Tradisi Baju Lebaran dan Konsep Hidup Minimalis Ramah Lingkungan

Holy Wahyuni
Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSurabaya
Konten dari Pengguna
29 April 2021 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Holy Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: PNG download.id
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: PNG download.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Momentum lebaran disebut sebagai hari kemenangan bagi seluruh umat muslim. Setelah satu bulan menjalani ibadah puasa ramadhan, maka momentum lebaran merupakan momentum istimewa sehingga segalanya dipersiapkan secara spesial. Ada banyak hal yang menjadi ciri khas atau tradisi ketika menyambut lebaran, salah satunya adalah baju baru.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini tampaknya sudah diwariskan secara turun temurun, bahkan pada berbagai sumber referensi tradisi baju baru lebaran sudah ada sejak masa kesultanan di Indonesia. Namun, pernahkah kita berpikir, bahwa menambah koleksi baju lebaran akan semakin memenuhi isi lemari kita dan tentu saja hal itu berarti menambah tumpukan volume sampah tekstil.
Kalimat "menambah tumpukan volume sampah tekstil" tentu saja bukan tanpa alasan. Jika direnungkan, dari seluruh isi lemari pakaian, berapa persenkah pakaian yang masih dikenakan secara intensif. Tidak jarang, sebagian besar pakaian di dalam lemari hanya terbiarkan menumpuk tanpa difungsikan, apalagi ketika ada koleksi yang lebih baru, dengan mode dan style yang lebih up to date.
Perlu diketahui, bahwa permasalahan penumpukan pakaian yang akan menjadi sampah tekstil ini bukan hanya tentang cara melenyapkannya, namun juga pada proses produksi serta pemeliharaannya ternyata berdampak sekali terhadap pemicu polutan. Isu pencemaran lingkungan memanglah sebuah isu dan permasalahan yang masih dan terus menjadi PR besar bagi banyak pihak. Maka melalui kesadaran-kesadaran yang dianggap kecil diharapkan upaya meminimalisir dampak dapat dicicil.
ADVERTISEMENT
Sebagian masyarakat mungkin seringkali berupaya menyumbangkan pakaiannya yang menumpuk kepada korban bencana, akan tetapi ternyata sebagian dari sumbangan itu tidak difungsikan seluruhnya, sisanya akan dibakar yang akan menjadi polusi di udara.
World Wild Life (WWF) menerangkan bahwa dalam proses produksi satu kaus katun saja setidaknya menggunakan 2700 liter air. Hal ini menandakan bahwa produksi pakaian yang over berelasi dengan jumlah ketersediaan air di dunia. Proses pencucian juga menghasilkan karbon dioksida yang berkontribusi terhadap meningkatnya pencemaran.
Konsep Hidup Minimalis "Break The Twitch"
Less is more merupakan slogan yang cukup familiar di kalangan para pegiat konsep hidup minimalis ala Break The Twitch. Konsep hidup minimalis ini bukan berarti seorang individu tak lagi memikirkan duniawi dengan kehidupan yang sangat ala kadarnya, tetapi yang ditekankan adalah tentang kebermanfaatan dari sebuah kepemilikan.
ADVERTISEMENT
Konsep hidup minimalis memungkinkan seseorang untuk menjalani hidup dengan barang dalam jumlah sedikit namun dapat difungsikan secara maksimal. Alasan mendasar dari konsep ini adalah bahwa hampir setiap orang memiliki barang yang sebetulnya tidak terlalu difungsikan. Ironisnya, sebagian masyarakat lebih menyukai menyimpan barang-barang yang sebenarnya tidak difungsikan tersebut, sehingga memenuhi isi rumah, dan pada suatu titik menjadi ledakan sampah.
Lebaran Minimalis dan Dampak terhadap Lingkungan
Lebaran minimalis jika dikorelasikan dengan konsep hidup minimalis, akan memberikan dampak bukan hanya terhadap lingkungan fisik, namun juga terhadap lingkungan sosial. Yakni, saat seseorang memborong baju lebaran, hendaknya membeli baju yang sekiranya bisa dikenakan untuk daily activity juga. Selain itu, ketika ada koleksi baju baru masuk lemari, maka harus ada yang keluar lebih banyak dari isi lemari.
ADVERTISEMENT
Penyisihan baju yang sudah tidak difungsikan ini bisa dialihkan ke banyak hal. Saat ini telah banyak komunitas daur ulang yang akan menyerap manfaat sebanyak-banyaknya dari sebuah pakaian bekas bahkan yang tidak layak pakai sekalipun. Dari yang tak bernilai ekonomi dan hanya berupa limbah menjadi produk bernilai ekonomi.
Lebaran minimalis dengan membeli baju secara tak berlebihan juga bisa memberi dampak pada pengeluaran di hari raya, dan bisa dialihkan untuk kegiatan berderma. Maka lebaran dengan konsep minimalis tak hanya akan berkontribusi pada penekanan sumber pencemaran lingkungan, juga bisa memberikan efek positif untuk kesejahteraan sosial.
Ilustrasi belanja kebutuhan Lebaran Foto: Shutterstock