Pandangan Terhadap Sejarah dan Keterbatasan Dalam Sejarah

Honesty Rahmi Putri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya Malang
Konten dari Pengguna
21 April 2024 9:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Honesty Rahmi Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi evolusi manusia/i.Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi evolusi manusia/i.Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdagangan, kekaisaran, dan agama-agama universal telah menyatukan hampir semua manusia di setiap benua ke dalam dunia global saat ini. Dilihat dari keseluruhan, transisi dari banyaknya budaya kecil menjadi beberapa budaya besar dan akhirnya menjadi satu masyarakat global mungkin merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari dinamika sejarah manusia. Tetapi, mengatakan bahwa masyarakat global adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, berbeda dengan mengatakan bahwa hasil akhirnya harus menjadi masyarakat global tertentu saat ini. Tentu terdapat hasil lain.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan manusia terletak pada kemampuan mereka untuk berkolaborasi dalam skala yang besar. Seperti kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang rumit dan beragam, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, adanya pembagian kerja dan spesialisasi, serta imajinasi dan kepercayaan bersama sehingga memungkinkan manusia bekerjasama dengan kelompok-kelompok besar. Jadi, kesuksesan Homo Sapiens sebagai spesies bukan hasil dari kekuatan fisik atau kecerdasan individual melainkan dari kemampuan untuk bekerja sama dalam kelompok yang besar, berkomunikasi, beradaptasi, dan membagi pekerjaan.
Ilustrasi Kekaisaran Romawi/Emile Schweitzer
Setiap titik dalam sejarah merupakan perempatan jalan, dimana jalan yang dilalui mengarah dari masa ke masa. Seperti pada awal abad keempat Masehi, dimana Kekaisaran Romawi menghadapi berbagai kemungkinan agama yang luas. Kekaisaran Romawi tetap pada politeisme tradisional dan beragam. Namun, Kaisar Romawi, melihat kembali pada abad yang penuh dengan konflik antarsaudara, tampaknya berpikir bahwa sat agama dengan doktrin yang jelas bisa membantu menyatukan kerajaannya yang beragam etnis. Kaisar Romawi dapat memilih salah satu dari beberapa kultus kontemporer untuk menjadi agama nasionalnya. Terdapat banyak kultus seperti Manichaeism, Mithraism, kultus Isis atau Cybele, Zoroastrianism, Yudaisme, dan bahkan Buddha.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa Sarjana yang memberikan penjelasan deterministik mengenai peristiwa-peristiwa seperti munculnya Kekristenan. Para Sarjana mencoba untuk mengurangi sejarah manusia menjadi hasil dari kekuatan ekologis, biologis, atau ekonomi. Para Sarjana juga berargumen bahwa munculnya agama monoteis ada karena sesuatu tentang geografi, genetika, atau ekonomi Mediterania Romawi. Tetapi, sejumlah sejarawan cenderung menolak terhadap teori-teori deterministik tersebut, karena salah satu ciri khas sejarah yang merupakan disiplin ilmu yaitu ketika semakin baik mengetahui periode sejarah tertentu, akan semakin sulit mendeskripsikan mengapa hal-hal tersebut terjadi melalui satu cara bukan dengan cara lain.
ADVERTISEMENT
Faktanya, sejarah tidak dapat dijelaskan secara deterministik dan tidak dapat diprediksi karena bersifat kacau. Dengan adanya banyak faktor yang berperan dan interaksi yang begitu kompleks sehingga cara mereka berinteraksi dapat menghasilkan perbedaan besar dalam hasilnya. Sejarah tidak dapat menjamin hasil tertentu dan terdapat banyak pilihan yang dibuat oleh manusia pada masa lalu sebenarnya memiliki alternatif yang berbeda karena banyaknya pilihan yang dibuat oleh manusia di masa lalu tidak pasti, sehingga kegagalan adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari sejarah. Ketakutan akan kegagalan sering kali membuat melihat kembali ke masa lalu dengan pandangan yang terlalu deterministik dengan mencoba menciptakan narasi yang terlihat logis dan terorganisir. Selain itu, sejarah tidak dapat dipandang secara sederhana karena terdapat banyak aspek kehidupan di masa lalu yang tidak didokumentasikan dengan baik atau bahkan tidak kita ketahui sama sekali. Jadi dalam membuat asumsi maupun kesimpulan mengenai sejarah harus dengan kehati-hatian.
ADVERTISEMENT
Pilihan-pilihan yang dibuat oleh sejarah tidak dapat dijelaskan, tetapi pilihan-pilihan sejarah tidak dibuat untuk kepentingan manusia. Dimana tidak terdapat bukti bahwa kesejahteraan manusia meningkat seiring berjalannya sejarah, tidak ada bukti juga bahwa budaya yang menguntungkan manusia harus berhasil dan menyebar sedangkan budaya yang kurang menguntungkan menghilang. Budaya yang berbeda tersebut mendefinisikan kebaikan dengan cara yang berbeda, dan tidak ada yang alat ukur objektif tentang hal tersebut. Contohnya Orang Kristen percaya bahwa kemenangan Kekristenan atas Manikheisme menguntungkan umat manusia. Sedangkan, Muslim percaya bahwa jatuhnya Kekaisaran Sassanid ke tangan mereka menguntukan umat manusia. Tentu saja manfaat-manfaat tersebut akan diterima di pandangan orang-orang Muslim.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak sarjana yang melihat budaya sebagai jenis infeksi mental atau parasit, dengan manusia sebagai inangnya yang tidak sadar. Mereka berkembang biak dan menyebar dari satu inang ke inang lainnya, memanfaatkan inang mereka, melemahkan mereka, dan terkadang bahkan membunuh mereka. Selama inang hidup cukup lama untuk menyebarkan parasit, ia tidak begitu peduli tentang kondisi inangnya. Sama halnya dengan gagasan budaya hidup di dalam pikiran manusia. Terdapat pendekatan yang disebut dengan memetika. Dimana pendekatan memetika mengasumsikan bahwa, sama seperti evolusi organik didasarkan pada replikasi unit organik yang disebut gen, sedangkan evolusi budaya didasarkan pada replikasi unit informasi budaya yang disebut meme. Budaya yang unggul dalam memproduksi meme mereka, terlepas dari biaya dan manfaat bagi manusia adalah budaya yang sukses.
ADVERTISEMENT
Sejumlah sarjana di bidang humaniora menggap rendah pendekatan memetika, mereka melihat memetika sebagai upaya yang amatir untuk menjelaskan sebuah proses budaya. Namun, banyak dari sarjana yang memegang teguh pendekatan postmodernisme. Pendekatan postmodernisme membahas tentang wana daripada meme sebagai bahan dasar budaya. Namun, pendekatan postmodernisme juga melihat budaya sebagai sesuatu yang berkemabnag deng sedikita perhatian terhadap manfaat manusia. Contohnya, pemikir postmodernis menggambarkan nasionalisme sebagai wabah mematikan yang menyebar di seluruh dunia pada abad kesembilan belas dan kedua puluh, menyebabkan perang, penindasan, kebencian, dan genosida. Pada saat orang-orang di satu negara terinfeksi dengannya, mereka di negara-negara tetangga juga kemungkinan besar tertular virus tersebut. Virus nasionalis menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi manusia, namun sebagian besar bermanfaat bagi dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Terdapat teori lain yang disebut teori permainan yang menjelaskan bagaimana dalam sistem multi pemain, pandangan dan pola perilaku yang merugikan masih berhasil mengakar dan menyebar. Contohnya perlombaan senjata. Banyak perlombaan senjata yang menghancurkan keuangan semua yang didalamnya, tanpa mengubah kekuatan militer. 'Perlombaan senjata' adalah pola perilaku yang menyebar seperti virus dari satu negara ke negara lain, merugikan semua orang, tetapi menguntungkan dirinya sendiri, dalam kriteria evolusi bertahan hidup dan reproduksi. Teori-teori dan pendekatan yang ada seperti memetika, postmordenis dan teori permainan tidak menjadikan dinamika sejarah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
References
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A brief history of humankind. Random House.