Konten dari Pengguna

Berburu Jajanan Tradisional di Pasar Kampoeng Osing Kemiren

Hobi Makan Banyuwangi
Referensi kuliner enak dan enak banget di Banyuwangi. Temukan kami di IG @hobimakan.banyuwangi
9 Mei 2019 6:49 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Hobi Makan Banyuwangi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Minggu pagi di Pasar Kampoeng Osing Kemiren. Foto: dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Minggu pagi di Pasar Kampoeng Osing Kemiren. Foto: dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Desa Kemiren merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyuwangi yang masih kental akan budaya Suku Osing, yang merupakan suku asli Kota Gandrung ini. Tidak hanya Bahasa Osing yang menjadi bahasa sehari-hari, namun juga adat istiadat dan budaya lokal masih dipertahankan hingga zaman milenial seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Beberapa festival digelar di Desa Kemiren, semuanya berbasis adat istiadat setempat. Sebut saja Ngopi Sepuluh Ewu, Mepe Kasur, dan Festival Tumpeng Sewu. Tak hanya itu, masyarakat Kemiren juga memiliki cara lain untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke desanya.
Pasar Kampoeng Osing namanya. Pasar yang berisi aneka jajanan tradisional ini diadakan setiap hari Minggu pagi, berlokasi di gang yang berada tepat di sebelah Kantor Desa Kemiren. Dimulai dari pukul 6 dan berakhir sekitar jam 10 pagi atau hingga dagangan habis, pasar ini selalu menarik minat penggemar kuliner. Tidak hanya orang lokal, namun juga wisatawan dari kota, bahkan negara lain. Apa sih yang menarik dari pasar jajanan yang didirikan sekitar setahun lalu ini?
Salah satu penjual yang mengenakan pakaian Suku Osing. Baju kebaya hitam dan jarit lurik. Foto: dok. pribadi
Ibu penjual jajanan pasar. Foto: dok. pribadi
Pasar Kampoeng Osing diadakan di sepanjang gang yang tidak terlalu lebar. Uniknya di sini, ibu-ibu penjual mengenakan pakaian Suku Osing, yakni atasan kebaya hitam dan bawahan jarit batik. Di bagian tengah pasar, ada sekelompok kakek nenek yang memainkan Gedogan, sebuah alat musik menggunakan alu penumbuk padi dikombinasikan dengan angklung sederhana dari bambu. Alunan musiknya sungguh membuatmu semakin menikmati berbelanja makanan dan minuman di pasar ini.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Bahasa dan dialek Osing yang mereka ucapkan juga menarik untuk didengar. Namun tenang saja, mereka juga bisa menggunakan Bahasa Indonesia, kok. Tentunya masih dengan dialek Osing yang khas.
Sekelompok pemain musik Gedogan. Foto: dok. pribadi
Gedogan, sejatinya merupakan alu penumbuk padi. Foto: dok. pribadi
Bagaimana dengan jajanan dan makanan yang dijual? Tenang, semua yang mereka jual pasti membuatmu ingin membeli tidak hanya satu atau dua macam saja. Selain tampilannya yang menggugah selera, kebanyakan jajanan dan makanan yang dijual di sini jarang kamu jumpai di restoran-restoran besar, dan tentu dengan harga yang sungguh terjangkau.
Ingin tahu apa saja? Kita mulai dari jajanan terlebih dahulu.
Clorot, sejenis jenang dari gula merah yang dibalut janur. Foto: dok. pribadi
Di Pasar Kampoeng Kemiren kamu dengan mudah akan menjumpai beberapa jajanan pasar tradisional seperti Cenil, Horog-horog yang terbuat dari tepung beras, Lanun jajan pasar yang berwarna hitam, Lupis, Klepon, Clorot kue manis dari gula merah yang bentuknya kerucut dibungkus janur, dan jajanan tradisional lainnya seperti kue Kucur yang terasa nikmat ketika dimakan dalam kondisi hangat.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu saja, kamu juga harus mencoba yang namanya Tape Ketot. Berbeda dari tempat lain, tape ketan di Desa Kemiren disajikan dalam bungkusan daun kemiri dan dimakan bersamaan dengan ketot atau jadah yang terbuat dari beras ketan.
Oh iya, di ujung gang, kamu juga bisa menemui seorang ibu penjual gulali. Bukan gulali masa kini, namun gulali jadul yang terbuat dari gula merah kental. Yang menarik, mayoritas jajanan pasar di sini dibandrol dengan harga kurang dari lima ribu rupiah. Benar-benar terjangkau.
Kucur hangat yang baru saja ditiriskan dari penggorengan. Foto: dok. pribadi
Gulali jadul yang menggunakan bahan dasar gula merah. Foto: dok. pribadi
Untuk yang ingin mencari sarapan, jangan berkecil hati. Di pasar ini juga menyajikan makanan berat yang pas untuk dijadikan menu sarapan. Ada Nasi Tempong, yang terdiri dari sayuran rebus, lauk pauk dan sambal. Ada Ayam Lodho yang bersantan dengan irisan lontong. Ada Sate Kola Tau Keong Sawah yang kenyal nikmat. Ada pula Sego Cawuk, kuliner khas Banyuwangi yang biasa dijadikan menu sarapan, yakni nasi yang disiram air kuah pindang bercampur parutan kelapa dan serutan jagung bakar. Disajikan bersama beberapa lauk seperti pelas ikan laut dan sambal kemangi.
ADVERTISEMENT
Oh iya, ada satu kuliner yang jangan sampai terlewat, namanya Pecel Pitik. Menu ini merupakan menu khas dari Desa Kemiren yang biasa disajikan ketika ada acara selamatan desa. Ayam Kampung yang dibakar di tungku, dipotel-potel, kemudian diulet bersama parutan kelapa yang sudah berbumbu. Rasanya gurih dengan sedikit sensasi pedas yang berasal dari sambal yang diulet bersama parutan kelapa tadi.
Sate kol, sebutan untuk keong sawah bercangkang hitam. Foto: dok. pribadi
Sego Cawuk yang penyajiannya menggunakan pincuk daun pisang. Foto: dok. pribadi
Bagaimana, tertarik untuk berkunjung? Selama Bulan Ramadan ini, Pasar Kampoeng Osing Kemiren tetap buka dengan waktu yang berbeda. Kini, diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu, mulai pukul 3 sore sampai menjelang waktu berbuka puasa.