Lidah Mertua Melawan Asap Rokok

Holy Wahyuni
Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSurabaya
Konten dari Pengguna
31 Mei 2021 16:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Holy Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Campaign Stop Merokok, gambar bersumber dari: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto Campaign Stop Merokok, gambar bersumber dari: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Duduk bersebelahan dengan seorang perokok yang tengah mengepulkan asap rokok adalah salah satu hal paling menyebalkan. Saya merasa bahwa hak untuk menikmati udara sehat telah direnggut. Nahasnya, tak jarang perokok juga merupakan anggota keluarga. Sementara menghentikan kebiasaan merokok tak semudah membalikkan telapak tangan.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang ibu, asap rokok juga menjadi momok menakutkan bagi saya. Pasalnya, di taman yang memiliki wahana permainan anak-anak juga sering kali dijumpai orang-orang yang tanpa rasa bersalah merokok tanpa menjauhi anak-anak. Tentu saja akan sangat berbahaya jika asap rokok tersebut memapar pernafasan anak-anak. Pernah sekali dua kali saya menegur para perokok tersebut dengan santun, namun tidak semua orang memberikan respons teguran yang sama santunnya.
Banyak referensi menyebutkan bahwa dalam asap rokok terdapat banyak sekali zat berbahaya yang dapat memicu timbulnya penyakit serius. WHO (2019) mengungkapkan produk tembakau yang diisap mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, termasuk setidaknya 250 bahan kimia yang diketahui beracun atau menyebabkan kanker. Hal ini tentu saja tidak bisa dianggap sebagai masalah sepele.
ADVERTISEMENT
Rokok yang dijual bebas di pasaran, juga menadi faktor kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkannya dan menjadi prokok aktif. Sebagai imbas adalah kita yang dengan terpaksa ikut terhirup asapnya atau yang lebih dikenal dengan sebutan perokok pasif.
Bersumber dari data WHO tahun 2008, Indonesia menempati urutan ketiga dari 10 negara pengongsumsi rokok di dunia setelah China dan India. Sementara itu, data dari Riskesdas 2007 menyatakan bahwa 85,4% dari perokok berusia 10 tahun ke atas merokok di dalam rumah bersama dengan anggota keluarga lainnya (Adawiyah, dkk, 2013). Sungguh fakta yang teramat miris.
Sebenarnya pemerintah dan para stakeholder telah melakukan beberapa upaya untuk menciptakan lingkungan sehat dari polutan asap rokok. Salah satunya dengan membentuk kawasan tanpa rokok yang digalakkan di banyak tempat. Sebagian besar adalah di tempat umum, kawasan sekolah, dan kampus. Tetapi nampaknya masih sulit dalam realisasi kepatuhannya.
ADVERTISEMENT
Memulai Kesadaran Kesehatan dari Diri Sendiri dan Orang Terdekat
Kesadaran untuk hidup sehat harus senantiasa dibangun dan dimulai dari diri sendiri. Dalam kasus memerangi asap rokok kita juga harus dapat memproteksi diri kita serta orang-orang di sekitar kita dengan berbagai upaya yang mudah dan efektif. Sehingga semua orang dapat melakukannya.
Salah satu upaya itu adalah dengan menanam tanaman pelindung udara. Mengapa saya menyebutnya sebagai tanaman pelindung udara? Sebab tanaman ini dapat dijadikan filtrasi alami yang mampu menyerap polutan. Tanaman yang dimaksud adalah tanaman Sansevieria yang lebih dikenal dengan nama daerah 'lidah mertua'.
Menanam dan menumbuhkan tanaman lidah mertua ini bisa dikatakan cukup mudah dan tidak membutuhkan perawatan khusus, lho. Hal ini dikarenakan lidah mertua memiliki daya adaptasi dan survivalitas tinggi dalam rentang suhu luas. Maka dari itu, selain bisa ditanam di luar ruangan, lidah mertua juga dapat diletakkan di dalam ruangan.
ADVERTISEMENT
Berbagai riset telah membuktikan keefektifan tanaman lidah mertua dalam menyerap dan mereduksi zat polutan. Beberapa zat polutan yang direduksi antara lain CO dan nikotin yang terkandung dalam asap rokok. Wah! Fakta ini serasa menjadi angin segar bagi kita yang mendamba-dambakan udara sehat tanpa polutan.
Lidah Mertua dalam Campaign Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria), gambar bersumber dari: pinterest.com
Masyarakat sering kali melakukan campaign lingkungan sehat tanpa asap rokok dalam berbagai momentum. Seperti saat peringatan hari tanpa tembakau sedunia yang diperingati pada tanggal 31 Mei.
Seperti yang kita ketahui, bahwa tipologi masyarakat kita, sebagian besar tidak begitu menyukai pelarangan tanpa diberikan solusi. Maka, dalam momentum campaign anti asap rokok sebenarnya kita dapat memberikan sosialisasi untuk gerakan menanam lidah mertua. Bahkan sangat mungkin, gerakan ini disisipkan dalam perkumpulan ibu-ibu PKK, saya rasa ibu-ibu akan merespons dengan senang hati.
ADVERTISEMENT
Gerakan menanam lidah mertua selain menjadi upaya memfiltrasi udara dari polutan, juga sekalian menjadi gerakan go green dan pelestarian keanekaragaman hayati, bukan? Maka gerakan ini bisa dikatakan sangat bermanfaat.
Lantas bagaimana dengan perokok aktif yang masih dicandu oleh zat adiktif dalam rokok? Apakah tidak perlu lagi diberikan edukasi untuk stop merokok? Jawabannya tentu saja masih dan terus-menerus dianggap perlu. Edukasi bisa dimulai dari orang terdekat, berbicara dari hati ke hati agar bagaimana aktivitas berbahaya tersebut dapat dihentikan.
Bayangkan saja, perokok jangka panjang akan kehilangan setidaknya 10 tahun kehidupan mereka. Di tingkat global, lebih dari 22,000 orang meninggal dunia karena penggunaan tembakau atau terpapar asap rokok setiap harinya—satu orang dalam 4 detik setiap harinya. Tentu saja kita tidak mau bukan hal tersebut terjadi kepada kita atau kepada orang-orang terdekat kita?
ADVERTISEMENT