Arti Penting Napak Tilas 500 Tahun Circumnavigation bagi Indonesia

Sturmius Teofanus Bate
Learning to quiet down and listen is essential for reaching your peak power
Konten dari Pengguna
13 April 2019 4:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sturmius Teofanus Bate tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kapal Ekspedisi Laut Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kapal Ekspedisi Laut Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019-2022, Global Network of Magellan Cities (GNMC) akan menyelenggarakan Peringatan 500 Tahun Navigasi Pertama Mengelilingi Bumi (Circumnavigation). Peringatan circumnavigation dimaksudkan untuk memperingati ekspedisi laut yang dilakukan oleh seorang penjelajah Portugis, Ferdinand Magellan; yang dibantu oleh seorang navigator Spanyol, Juan Sebastián Elcano.
ADVERTISEMENT
Secara universal, ekspedisi laut yang dilakukan pada rentang tahun 1519-1522, dengan rute Sevilla (Spanyol)-Tidore (Indonesia), itu dinilai telah memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dengan membuat bumi lebih mudah dipahami oleh manusia. Hingga saat ini, perjalanan bersejarah Magellan-Elcano menjadi salah satu fakta awal bahwa bumi berbentuk bulat, tidak datar.
Rute Circumnavigation Pertama
Ekspedisi laut yang dilakukan oleh Magellan-Elcano disebut juga dengan istilah circumnavigation yang pertama. Perjalanan mengelilingi bumi sudah dilakukan oleh banyak pihak.
Bahkan sejak abad ke-16, negara Eropa lain, seperti Inggris dan Belanda, juga berupaya untuk mengeksplorasi dan menaklukkan belahan dunia lain di luar Eropa. Meskipun demikian, Magellan-Elcano dikenal sebagai dua orang yang pertama kali berhasil mengelilingi bumi.
ADVERTISEMENT
Ekspedisi laut ke Tidore bukan merupakan perjalanan pertama bagi Magellan ke Asia.
Wikipedia menyebutkan bahwa Magellan sebelumnya telah terlibat dalam misi Portugis untuk menaklukkan Malaka pada tahun 1512 yang dipimpin oleh Alfonso Albuquerque. Ekspedisi laut Magellan ke Tidore dilakukan dengan berbekal pengetahuan awal yang masih samar-samar mengenai kawasan Asia.
Oleh karena usulannya tidak disetujui Raja Portugis, Magellan kemudian meminta dukungan dari Raja Spanyol, Manuel I. Magellan berhasil meyakinkan Raja Spanyol bahwa Spice Islands dapat dicapai dengan berlayar ke arah barat, tanpa harus berkonfrontasi dengan Portugis yang telah menguasai wilayah Timur sesuai Perjanjian Tordesilas (1494).
Setelah melalui persiapan selama satu tahun, Magellan kemudian berlayar dari Spanyol pada tanggal 20 September 1519 menuju Kepulauan Maluku. Magellan memimpin armada yang terdiri dari lima buah kapal pemberian Raja Manuel I, dengan total awak berjumlah 270 orang.
ADVERTISEMENT
Ia berlayar ke arah barat menyusuri Lautan Atlantik hingga ke Brazil, Uruguay, Argentina, dan Chile. Magellan melanjutkan perjalanannya dari Chile pada 28 November 1520, ke barat melalui Guam, dan tiba di Filipina pada 16 Maret 1521.
Ketika berada di Filipina, Magellan terlibat dalam pertempuran melawan Dato Lapu-Lapu dari Mactan, di mana ia kemudian terbunuh. Ekspedisinya menuju Kepulauan Maluku kemudian dilanjutkan oleh Juan Sebastián Elcano yang menggunakan dua kapal tersisa, Victoria dan Trinidad, dengan awak kapal yang hanya tersisa 70 orang.
Elcano tiba di Pulau Tidore tepat sebelum matahari terbenam pada 8 November 1521. Ia disambut hangat oleh Sultan Al Mansur dari Tidore yang mengatur jamuan untuk semua kru sebagai simbol rasa hormat dan persahabatan.
ADVERTISEMENT
Elcano kemudian diizinkan berdagang dengan penduduk setempat. Ia mengumpulkan berbagai rempah seperti cengkeh dan kayu manis, mengemasnya dalam tong kosong untuk dibawa kembali ke Eropa. Sultan Al Mansur juga menunjuk beberapa orang untuk membantu Elcano untuk mengumpulkan lebih banyak rempah-rempah hingga ke Makian dan Bacan di Selatan Kepulauan Maluku.
Elcano berhasil mengumpulkan 26 ton cengkeh dan kayu manis untuk dibawa pulang ke Spanyol. Ia berlayar ke arah Selatan melalui Ambon, Flores, dan Timor, sebelum akhirnya kembali berlayar ke arah Barat menuju Spanyol.
Oleh karena kebocoran pada dek kapal, Trinidad terpaksa berlayar kembali ke Tidore dan akhirnya ditangkap oleh Portugis. Sementara itu, Victoria yang dipimpin Elcano sempat terombang-ambing di Lautan Atlantik karena kelaparan, sebelum akhirnya terdampar di Santiago, Cape Verde.
ADVERTISEMENT
Elcano akhirnya tiba kembali di Sevilla pada 6 September 1522, dengan hanya 18 orang awak tersisa. Salah satu di awaknya adalah Antonio Pigafetta, yang berasal dari Vincenza, Italia. Kisah perjalanan ekspedisi tersebut diketahui secara luas berkat catatan harian Pigafetta.
Rute ekspedisi laut Magellan-Elcano pada awal abad ke-16 (Foto: Wikipedia)
Spice Islands, Pusat Rempah yang Memukau Bangsa Eropa
Sejak abad ke-15, kisah Kepulauan Maluku (Spice Islands) yang kaya akan rempah-rempah mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk menguasainya. Ketika itu, harga rempah-rempah seperti cengkeh, kayu manis, dan pala sangat mahal, dan bahkan disebut-sebut lebih mahal dari emas. Menguasai sumber rempah berarti menguasai perdagangan rempah-rempah dunia.
Ada pula Pulau Run yang terletak di Kepulauan Maluku dan dikuasai oleh Inggris sejak 25 Desember 1616. Pendudukan Inggris di pulau tersebut ditentang oleh Belanda, dalam hal ini VOC (Vereenigde Oostindische Compaigne), mengingat Pulau Run menjadi satu-satunya pulau yang dikuasai Inggris di Spices Islands.
ADVERTISEMENT
Pertentangan tersebut berlangsung selama bertahun-tahun, dan berujung dengan ditandatanganinya Perjanjian Breda oleh Belanda dan Inggris pada 31 Juli 1667. Melalui perjanjian tersebut, Inggris sepakat untuk menyerahkan Pulau Run kepada Belanda, dengan imbalan bahwa Belanda dapat menyerahkan Manhattan yang terletak di New York, AS, kepada Inggris.
Pertukaran Pulau Run dengan Manhattan mencerminkan betapa pentingnya Pulau Run bagi Belanda. Penyerahan Manhattan kepada Inggris juga didorong oleh besarnya ambisi Belanda untuk menguasai wilayah Kepulauan Maluku secara keseluruhan. Bagi Belanda, penandatanganan Perjanjian Breda dianggap sebagai keputusan strategis yang memungkinkan mereka untuk mendominasi perdagangan rempah-rempah dunia.
Dengan demikian, fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa Kepulauan Maluku (Spice Islands) menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa Eropa, termasuk Spanyol yang ingin menguasai Spice Islands pada awal abad ke-16. Demi rempah-rempah itu pula, Raja Manuel I (Spanyol) memutuskan untuk membiayai ekspedisi Magellan menuju Kepulauan Maluku pada tahun 1519.
ADVERTISEMENT
Peringatan Circumnavigation dan Sejarah Awal Kolonialisme di Indonesia
Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang menjelajahi Nusantara. Setelah menaklukkan Malaka pada 1512, Portugis kemudian berupaya untuk menjelajahi wilayah Nusantara.
Salah satu bukti awal yang ditemukan adalah adanya perjanjian koalisi dan perdamaian dengan Kerajaan Sunda tahun 1512. Namun, oleh karena sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah kerajaan yang lebih kecil di Jawa, seperti Demak dan Banten, Portugis kemudian beralih ke Kepulauan Maluku dan menduduki Ternate.
Ketika mencapai Kepulauan Maluku, Elcano memilih untuk berlabuh ke Tidore, bukan ke Ternate. Hal ini dilatarbelakangi persaingan antara Portugal dan Spanyol dalam mengklaim wilayah jajahan baru di luar Eropa. Elcano berupaya untuk menghindari pertikaian langsung dengan armada bersenjata Portugis yang telah menguasai Ternate ketika itu.
ADVERTISEMENT
Secara historis, ekspedisi Magellan menuju Kepulauan Maluku juga menandai permulaan era kolonialisme Eropa di Indonesia, di mana Indonesia kemudian dijajah oleh Belanda selama lebih dari tiga abad. Selama era kolonial, terjadi banyak penindasan, pembunuhan, dan perbudakan terhadap rakyat pribumi, sehingga muncul perlawanan dan perang yang panjang melawan para penjajah. Kisah kekejaman kolonial tersebut telah diceritakan secara turun-temurun dan membangkitkan semangat anti-kolonial di Indonesia.
Dalam konteks ini, partisipasi Indonesia dalam peringatan circumnavigation menjadi isu sensitif bagi publik Indonesia. Hal itu dapat diasumsikan bahwa Indonesia ikut merayakan sejarah kolonialisme.
Ekspedisi laut Magellan ke Tidore dikenal luas oleh publik Indonesia sebagai salah satu upaya awal negara-negara barat untuk menjajah Indonesia. Namun demikian, sejumlah kajian akademik menyimpulkan partisipasi Indonesia dalam peringatan circumnavigation akan membawa manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia, apabila dibingkai dengan agenda yang lebih positif, yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peringatan 500 Tahun Circumnavigation dan Keikutsertaan Indonesia
Peringatan circumnavigation diwarnai oleh persaingan antara Portugal dan Spanyol. Irish Times pada 11 Maret 2019 memberitakan bahwa Portugal telah secara unilateral mendaftarkan jejak sejarah circumnavigation ke dalam World Heritage List (WHL) di bawah UNESCO. Pendaftaran tersebut dilakukan pada 31 Januari 2017 tanpa melalui konsultasi dengan Spanyol yang secara historis telah mendanai ekspedisi laut tersebut.
Guna meredam perbedaan yang semakin tajam, menteri luar negeri kedua negara telah bertemu pada Januari 2019. Pertemuan menyepakati antara lain agar pendaftaran ke UNESCO harus dilakukan secara bersama antara Portugal dan Spanyol, sama halnya dengan Peringatan 500 Tahun Circumnavigation.
Dalam berbagai pertemuan GNMC, Portugal dan Spanyol menjadi aktor utama dalam Persiapan Peringatan 500 tahun Circumnavigation. Portugal dalam hal ini telah mencanangkan total 24 program dalam konteks peringatan circumnavigation. Portugal juga telah membentuk national committee di bawah koordinasi Kementerian Kelautan Portugal.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Spanyol telah mencanangkan 135 program dengan total dana yang dialokasikan sebesar €175 juta. Bagi Spanyol, peringatan circumnavigation merupakan agenda penting di bawah supervisi langsung Raja Felipe VI dan dikoordinasikan oleh Wakil Perdana Menteri Spanyol, Ms. Carlmen Calvo.
Peringatan 500 Tahun Circumnavigation akan diwarnai dengan sebuah monumental event berupa Pelayaran Napak Tilas dari Sevilla (Spanyol) menuju Tidore (Indonesia), yang disebut sebagai Sail Magellan 2019-2022. Pelayaran akan berlangsung selama tiga tahun, dimulai dari Sevilla pada 20 September 2019 dan dijadwalkan tiba di Tidore pada 8 November 2021, sesuai dengan jejak sejarah ekspedisi laut yang dilakukan oleh Magellan-Elcano.
Pelayaran tersebut hanya akan melibatkan Angkatan Laut dari masing-masing negara GNMC. Meskipun diinisiasi oleh Angkatan Laut Spanyol dan Portugal, sejumlah negara lain seperti Argentina, Brazil, Chile, Filipina, dan Uruguay telah menyatakan keinginan untuk berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana rencana partisipasi Indonesia?
Apakah manfaat yang dapat diperoleh apabila Indonesia akan berpartisipasi dalam rangkaian Peringatan 500 Tahun Circumnavigation?
Sebagai anggota GNMC, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan telah mencanangkan Sail Tidore 2021. Pelaksanaan kegiatan Sail tersebut bertepatan dengan kedatangan armada Sail Magellan 2019-2022 ke Tidore.
Sail Tidore 2021 berpotensi menjadi flagship program dan tentunya memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia. Namun demikian, program ini belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat, terutama oleh kementerian/lembaga terkait.
Sejak awal 2018, Kementerian Luar Negeri telah berperan aktif mendorong partisipasi Indonesia dalam peringatan circumnavigation, khususnya melalui pendekatan kepada Pemerintah Provinsi Maluku Utara, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, Kemenko Maritim serta sejumlah kementerian/lembaga terkait lainnya. Berkoordinasi dengan Kemenko Maritim, sejumlah kajian akademik telah dilakukan untuk merumuskan narasi yang positif terkait keikutsertaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada tingkat nasional, Indonesia juga belum mencanangkan program lain dalam rangka peringatan circumnavigation. Hal ini antara lain disebabkan belum terbentuknya national committee yang bertugas merumuskan bentuk-bentuk kegiatan peringatan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dalam kaitan ini, keikutsertaan Indonesia dapat segera diawali dengan pembentukan national committee yang bertugas menyusun konsep dan mematangkan ide keikutsertaan Indonesia dalam Peringatan 500 Tahun Circumnavigation (2019-2022).
Meskipun circumnavigation memiliki kaitan erat dengan sejarah kolonialisme, Indonesia dapat memainkan berperan aktif dalam Peringatan 500 Tahun Circumnavigation (2019-2022). Peran serta Indonesia tentunya perlu dibingkai dengan berbagai kegiatan positif yang memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia, misalnya dalam konteks mendorong pertumbuhan ekonomi daerah Maluku dan Maluku Utara (FINE).