Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Belajar Ikhlas
15 Agustus 2021 23:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari NUR AZIZAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah keikhlasan hanya bisa dicapai dengan hati yang ikhlas, yang lain, tidak. Kecuali ketakwaan, ketawakkalan, dan kesabaran. Cukup.
ADVERTISEMENT
Keikhlasan adalah bisa pasrah dengan apa yang diterima dari-Nya, sedangkan ketakwaan adalah proses penyembahan sepenuh hati akan Allah, tanpa mengharapkan balasan papaun, ketawakkalan adalah pasrah, menyerahkan diri dan usaha apa adanya kepada zat yang MahaTahu akan hal yang nampak maupun yang tersembunyi, sedangkan kesabaran adalah bukan hal negatif, melainkan sangat bagus, bukan sikap pesimis, melainkan menang, menang dengan penyerahan hasil kepada Sang Empunya.
Jika keihklasana sudah dimiliki, tidak ada yang lain, kecuali rahmat, berkah, ridho, cinta-Nya. Rela berada di mana pun dan dalam keadaan apapun, hanya dengan satu hal, berkaitan hati ini dengan-Nya.
Lalu bagaiaman cara mengaplikasikan semua ilmu itu. Sampai detik inipun, jiwa hina ini terkhusus, masih saja mengharapkn puja-puji dan kenikmatan-kenikmatan semua dunia. Tetapi usaha harus tetap digencarkan, jangan diputus sebelum sampai kepada-Nya. Amin.
ADVERTISEMENT
Dunia memang dikatakan sebagai bagian terendah dari ciptaan-Nya, bagian yang dikatakan-Nya hanya berisi lahwun dan la'bun. Bagian yang hanya menuntut kita untuk memberikan sedikit saja fokus kita, tidak boleh berlebih ataupun kurang. Tetapi, sebuah pepatah mengatakan, sebaik-baik manusia adalah mereka yang berguna bagi manusia, bukan hanya berguna untuk yang lain tetapi berguna juga untuk dirinya, yang terakhir itu sebagai titik awal untuk mencapai titik-titik yang selanjutnya.
Hanya ada satu kunci kalau menurut penulis, "tengah". Ya jalan tengah. Sebab pertengahanlah sepaling baik perkara, apapun itu. Mencintai dunia dengan setengah saja, setengahnya lagi untuk akhirat. Bagaimana caranya. Kembali lagi kepada pembahasan yang di atas, berusaha dengan sempurna, melalui semua alat yang telah diberikan-Nya, mulai dari otak, anggota badan, hati, serta alat-alat yang tidak menyatu dengan badan, tetapi menyatu dengan kehidupan, seperti kemudahan-kemudah yang selama ini disebut sebgaia IT, bukankah itu sebuah kemudahan yang juga merupakan jalan-Nya, untuk kita lebih cepat berpindah kepada pekerjaan lain, bila satu pekerjaan sudah selesai. Sebelum dan sesudah semua itu, doa khusyu harus tetap diluncurkan pada-Nya, sebab doa sendiri berarti motivasi, cambuk untuk kita melangkah, evaluasi terhadap kerja kita. Setelah itupun, kita harus tetap menjaga keharmonisan hubungan kita dengan sang Maha Pencipta, sebab memang Dia yang Tahu apa yang terbaik untuk kita, berhasil atau tidaknya usha kita, adalah kekuasaan-Nya. Kita hanya patut pasrah, bersabar, berpositif thinking terhadap apa yang akan diputuskannya, kalau seandainya sukses, itupun tak luput dari ujian, akankah kita lebih erat menjaga hubungan kita dengan-Nya gara-gara sukses itu, atau malah kita bak kacang yang lupa kulitnya, bahkan kita tak meningkatkan sama sekali kwalitas diri kita. Itu celaka. Ketika kita, belum sukses, dalam arti keinginan kita tidak sesuai dengan keinginan-Nya, sehingga ia memberikan apa yang kita tidak harapkan, bahkan memimpikannya pun tidak.
ADVERTISEMENT
Mintalah pada-Nya untuk dianugrahi kebagusan prasangka pada-Nya, kegagalan adalah juga sebuah ujian, smaa seperti kemengan, apakah Tuhan mau memberikan yang lebih baik, ataukah kita dituntut untuk lebih giat lagi. Usahakan untuk berprasangka bahwa Dia tidak mengabulkan keinginan kita, sebab memang Dia Maha Pengasih dan Penyayang. Kalau masih saja belum bisa menerima, mungkin obat hati yang dfilantunkan Opick bisa untuk dipraktekkan salah satunya. Entah itu memudawamahkan membaca al-Qur'an dengan mendalami makna-maknanya, membiasakan diri sholat malam, bergaul dengan orang-orang yang tingkat ketakwaannya dan ilmunya lebih tinggi, menenggelamkan diri beribadah dnegan puasa, atau pun memperpanjang zikir di wkatu malam, di waktu Tuhan turun untuk menyapa hamba-Nya, disepertiga malamnya.
Ya. Sebab kita hanya makhluk, dan Dia Khalik, kita penyembah, dan dia Disembah, kita minta tolong, Dia Menolong, kita pasrah, sedangkan Dia berbuat sekehendak-Nya. Hanya musti ada usaha untuk selalu memnuhi jiwa dengan satu rindu, rindu untuk mendapartkan rahmat-Nya, meski diri tak ubahnya debu jalanan yang terlempar ke dalam comberan, yang tak berhak sama sekali untuk sekedar mengahrap debu cinta-Nya. Ya. Tawakkal. Tak lain. Penuhi hati dengan satu nama. Allah. (azzah zain al hasany)
ADVERTISEMENT