Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Metode SDLC: Definisi, Manfaat, dan Jenis Modelnya
19 Februari 2023 12:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari How To Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membicarakan metode SDLC tak bisa dilepaskan dengan sistem rekayasa perangkat lunak. Umumnya, metode ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah secara efektif.
ADVERTISEMENT
SDLC atau Software Development Life Cycle berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memproses pengembangan suatu perangkat lunak.
Untuk mengetahui apa itu SDLC beserta manfaat, dan modelnya, simak penjelasan berikut selengkapnya.
Apa yang Dimaksud dengan Metode SDLC?
Mengutip Stackify, Software Development Life Cycle (SDLC) mengacu pada metodologi dengan proses yang jelas untuk membuat perangkat lunak berkualitas tinggi.
Tujuan dari adanya metode SDLC, yaitu menyediakan alur terstruktur dalam membantu developer menghasilkan software berkualitas dalam waktu singkat dan dengan biaya rendah. Meski begitu hasilnya tetap optimal.
Secara umum, metodologi SDLC berfokus pada fase pengembangan perangkat lunak yang mencakup analisis kebutuhan perencanaan, desain perangkat lunak, pengembangan perangkat lunak, pengujian, dan penyebaran.
Manfaat SDLC
SDLC memiliki peranan penting dalam pengembangan software. Menyadur laman Synopsys, berikut beberapa manfaat SDLC yang perlu kamu ketahui.
ADVERTISEMENT
Model SDLC
SDLC memiliki beberapa model pengembangan dengan keunggulan masing-masing. Dirangkum dari laman Stackify, berikut penjelasan selengkapnya.
Model Waterfall
Waterfall merupakan model SDLC tertua dan dinilai paling mudah diterapkan. Model ini memungkinkan seseorang menyelesaikan satu fase dan kemudian memulai fase berikutnya.
Setiap fase tersebut memiliki susunan rencana kecil tersendiri dan berupa bagan alir yang mengarah ke bawah layaknya air terjun.
Dengan model ini, pengembangan menjadi lebih jelas dan terorganisasi. Sayangnya. Model Waterfall dinilai kurang detail dan bisa menghambat keseluruhan proses.
ADVERTISEMENT
Model Agile
Model ini disebut lebih fleksibel dan bisa diterapkan untuk keperluan jangka pendek. Untuk menerapkan model Agile, diperlukan kerja sama dan komunikasi tim yang kuat.
Tak hanya itu, model Agile dapat menghasilkan produk yang terus diperbarui yang memungkinkan adanya umpan balik untuk versi berikutnya.
Kelemahan dari model Agile, yaitu adanya risiko penekanan pada interaksi pelanggan yang dapat menyebabkan proyek mengalami kegagalan bila tak diterapkan dengan baik.
Model Iterative
Model SDLC yang satu ini menekankan pada pengulangan. Pengembang akan membuat versi perangkat lunak dalam waktu singkat dan dengan biaya yang relatif kecil. Berikutnya, ia akan menguji dan menyempurnakannya melalui versi yang berurutan.
Dengan cara tersebut, model Iterative dapat menghabiskan sumber daya dengan cepat jika terus diterapkan.
ADVERTISEMENT
Model V-Shaped
V-Shaped merupakan perluasan dari model Waterfall. Model ini mengharuskan setiap tahap dikerjakan secara urut dan menyertakan pengujian untuk setiap tahapannya. Dengan metode ini, sistem menjadi lebih teratur dan mudah digunakan.
Model Big Bang
Bisa dibilang, Big Bang merupakan model SDLC yang berisiko tinggi karena menggunakan sebagian besar sumber daya untuk pengembangan sistem. Akan tetapi, model ini berfungsi paling baik untuk proyek berskala kecil.
Sedikit berbeda dengan model SDLC sebelumnya, model Big Bang tidak memiliki tahap definisi persyaratan yang menyeluruh.
Model Spiral
Seperti namanya, model SDLC ini dinilai fleksibel dan hampir sama dengan model Iterative yang mengutamakan pada pengulangan.
Model Spiral melewati tahap perencanaan, desain, pembangunan, dan pengujian secara berulang kali dengan peningkatan bertahap di setiap fasenya.
ADVERTISEMENT
Itulah uraian singkat seputar SDLC yang perlu kamu ketahui. Semoga informasi di atas bermanfaat!
(ANM)