makhluk yang diberi nama atau apa,” kata Firman.
Pada di masa penjajahan, masjid tersebut tak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga digunakan tempat berkumpul para tokoh. Meski telah berusia lebih dari 200 tahun, namun hingga saat ini masjid yang dapat menampung lebih dari seribu jemaah tersebut masih berdiri kokoh di Kota Sekadau. (hp10)
ADVERTISEMENT