Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan Anak di Aspek Spiritual Sosial hingga Ekoteologi di Momen Idul Adha
17 Juni 2024 12:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Holy Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anak-anak di usia dini, memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Termasuk di saat momentum hari raya Idul Adha, maka anak biasanya akan tertarik dengan hewan kurban.
ADVERTISEMENT
Ketika momentum penyembelihan tidak jarang, anak juga antusias untuk ikut serta menyaksikan. Dari situ anak akan bertanya-tanya, mengapa saat Idul Adha hewan disembelih. Tentu ada kekhawatiran bagi orang tua mengenai perspektif anak jika tidak diberi pemahaman yang tepat. Sebab dalam benak anak bisa jadi muncul perspektif bahwa tindakan tersebut adalah tindakan kejam, tidak menyayangi binatang, dan lain sebagainya.
Nah, Ayah Bunda, menjadi tugas orang tua memberikan pemahaman agama yang tepat dengan diksi yang mudah diterima oleh anak. Sebab, penjelasan orang tua akan menjadi dasar atau fondasi mereka dalam memandang beberapa syariat agama. Terutama bagi umat muslim.
Lebih lanjut, momentum hari raya selalu menjadi momentum yang memorable bagi seorang anak. Dari sini tentu Ayah dan Bunda tidak ingin, jika kenangan anak pada perayaan hari besar Islam menjadi memori yang tidak menyenangkan. Beberapa anak memiliki karakter lembut, perasa, sehingga mereka kerap tidak tega melihat binatang disakiti. Beberapa hal berikut setidaknya bisa menjadi pemahaman yang dapat diberikan kepada orang tua, agar anak bisa memaknai Idul Adha dengan makna yang baik.
ADVERTISEMENT
Kurban menjadi momen hamba dekat dengan Tuhan dan merelakan hartanya
Pemahaman pertama yang bisa diberikan orang tua dapat dimulai dengan memaknai kata kurban/qurban adalah mendekat. Maksud mendekat adalah bahwa dengan menjalankan perintah Allah, seorang hamba akan semakin dekat dengan Tuhannya.
Hewan kurban adalah harta kita, ini menjadi cara Tuhan menyadarkan manusia bahwa kita tidak boleh serakah dengan apa yang kita miliki. Ada sebagian yang kita miliki meskipun itu berharga buat kita namun harus dikorbankan. Ini sebagai bukti, bahwa cinta kita yang paling besar adalah cinta kita kepada Tuhan, sang Maha Pencipta. Tuhanlah yang memberikan kita harta di dunia, maka sebenarnya harta itu bukan sepenuhnya milik kita.
Kita juga bisa menyelipkan cerita teladan dari Nabi Ibrahim AS. Saat itu melalui mimpi, Allah perintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail putranya. Sama maknanya bahwa Ismail adalah harta yang berharga tentu bagi Nabi Ibrahim. Namun karena sadar bahwa itu adalah perintah Allah, Nabi Ibrahimpun menjalaninya. Tetapi, ketika hendak menyembelih Nabi Ismail, Allah menggantinya dengan seekor domba. Allah hanya menguji keimanan Nabi Ibrahim. Maka itulah sejarahnya, mengaoa di setiap Idul Adha kita diperintahkan untuk berkurban dengan hewan kurban.
ADVERTISEMENT
Tatacara penyembelihan kurban membuktikan Islam menghormati binatang sebagai makhluk Tuhan
Pemahaman yang tidak kalah penting adalah tentang tatacara Islam dalam memperlakukan hewan kurban. Islam bahkan dengan detail mengajarkan syarat hewan kurban yang boleh disembelih, seperti bukan hewan cacat, tidak dalam keadaan sakit, serta yang sudah cukup umur. Bahkan Islam mengajarkan di bagian tubuh mana yang boleh dilakukan penyembelihan, agar mengurangi rasa sakit berlebihan pada hewan yang dikurbankan. Ini menunjukkan bagaimana Islam sangat menghormati hewan kurban, sebagai harta berharga yang disembelih untuk semata menjalani perintah Allah.
Ketika momentum penyembelihan, semua orang melakukan takbiran, sebagian mengelus ngelus heean kurban agar memberi efek tenang pada hewan yang hendak dikurbankan. Kita harus sangat berhati-hati dalam memperlakukan hewan kurban. Kita bahman tidak memperlihatkan proses penyembelihan hewan kurban lain di hadapan hewan lainnya. Semua proses ini tentu tidak sama dengan berlaku kejam, apalagi bermaksud menyakiti atau menyiksa.
ADVERTISEMENT
Kurban mengajarkan untuk berbagi dengan sesama
Aspek sosial yang juga bisa ditanamkan kepada anak adalah bahwa dalam momentum idul kurban kita diajarkan untuk bisa berbagi. Daging hewan kurban tidak dinikmati sendiri oleh si pemilik, melainkan dibagi-bagikan kepada sesama.
Bagi sebagian orang, menghidangkan olahan daging menjadi momentum jarang. Hal ini dikarenakan harga daging yang tergolong mahal. Di momentum Idul Adha, semua kalangan dapat menikmati hidangan daging kurban sebagai rizki yang patut untuk disyukuri.
Menghindari anak untuk melihat langsung secara dekat proses penyembelihan
Bagi anak di usia dini, melihat langsung secara dekat proses penyembelihan sebaiknya tidak diperkenankan. Anak-anak harus didampingi oleh orang dewasa dan bisa menyaksikan dari kejauhan. Pertimbangan pertama adalah aspek keamanan. Banyak pisau tajam di sekitar lokasi penyembelihan, selain itu, bisa mengganggu fokus bagi petugas penyembelih. Beberapa kasus, hewan kurban melakukan berontak dan bisa menyebabkan orang lain terluka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga harus berjaga untuk memperhatikan psikologis si kecil. Anak usia dini belum bisa membedakan dan kritis pada suatu kejadian yang disaksikan. Pada beberapa anak, kejadian penyembelihan bisa menimbulkan rasa takut, trauma, dan sedih. Orang tua juga penting memahamkan anak, bahwa penyembekihan dilakukan oleh orang dewasa yang sudah ahli. Tidak ada anak kecil yang melakukannya. Tidak boleh juga untuk ditiru, sebab itu berbahaya. Benda tajam tidak boleh digunakan sembarangan.