Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenang Hamka, Sebuah Pesan Serius Terkait Anak Nakal
2 Agustus 2023 17:04 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari NUR AZIZAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Empat puluh dua tahun yang lalu, Haji Abdul Malik Karim Abdullah atau yang lebih dikenal dengan Hamka wafat, tepatnya pada 24 Juli 1981. Tentu saja, banyak sekali yang merasa kehilangan akan kepergian ulama yang sastrawan itu, namun itulah sunnatullah, setiap yang dicipta (mahkluk) pasti akan diminta kembali oleh sang pencipta (khalik).
ADVERTISEMENT
Pada tradisi keluarga besar saya, kami sering memperingati haul kematian seseorang. Tujuannya untuk mengenang kembali jasa- jasa baiknya dan mengambil pelajaran dari kisah hidupnya. Maka pada kesempatan kali ini, memperingati hari wafatnya Ulama kharismatik itu, saya ingin sedikit bercerita tentang Ulama Kebanggaan Indonesia tersebut, di mana orang-orang biasa memanggilnya Buya Hamka.
Saya ingin sedikit cerita tentang masa kecilnya. Tentang bagaimanakah masa kecil Hamka sehingga di masa tuanya bisa menjadi ulama, sastrawan, penulis yang bukan hanya sangat menyentuh namun juga menginspirasi.
Cerita ini saya sarikan dari Buku karya A Fuadi yang berjudul Buya Hamka. Buku ini tidak pernah bosan saya membacanya, makanya ia tidak pernah pindah dari tas saya. Ketika ada waktu membaca, saya akan melahapnya. Semoga harumnya bunga-bunga Buya Hamka, bisa saya nikmati.
ADVERTISEMENT
Baik, sedikit bocoran, bahwa Buya Hamka yang kecilnya dipangggil Malik adalah anak yang kalau orang Betawi bilang bader (nakal). Loh kok bisa, bocah bader jadi ulama? Kita telusuri ya. Agar kita yang kini dikaruniai anak-anak yang menurut kita nakal bisa mengambil hikmahnya.
Hamka kecil adalah anak yang disayangi banyak orang. Kedua orang tuanya, nenek kakeknya, paman-pamannya, dan keluarga besarnya sangat menyayangi. Namun, mendapat kasih sayang berlimpah membuat Hamka tidak serta merta menjadi anak yang penurut.
Ia pernah kurang lebih 15 hari tidak masuk sekolah. Izin dari rumah sekolah, namun di sekolah bilang sakit, lalu ia malah pergi ke tempat yang lain. Ketika mengetahui hal tersebut dari gurunya yang datang ke rumah, Ayah Hamka menghadiahi tamparan pedas ke wajah Hamka.
ADVERTISEMENT
Hamka sangat sering main ke danau di Maninjau untuk menangkap aneka ikan yang ada di sana. Ia akan pulang dengan penuh harap-harap cemas, khawatir dimarahi ibunya, karena setelah pulang dari danau itu, otomatis badannya menjadi lebih hitam, seluruh pakaian yang ada di badannya kotor dan bau amis. Memang, ketika sudah sampai rumah ia pasti akan mendapati marah dan jeweran dari ibunya, seketika itu ia berjanji tidak akan pergi ke danau lagi, namun janji tinggal janji, esok harinya, ketika ibunya sedang tidak dalam pandangannya, ia akan kabur, lari sekencang-kencangnya ke danau.
Hamka pun pernah bersama teman-temannya “belepotan” tahi ayam di wajah dan rambutnya. Ceritanya, ketika ia membolos sekolah, salah satu kegiatannya adalah menonton film di bioskop. Namun karena anak-anak tentu tidak boleh masuk, karena tidak mampu membeli tiket. Ia bersama kawan-kawannya yang berusia di atasnya memiliki tempat rahasia, yaitu di belakang bioskop yang mereka lubangi agar mereka bisa mengintip film yang sedang diputar.
ADVERTISEMENT
Malang. Ternyata pengelola bioskop sudah mengetahui aksi mereka yang berulang kali itu, akhirnya, lubang tersebut diberi tahi ayam oleh petugas, jadilah ketika mereka bergantian mengintip hidung mereka terkena tahi ayam, bahkan sampai ada yang ke kepala. Mendapati hal itu, mereka semua lari tunggang langgang ke danau untuk menceburkan diri agar hilang semua bau.
Selain itu, Hamka kecil adalah anak “broken home”, ayah dan ibunya bercerai. Ia diminta untuk memilih mau tinggal dengan ayah atau ibunya. Namun dua-duanya tidak menjadi pilihannya, jika ia memilih tinggal bersama ayah ia akan bertemu dengan ibu tiri. Jika memilih tinggal bersama ibu, ia akan bertemu dengan ayah tiri. Ia dilema. Akhirnya ia banyak menghabiskan hari dengan bermain, belajar silat, bertengkar, apapun, asal tidak di rumah.
ADVERTISEMENT
Ia penah berlatih silat hingga pahanya berdarah-darah terkena pedang. Ia pernah berantem hingga luka lebam, dan lain-lain.
Pertanyaannya adalah, lalu bagaimana bisa anak dengan kenakalan seperti itu bisa menjadi ulama besar? Saya tidak mendapati referensi terkait kisah ibunya membesarkan Hamka seperti apa, meski pasti saya yakin caranya mendidik luar biasa, namun karena hanya cerita sang Ayah yang saya dapatkan, jadi saya hanya bisa cerita dari sudut pandang tersebut.
Ayah Hamka bernama Haji Rasul, beliau adalah ulama besar di Maninjau. Ia sosok ayah yang keras namun lembut hatinya. Meski ia merasa sangat kurang waktu untuk Hamka, namun doa tidak pernah ia lupakan untuk Hamka. Ketika mendapati kenakalan-kenakalan Hamka, ia marah besar, seperti tamparan yang ia berikan ketika ketahuan Hamka tidak masuk sekolah selama 15 hari dengan alasan sakit.
ADVERTISEMENT
Setelah Haji Rasul menampar pipi Hamka, sedih dan galau hatinya. Lalu ia berfikir keras mencari cara agar Hamka bisa memaafkannya. Maka, ia pun memanggilkan guru bahasa Inggris untuk Hamka belajar, karena ia tahu bahwa Hamka suka dengan bahasa. Hamka senang bukan main, karena ia merasa dengan belajar bahasa Inggris, ia akan menjadi anak paling mengerti jika nanti nonton film dari Amerika. Namun, meskipun senang, ia tidak bisa bersikap seperti sebelum sang ayah menamparnya, kejadian itu memberi dampak negatif kepada Hamka (pelajaran moral: sekesal apapun dengan buah hati, jangan pernah melakukan tindakan fisik).
Cara lain yang dilakukan Haji Rasul dalam mendidik Hamka adalah tidak doa yang tak putus-putus untuk Hamka. Ia menginginkan Hamka menjadi ulama besar sepertinya. Ia ingin Hamka menjadi pandai dalam ilmu agama. Untuk itu, karena ia merasa ia tidak punya cukup waktu dengan Hamka, maka dalam setiap kesempatan ia selalu mendoakannya. Hingga kemudian, doa-doa itu Allah kabulkan.
ADVERTISEMENT
Sekian sekelumit cerita tentang masa kecil Hamka dengan ragam kenakalannya. Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya.
Yang semakin fakir dan nadir,
Azzah Zain Al Hasany