Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ranika dalam Film Bila Esok Ibu Tiada: Kompleksitas Psikologis Anak Pertama
25 November 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hasna Afina Fauziyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah ngga sih kita berpikir, bagaimana rasanya jika anak pertama harus memikul beban keluarga sendirian?
ADVERTISEMENT
Inilah yang dialami Ranika dalam film Bila Esok Ibu Tiada. Sebagai anak pertama, Ranika harus menggantikan peran orang tuanya setelah kehilangan ayahnya. Dari menjaga adik-adik dan ibunya hingga memastikan kebutuhan keluarga tetap terpenuhi sehingga Ranika terlihat sebagai 'pilar keluarga'. Tapi, di balik sikap otoriternya yang tampak tegas dan mengatur, tersembunyi emosi kompleks dan tekanan batin yang terabaikan. Yuk kita telaah lebih jauh kompleksitas psikologis anak pertama dari sosok Ranika!
Menurut teori psikologi Alfred Adler (1927), anak pertama seringkali diberikan tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga. Dalam hal ini, Ranika menjadi pusat dari keluarga yang kehilangan figur ayah. Perannya sebagai anak pertama memaksanya untuk bertransformasi menjadi sosok yang lebih dewasa dan penuh tanggung jawab, meskipun tekanan yang ditanggungnya semakin besar.
Kepribadian Ranika terlihat tegas dan otoriter dalam mengatur adik-adiknya, namun di dalam dirinya terdapat perasaan cemas dan ketakutan akan masa depan. Sikap ini merupakan hasil dari tekanan emosional. Ranika mencoba selalu terlihat kuat di depan adik-adiknya, meskipun di dalam hatinya ia merasa rapuh. Ranika juga cenderung memendam perasaanya, yang menyebabkan kelelahan emosional pada dirinya.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat dijelaskan dengan teori coping psikologis oleh Lazarus dan Folkman (1984) yang menjelaskan bahwa tanggung jawab yang berlebihan dapat menimbulkan tekanan emosional yang signifikan, yang pada gilirannya berisiko menyebabkan kelelahan dan kecemasan.
Ranika juga hidup seperti terisolasi, baik secara emosional maupun sosial. Ranika memikul beban sendirian, tanpa orang yang benar-benar memahami atau mendukungnya secara emosional. Meskipun dia melakukan banyak hal untuk keluarganya, Ranika mungkin merasa bahwa pengorbanannya tidak dihargai.
Dalam teori sistem keluarga (Family Systems Theory) Bowen (1978) menjelaskan bahwa anak yang mengambil peran 'pengganti orang tua' dalam keluarga cenderung mengalami keterputusan emosional dari anggota keluarga lainnya.
Sosok Ranika yang terlalu fokus pada tanggung jawab keluarganya, menyebabkan ia mengabaikan aspek-aspek penting dalam kehidupannya sendiri. Ranika berusaha keras untuk sukses demi keluarga, tetapi mengorbankan kebahagiaannya sendiri sehingga tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk membangun hubungan romantis karena prioritasnya pada keluarga. Dalam teori Erikson (1950), ini disebut sebagai stagnasi, di mana individu gagal menyelesaikan tugas perkembangan karena terperangkap oleh kewajiban sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, karakter Ranika dalam film ini menunjukkan bagaimana kompleksitas psikologi anak pertama dapat terlihat dalam bentuk tanggung jawab yang besar, emosi yang tidak terkendali, dan tekanan batin yang tersembunyi. Film ini memberikan gambaran mendalam dan mencerminkan realitas yang sering dihadapi oleh anak pertama di dalam keluarga. Nah, dengan memahami teori-teori psikologis yang ada, semoga kita bisa lebih menghargai kompleksitas peran anak pertama di kehidupan nyata, serta dampaknya terhadap perkembangan psikologis mereka.
Referensi:
ADVERTISEMENT
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini