Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Jejak Santri Memahami dan Menghargai Perbedaan Sejak Dini (Bagian 1)
15 Agustus 2021 1:28 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari NUR AZIZAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tadi siang, ketika saya membuka twitter, timeline saya ramai pembahasan hari santri, ada yang membahas lomba karya tulis hari santri, membahas kehidupan santri, pengalaman jadi santri, hingga peran santri di dunia. Padahal Hari Santri Nasional masih pertengahan Oktober mendatang, namun euforia sudah terasa. Saya pribadi ketika membaca hal tersebut, langsung teringat ragam kenangan saat menjadi santri dua puluh tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Menjadi santri adalah salah satu episode hidup yang banyak saya syukuri. Karena dari situlah saya mempelajari banyak hal, mulai tentang kehidupan, agama, bersosialisasi dengan ragam karakter orang, dan lainnya. Dengan menjadi santri juga saya belajar untuk menghargai perbedaan pendapat bahkan kepercayaan. Karena pelajaran yang diberikan kepada kami, mengajarkan kami untuk terbiasa berbeda dan menghargainya.
Adalah Ustazah Wardah Noer, salah satu guru yang mengajarkan bahwa perbedaan itu adalah hal yang biasa, hal yang wajar. Ustazah Wardah menyatakan adalah hal penting untuk para cendekiawan muslim yang mempunyai tugas menyebarkan ilmu kepada manusia, atau mengajak manusia untuk beriman kepada Allah, agar lebih bijak dalam menyikapi segala perbedaan yang ada, terkhusus perbedaan dalam memeluk agama dan menjalankan keyakinannya masing-masing. Salah satu kitab yang digunakan Ustazah Wardah dalam mengajari kami adalah kitab al-adyan. Kitab apakah itu? Baik, saya akan buat sedikit catatan tentang kitab tipis 72 halaman itu, sambil mengenang masa-masa menjadi santri.
ADVERTISEMENT
Al-Adyan berarti agama-agama, kitab ini ditulis oleh Mahmud Yunus yang berasal dari Sumatera Barat dalam bahasa Arab. Secara keseluruhan kitab ini membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan agama, mulai dari definisi, historisitas, serta beraneka ragamnya agama yang ada di dunia. kitab ini dihadirkan oleh penulis agar para penuntut ilmu terkhusus santri-santri pesantren yang notebene dicetak sebagai ahli-ahli agama, dapat mengetahui dan memahami aneka macam agama yang ada di dunia, baik itu agama yang turun dari langit (samawi) atau pun agama yang dibuat oleh manusia (ardi).
Seperti kitab-kitab lain, penulis kitab ini, Mahmud Yunus, menggunakan uslub ilmi yang sistematis, selain itu penulis juga menggunakan bahasa yang luwes dan komunikatif. Sehingga pembacanya dapat dengan mudah memahaminya. Nampak seolah Syeikh Mahmud Yunus, walaupun ia berasal dari negeri yang tidak berbahasa Arab, terlihat ia sangat mahir dalam menguasai retorika penulisan buku ilmiah berbahasa Arab, ini bisa dijumpai dari bahasa yang ditulisnya seperti sedang menyampaikan materi pengajaran kepada murid-muridnya, model penulisan semacam inilah yang membuat kitab ini mudah dipahami oleh para santri, khususnya bagi pemula.
ADVERTISEMENT
Seperti penulis lainnya, Mahmud Yunus memulai pembahasannya dengan sebuah pendahuluan. Di dalamnya berisi puji puja syukur kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT, beserta salawat dan salam untuk kekasih terkasih-Nya, Muhammad. Setelah itu ia menjelaskan bahwa kitab kecilnya itu, ia tulis untuk para penuntut ilmu yang ingin mendalami ilmu-ilmu agama. Menurutnya sangat penting bagi para cendekiawan muslim mengetahui dan memahami beraneka macam agama yang tersebar di dunia ini.
Dalam kitab tersebut dijelaskan agama adalah kecenderungan manusia untuk mempercayai adanya kekuatan di atas segala kekuatan. Agama itu terbagi kepada dua bagian, yang pertama Ruhiyyah artinya agama yang pemeluknya menyembah ruh, kelompok agama ini dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Agama ketuhanan (ad-diyanat al-ilahah) yaitu agama yang menyembah Tuhan Mulia, dan bagian ini terbagi kepada tauhidiyyah dan Musyrikah, tauhidiyyah artinya menyembah satu sembahan. Contoh: (a). Azzardasytiah (agama orang Persia kuno), (b) Agama Budza (agama orang India dan orang Cina) (c) Agama Yahudi (d) Agama Masehi dan terakhir (e) Agama Islam. Sedangkan musyrikah yaitu menyembah dua tuhan atau lebih seperti agama orang mesir terdahulu.
ADVERTISEMENT
2. Menyembah ruh yang dianggap mulia, tetapi kemudian cara penyembahan ini berubah menjadi penyembahan patung.
3. Menyembah kekuatan alam seperti menyembah matahari, bulan dan selainnya.
Kemudian bagian kedua yaitu agama Madiyyah (materialis) artinya menyembah sesuatu yang memiliki bentuk seperti patung, gambar dan lain-lain yang berbentuk. Ini dilakukan mereka sebagai perantara atas apa yang tidak terlihat. (azzah zain al hasany)