Misionaris Indonesia dan Kiprahnya di Dunia Internasional

Sturmius Teofanus Bate
Learning to quiet down and listen is essential for reaching your peak power
Konten dari Pengguna
24 Maret 2019 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sturmius Teofanus Bate tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Misionaris Indonesia dan Kiprahnya di Dunia Internasional
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut 'Church’s Book of Statistics 2016', jumlah umat Katolik di dunia mencapai 1.299 miliar, naik sebanyak 14,249 juta dibandingkan tahun 2015. Kenaikan terjadi di semua kawasan, kecuali Eropa yang terus menunjukkan tren penurunan sejak 2013.
ADVERTISEMENT
Penganut Katolik terbesar tersebar di kawasan Amerika dengan jumlah 631.291 juta jiwa, diikuti oleh kawasan Afrika (228.435 juta jiwa) dan Asia (143.368 juta jiwa). Sementara itu, penyumbang misionaris Katolik terbesar di dunia diungguli oleh kawasan Amerika yang mencapai 169.689 jiwa, diikuti oleh Eropa (208.309 jiwa), Asia (79.457 jiwa), Afrika (55.148 jiwa), dan Oseania (6.656 jiwa).
Indonesia tercatat sebagai penyumbang biarawan/wati Katolik terbesar ketiga di Asia setelah India dan Filipina. Sebagian besar biarawan/wati Indonesia merupakan misionaris yang bertugas di seluruh Italia. Hanya sebagian kecil di antaranya yang menjadi misionaris di sejumlah negara lain di dunia. Berdasarkan data kekonsuleran KBRI Vatikan, Indonesia memiliki 1.489 biarawan/wati yang berada di seantero Italia .
ADVERTISEMENT
Bagi seorang Katolik, menjadi seorang misionaris bukan sekadar pilihan profesi atau pengabdian pada gereja melainkan bentuk penyerahan diri untuk menjadi pelayan bagi Tuhan. Dalam kaitan ini, biarawan/wati Katolik kerap disebut sebagai pekerja di ladang Tuhan. Mereka yang secara sukarela meninggalkan keluarga dan berbagai keinginan duniawi dan mengabdikan diri untuk gereja.
Bentuk pengabdian yang dimaksudkan dalam hal ini sangat bervariasi, tergantung misi utama yang diemban oleh masing-masing tarekat/kongregasi. Sebagai contoh, Susteran Ursulin (Suore Orsoline) yang memfokuskan misinya pada bidang pendidikan. Tidak heran jika kiprah kongregasi Ursulin di Indonesia terlihat dari sejumlah lembaga pendidikan yang dikelola, mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.
Ada juga sejumlah kongregasi yang beraliran klausura seperti kongregasi Benediktin. Kegiatan utama mereka adalah berdoa sehingga interaksi mereka dengan masyarakat lain di luar biara sangat dibatasi. Kongregasi ini pada umumnya bersifat otonom di mana hampir segala kebutuhan sandang, pangan, dan papan dipenuhi secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Masih banyak kongregasi lain yang memiliki fokus yang spesifik, misalnya dalam penanganan migrants, kesehatan, penyandang cacat, dan korban perang.
Tahapan Menjadi Biarawan/Wati atau Misionaris Katolik
Proses menjadi seorang biarawan/wati atau misionaris Katolik sangatlah panjang. Tahapannya tentu berbeda antara seorang pastor dan biarawati. Pastor adalah pemimpin umat yang dipersyaratkan memiliki kemampuan intelektual yang baik. Oleh karena itu, seseorang yang ditahbiskan menjadi pastor minimal telah menyandang gelar Sarjana (S1). Sementara itu, seorang biarawati dapat direkrut dengan kualifikasi pendidikan SMA.
Secara umum, tahapan yang dilalui untuk menjadi seorang biarawan/wati terdiri dari:
ADVERTISEMENT
Kelompok Misionaris dan Afiliasinya dengan Vatikan
Kata kongregasi secara etimologis dimaknai sebagai kelompok kardinal yang dibentuk oleh Paus dan diberikan tugas tertentu. Seiring waktu, arti kata kongregasi semakin diperluas dan kerap diartikan sebagai religious institute atau jenis ordo. Dalam Gereja Katolik Roma terdapat banyak sekali kongregasi yang diakui dan terdaftar secara resmi (certified) di Vatikan. Beberapa kongregasi yang dikenal luas, antara lain Dominikan, Jesuit, Societá del Verbo Divino (SVD), Karmelitan, Benediktin, Fransiskan, Ordo Sanctae Crucis (OSC), Suore Orsoline dan sebagainya.
Sosialisasi kekonsuleran di Forli, Italia, 19 Desember 2014 (Foto: koleksi pribadi)
Setiap kongregasi memiliki struktur organisasi yang jelas dan berkewajiban memiliki minimal satu kantor perwakilan di kota Roma. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan koordinasi dan komunikasi dengan Vatikan.
Indonesia memiliki setidaknya dua kongregasi yang terbentuk di dalam negeri dan memiliki kantor perwakilan di Roma, yakni Puteri Reinha Rosari (PRR) yang berpusat di Larantuka, Flores dan Serikat Pengikut Yesus (CIJ) yang berpusat di Ende, Flores. Sebagai kongregasi yang didirikan di Indonesia, anggota kedua kongregasi tersebut masih didominasi oleh orang Indonesia meskipun keduanya telah mengemban misi di Italia dan sejumlah negara lain.
ADVERTISEMENT
Misionaris Indonesia yang Menduduki Posisi Penting
Hingga tahun 2019, tercatat banyak anggota misionaris Indonesia yang menduduki posisi penting di masing-masing kongregasi. Pada tahun 2010, Rm. Heru Ismadi, SCJ ditunjuk menjadi Sekretaris Jenderal dari Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus (SCJ) sedunia dan berkantor di Roma, Italia. Sebelumnya, Rm. Heru adalah Sekretaris Provinsi SJC Indonesia selama dua periode.
Pada Juli 2018, Rm. Paulus Budi Kleden, SVD terpilih menjadi Superior General Kongregasi SVD pada Juli 2018. Sebelumnya, Romo Budi telah bermukim di Roma dan menjadi salah satu anggota Dewan Jenderal SVD.
Selanjutnya, Rm. Laurentius Tarpin, OSC terpilih menjadi Magister General (pemimpin tertinggi) Ordo Salib Suci (OSC) pada tahun 2015. Rm. Laurentius Tarpin yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Universitas Parahyangan-Bandung kemudian hijrah ke Roma dan memimpin ordo yang telah berusia lebih dari 800 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya menjadi petinggi kongregasi, seorang WNI bahkan menjadi petinggi di dalam birokrasi Vatikan. Sejak tahun 2007, Rm. Markus Solo Kewuta, SVD yang berasal dari Flores Timur didaulat menjadi desk officer untuk dialog antara Katolik dan Islam pada Pontifical Council for Interreligious Dialogue (PCID). Dalam posisi tersebut, Rm. Markus berperan sebagai penasehat Paus untuk urusan dialog antara Katolik dan Islam.
Rm. Markus Solo Kewuta, SVD (pertama dari kiri) mendampingi Kardinal Jean Louis Tauran memimpin Misa Syukur Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-68 di Roma, 2 Oktober 2013 (Foto: koleksi pribadi)
Rm. Markus menyelesaikan pendidikan Sarjana di bidang Filsafat di Ledalero, Maumere (1988) kemudian melanjutkan pendidikan S2 di bidang Teologi di Austria (1997), dan S3 di bidang Fundamental Theology di Austria (2002). Selain itu, Rm. Markus juga pernah mempelajari Sejarah Budaya Arab dan Islamologi di Mesir (2002-2003).
Peran Misionaris Katolik dalam Mempromosikan Indonesia
ADVERTISEMENT
Sudah sejak lama KBRI Vatikan mengupayakan pemberdayaan kelompok biarawan/wati Indonesia yang berada di seluruh Italia di antaranya dengan menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan IRRIKA, yakni Ikatan Rohaniawan/Rohaniawati Indonesia di Kota Abadi. Organisasi ini terbentuk sejak 1955 dan beranggotakan semua biarawan/wati Indonesia di seluruh Italia.
Secara rutin, KBRI Vatikan memberikan dukungan terhadap berbagai program tahunan IRRIKA. Sebaliknya, IRRIKA juga memberikan dukungan dalam berbagai kegiatan KBRI Vatikan, termasuk di antaranya dalam berbagai kegiatan promosi seni dan budaya Indonesia.
Para Suster FCJM (Fransiscanae Cordis Jesu Mariae) dan Pastor Misionaris CICM membawakan tarian Tor Tor dari Sumatera Utara dalam Misa Syukur Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-68 di Roma, 2 Oktober 2013 (Foto: koleksi pribadi)
Meskipun telah menetap selama puluhan tahun di Italia, mayoritas misionaris Indonesia di Italia tetap mempertahankan kewarganegaraan Indonesia. Bagi mereka, menjadi Warga Negara Asing berarti membatasi hubungan dan komunikasi dengan keluarga mereka di Indonesia. Kecintaan yang besar terhadap Tanah Air Indonesia juga telah mendorong mereka untuk aktif dalam berbagai kegiatan dengan KBRI Vatikan.
ADVERTISEMENT
Banyaknya WNI yang menjadi misionaris di Italia dan berbagai negara lain dapat menjadi aset untuk mempromosikan Indonesia. Mengingat tugasnya sebagai pelayan umat, kehadiran mereka cenderung mendapatkan tempat khusus di kalangan masyarakat di mana mereka ditempatkan.
Dalam hal ini, Perwakilan RI (Kedutaan maupun Konsulat) perlu memberdayakan kaum misionaris untuk lebih memperkenalkan Indonesia di mana pun mereka ditugaskan (FINE).