Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Metode Waterfall: Pengertian, Sejarah, dan Kelebihannya
9 September 2021 7:34 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari How To Tekno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada pengembangan software , ada istilah yang dinamakan dengan metode waterfall. Saat mengembangkan perangkat lunak, kamu akan menemukan berbagai jenis modelnya.
ADVERTISEMENT
Jenis model dalam pengembangan perangkat lunak tersebut dinamakan dengan SDLC (Software Development Life Cycle), salah satunya adalah tahap metode waterfall.
Metode waterfall adalah salah satu model pengembangan yang saat ini cukup populer dan banyak digunakan oleh para pengembang software.
Lalu, apa itu metode waterfall? Berikut ini adalah penjelasannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Pengertian Metode Waterfall
Pengertian metode waterfall menurut para ahli adalah salah satu jenis model pengembangan aplikasi yang termasuk ke dalam classic life cycle (siklus hidup klasik), di mana menekankan fase yang berurutan dan sistematis.
Sedangkan untuk model pengembangannya, hal itu dapat dianalogikan seperti air terjun, di mana setiap tahap dikerjakan secara berurutan, mulai dari atas hingga bawah.
ADVERTISEMENT
Setiap tahapannya pun tidak boleh dikerjakan secara bersamaan. Sehingga, perbedaan dari metode waterfall dan agile terletak pada tahapan SDLC-nya.
Model ini juga termasuk ke dalam pengembangan perangkat lunak yang terbilang kurang fleksibel. Sebab, prosesnya mengarah pada satu arah saja seperti air terjun.
Sejarah Model Waterfall
Penggunaan metode waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington di Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers pada 29 Juni 1956.
Presentasi tersebut menjelaskan tentang pengembangan perangkat lunak untuk SAGE (Semi Automatic Ground Environment).
Pada 1983, waterfall dipresentasikan kembali oleh Benington dan menjelaskan tentang fase dalam proses pengembangannya.
Kemudian, Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga menggunakan tahapan metode waterfall yang terdiri dari enam fase pada 1985, di antaranya adalah Preliminary Design, Detailed Design, Coding and Unit Testing, Integration, dan Testing.
ADVERTISEMENT
Kelebihan Metode Waterfall
Berikut ini adalah beberapa kelebihan yang dimiliki oleh metode waterfall, di antaranya adalah:
1. Workflow yang Jelas
Melalui model SDLC jenis ini, nantinya ada rangkaian alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Masing-masing tim memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai bidang keahliannya. Lalu, dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Hasil Dokumentasi yang Baik
Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis, di mana setiap informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota tim secara cepat dan akurat.
Dengan adanya dokumen tersebut, maka pekerjaan dari setiap tim akan menjadi lebih mudah. Lalu, mengikuti setiap arahan dari dokumen tersebut.
3. Menghemat Biaya
Kelebihan selanjutnya adalah segi resource dan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk menggunakan model ini. Dalam hal ini, klien tidak bisa mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga, pengeluaran biaya menjadi lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan metode Agile, klien dapat memberikan masukan dan feedback kepada tim developer terkait perubahan atau penambahan beberapa fitur. Nantinya, perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar dibanding waterfall.
4. Pengembangan Software Berskala Besar
Metode ini dinilai cocok untuk menjalankan pengembangan aplikasi berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya manusia dan prosedur kerja yang kompleks. Namun, model ini juga dapat digunakan untuk proyek berskala kecil dan menengah. Tentunya, hal itu dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proyek yang diambil.
Kelemahan dari Metode Waterfall
Selain itu, metode ini juga memiliki kelemahan. Berikut ini adalah kelemahannya:
1. Membutuhkan Tim yang Solid
Jika ingin menggunakan model SDLC ini, hal itu dapat membutuhkan dukungan dari setiap stakeholders yang ada. Setiap tim harus memiliki kerja sama dan koordinasi yang baik. Jika salah satu tim tidak dapat menjalankan tugas dengan semestinya, maka akan sangat memengaruhi alur kerja tim yang lain.
ADVERTISEMENT
2. Masih Kurangnya Fleksibilitas
Setiap tim dituntut untuk bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk yang telah ditetapkan di awal. Sehingga, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat dan feedback kepada tim pengembang. Klien hanya dapat memberikan masukan pada tahap awal perancangan sistem perangkat lunak saja.
3. Tidak Dapat Melihat Gambaran Sistem dengan Jelas
Lewat model waterfall, konsumen tidak dapat melihat gambaran sistem secara jelas. Berbeda dengan model agile yang dapat terlihat dengan baik meskipun masih dalam proses pengembangan.
4. Membutuhkan Waktu yang Lebih Lama
Proses pengerjaan dengan menggunakan waterfall terbilang cukup lama dibandingkan dengan model SDLC yang lain. Sebab, tahapan pengerjaan aplikasi yang dilakukan satu per satu membuat waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, tim developer tidak akan bisa melakukan proses coding jika tim designer belum menampilkan tampilan desain dari aplikasi.
Itulah penjelasan mengenai metode waterfall beserta pengertian dan sejarahnya di dalam pengembangan perangkat lunak.
(HDZ)