Konten dari Pengguna

Mamasa, Permata Tersembunyi Sulawesi Barat yang Kaya Budaya dan Alam

Tiar
Seorang Mahasiswa di salah satu universitas swasta di Makassar
6 April 2025 15:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar : tempat wisata tondok bakaru di Mamasa (sumber: foto pribadi penulis)
zoom-in-whitePerbesar
gambar : tempat wisata tondok bakaru di Mamasa (sumber: foto pribadi penulis)
ADVERTISEMENT
Kabupaten Mamasa di Sulawesi Barat mungkin belum banyak dikenal publik luas, namun daerah ini menyimpan potensi besar dari sisi budaya dan pariwisata. Terletak di kawasan pegunungan yang sejuk dan asri, Mamasa menawarkan perpaduan unik antara kearifan lokal, bentang alam, serta warisan budaya Toraja yang masih lestari hingga kini.
ADVERTISEMENT
Kabupaten ini resmi berdiri pada 10 April 2002 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa. Dengan luas wilayah lebih dari 3.000 km², Mamasa kini dihuni oleh lebih dari 160 ribu jiwa menurut data sensus 2020 (sumber: Wikipedia Kabupaten Mamasa).
Wilayah ini menjadikan Kota Mamasa sebagai pusat pemerintahan sekaligus simpul budaya. Uniknya, masyarakat Mamasa masih memiliki kedekatan etnis dan adat dengan suku Toraja di Sulawesi Selatan. Hal ini terlihat dari rumah adat berbentuk tongkonan, sistem kepercayaan tradisional, hingga upacara kematian dan ritual adat lainnya yang masih dijaga kuat.
Tradisi seperti rambu solo’—upacara kematian—dan rambu tuka’, atau syukuran atas hasil panen, menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Budaya ini bukan hanya sakral bagi warga, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menyaksikan sisi autentik dari budaya Sulawesi.
ADVERTISEMENT
Selain kekayaan adat, Mamasa juga memiliki lanskap alam yang menawan. Pegunungan hijau, air terjun alami, dan sumber air panas tersebar di berbagai wilayah, seperti Air Terjun Liawan dan Pemandian Air Panas Nosu. Potensi ini menjadikan Mamasa sebagai destinasi ekowisata yang menjanjikan.
Namun demikian, Mamasa masih menghadapi sejumlah tantangan. Akses jalan yang belum sepenuhnya memadai serta minimnya fasilitas penunjang wisata menjadi hambatan utama dalam mengembangkan sektor pariwisata. Belum lagi, promosi yang kurang masif membuat Mamasa kalah pamor dari daerah tetangganya, seperti Toraja atau Majene.
Warga Mamasa berharap adanya pemerataan pembangunan, terutama di bidang infrastruktur dan pendidikan. Mereka juga menginginkan penguatan identitas budaya agar generasi muda tidak melupakan akar tradisi di tengah derasnya arus modernisasi.
ADVERTISEMENT
Dengan potensi budaya dan alam yang luar biasa, Mamasa sejatinya memiliki tempat tersendiri di peta wisata Indonesia Timur. Tinggal bagaimana semua elemen—baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat—bisa bersinergi dalam mewujudkannya.