news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penyakit Mental yang Serupa dengan Kepribadian Joker

HonestDocs
HonestDocs adalah platform kesehatan yang bertujuan untuk memudahkan akses ke layanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia agar masyarakat dapat juga meningkatkan kualitas kesehatan hidup mereka.
Konten dari Pengguna
12 September 2019 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HonestDocs tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Badut. Sumber: HonestDocs
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Badut. Sumber: HonestDocs
ADVERTISEMENT
Joker, karakter DC Comics berambut hijau yang menjadi musuh bebuyutan Batman, membuat penghuni Kota Gotham merasakan kengerian. Senyum dan cara tertawanya sangat khas. Sebentar lagi, film Joker akan segera tayang di bioskop Tanah Air dengan Joaquin Phoenix jadi pemeran Joker.
ADVERTISEMENT
Namun siapa sangka, ternyata demi membangun karakter Joker, Joaquin sampai terinspirasi dari pengidap Pathological Laughter and Crying (PLC) alias orang-orang dengan gangguan mental yang sering menangis atau tertawa tiba-tiba.
Adegan film 'Joker' Foto: YouTube.com/Warner Bros. Pictures

Pathological Laughter and Crying (PLC)

Menangis atau tertawa tiba-tiba tidak harus menjadi pertanda suasana hati sedang senang atau sedih, tetapi bisa juga karena ada gangguan sistem saraf yang disebut PLC.
PLC bisa disebut juga sebagai emosi labil atau pseudobulbar affect (PBA) yang ditandai dengan tawa atau menangis secara berantai, tiba-tiba, dan tidak bisa dikendalikan.

Penyebab PLC

Penyebab dari gangguan PLC belum dapat diketahui secara pasti. Namun, biasanya dialami oleh penderita cedera atau kondisi neurologis pada otak, misalnya karena beberapa hal di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Kondisi-kondisi di atas ini dapat memicu kerusakan pada korteks prefontal, area otak pengendali emosi, yang membuat perubahan zat kimia dalam otak serupa dengan depresi dan mania.
Pada dasarnya, penderita PLC memiliki emosi yang normal tetapi terkadang diekspresikan berlebihan dan tidak pada waktunya seperti contoh di bawah ini:

Cara mengendalikan sensasi menangis dan tertawa agar tidak berlebihan

Dalam dunia medis, biasanya pasien akan diberikan antidepresan untuk mengendalikan gejala PLC, namun obat tersebut tidak selalu menjadi solusi. Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan dextrometorphan atau quinidine sebagai obat terapi PLC yang terbukti dapat membantu mengendalikan emosi menangis dan tertawa.
ADVERTISEMENT
Selain obat-obatan, aktivitas di bawah ini dapat membantu penderita PLC mengendalikan emosi: