Konjen RI Toronto: Kiat-kiat Menembus Pasar Kanada

Sturmius Teofanus Bate
Learning to quiet down and listen is essential for reaching your peak power
Konten dari Pengguna
24 Januari 2021 23:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sturmius Teofanus Bate tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Guna menembus pasar Kanada, eksportir Indonesia perlu memperhatikan konsep fair trade yang mengedepankan dialog, transparansi, dan kesetaraan dengan mitra dagang. Eksportir Indonesia juga didorong untuk mengedepankan aspek nilai yang sangat diperhatikan negara maju seperti Kanada, misalnya terkait pemberdayaan perempuan, maupun konservasi hewan langka dan hutan tropis.
ADVERTISEMENT
Kiat-kiat tersebut disampaikan Konsul Jenderal RI–Toronto dalam webinar dengan tema Tantangan dan Prospek Produk UMKM Masuk ke Pasar Kanada, yang diselenggarakan oleh Sahabat Desa SDGs Mandiri (organisasi nirlaba) pada Jumat, 22 Januari 2021. Seminar diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Taman Baca Anak (TBA) serta PT Indofarma.
Konjen RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, Ph.D., memberikan paparan dalam Webinar dengan tema Tantangan dan Prospek Produk UMKM Masuk ke Pasar Kanada
Lembaga Export Development Canada (EDC) melaporkan bahwa impor produk makanan organik oleh Kanada hingga akhir 2020 mencapai CA$ 7 miliar. Rata-rata kenaikan permintaan terhadap produk makanan organik naik sebesar 8% per tahun dan tidak dapat dipenuhi secara domestik. Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan mendorong ekspor produk organik (makanan dan minuman) ke Kanada termasuk oleh pelaku UMKM di pedesaan. Produk yang berpotensi masuk adalah kopi, coklat dan rempah-rempah (cinamon, lada, vanili).
ADVERTISEMENT
Khusus untuk produk rempah, demand di Kanada cukup tinggi. Hal ini antara lain disebabkan karena jumlah imigran yang terus meningkat di Kanada. Pada sensus penduduk tahun 2016, Kanada tercatat telah menerima 7,54 juta imigran, yakni sekitar 21,9% dari total penduduk Kanada. Komposisi penduduk imigran terbesar adalah dari Asia Selatan seperti India dan Pakistan, diikuti oleh Cina, Afrika dan Filipina.
Akses ke pasar Kanada yang memungkinkan bagi pelaku UMKM Indonesia adalah melalui jalur e-commerce, misalnya melalui Archipelago, sebuah platform market place di bawah Amazon Kanada yang menjual produk-produk Indonesia. Selain itu, pelaku UMKM Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan importir diaspora Indonesia yang telah berpengalaman di Kanada seperti Oey Trading dan La Rissa Food.
ADVERTISEMENT
Mengingat kompetisi yang tinggi dengan negara lain seperti Vietnam, Cina dan Thailand, Pemerintah Indonesia perlu memberi dukungan terhadap pelaku UMKM, baik dalam peningkatan kapasitas maupun kualitas produk. Konjen RI Toronto menilai UMKM akan lebih mudah menembus pasar ekspor dengan berkolaborasi dalam satu wadah seperti koperasi, tentunya dengan dukungan pendanaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) maupun perbankan Indonesia yang lain.
Selain itu, Konjen RI juga menggarisbawahi bahwa eksportir Indonesia perlu memperhatikan syarat-syarat teknis untuk masuk ke pasar Kanada seperti sertifikasi produk, packaging, labelling, term of payment, dan kapasitas produksi.
Mayoritas pelaku usaha Indonesia menganggap Kanada bukan merupakan pasar yang menarik. Selain jarak geografis yang jauh, penduduk Kanada terbilang kecil,yakni kurang dari 40 juta jiwa. Belum banyak yang mengetahui bahwa Kanada, khususnya Provinsi Ontario merupakan salah satu hub untuk kawasan perdagangan bebas Amerika Utara dengan kemudahan akses pasar hingga ke Amerika Serikat dan Mexico.
ADVERTISEMENT
Dalam webinar tersebut, hadir pula sebagai Keynote Speaker Wakil Tetap (Watap) Republik Indonesia untuk ASEAN, Duta Besar Ade Padmo Sarwono yang menggarisbawahi bahwa pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan juga menjadi salah satu target bersama di dalam ASEAN sebagai sebuah komunitas. ASEAN telah memiliki mekanisme kerja sama rural development hingga ke tingkat Menteri dengan visi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Dalam konteks pandemi COVID-19, ASEAN telah menyepakati ASEAN Comprehensive Recovery Framework yang difokuskan dalam sektor kesehatan, human security, memaksimalkan pasar antar negara anggota ASEAN, dan transformasi digital yang mencakup kemudahan akses koneksi broadband hingga ke daerah terpencil.
Webinar tersebut dimoderatori oleh Dr. Ida Hindarsah, Sekretaris Penghubung Desa SDGs Mandiri Provinsi Jawa Barat, serta dihadiri oleh lebih dari 150 peserta dari kalangan pelaku UMKM maupun mahasiswa. Hadir pula sejumlah narasumber lain seperti Ketua GP Jamu Indonesia, Dwi Ranny Pertiwi Z., SE, MH, dan Ketua Asosiasi PP Batik Indonesia, Dr. H. Komarudin Kudiya, S.IP, M.Ds. Keduanya menyampaikan paparan masing-masing mengenai potensi ekspor produk jamu dan batik nusantara.
ADVERTISEMENT
***