Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Anak Suka Minum Teh? Waspada Risiko Anemia Defisiensi Besi
13 November 2024 20:39 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari dr Nisak Humairok Sp A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anemia pada anak adalah kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah berada di bawah batas normal, yang bervariasi sesuai kelompok usia. Umumnya, kadar Hb normal sekitar 12 gr/dL, sementara pada bayi baru lahir bisa mencapai 15 gr/dL. Menurut panduan WHO, anemia pada anak ditandai dengan kadar Hb di bawah 11 gr/dL. Pada bayi yang lebih muda, diagnosis anemia tidak hanya mempertimbangkan kadar Hb, tetapi juga parameter lain seperti kadar hematokrit (Hct), untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Hemoglobin merupakan komponen dalam sel darah merah (eritrosit) yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi menfasilitasi transpor oksigen melalui hemoglobin, berfungsi sebagai sumber energi bagi sel-sel dalam tubuh manusia, sintesis DNA (deoxyribonucleic acid) yang menyimpan materi genetik, serta berperan dalam fungsi kekebalan tubuh. Tubuh manusia tidak dapat memproduksi zat besi, sehingga satu-satunya sumber zat besi adalah berasal dari makanan atau suplemen.
Zat besi terdiri dari dua jenis, yaitu heme iron dan non-heme iron. Heme iron berasal dari sumber hewani seperti daging, ikan, dan memiliki daya serap yang tinggi serta dapat diserap lebih baik oleh tubuh (bioavailabilitas tinggi). Sementara itu, non-heme iron ditemukan pada tumbuhan atau sumber nabati.
Di Indonesia, defisiensi zat besi pada anak masih tergolong tinggi, dengan prevalensi hampir mencapai 50%. Karenanya, anemia defisiensi besi (ADB) adalah yang paling banyak ditemukan. Kondisi ADB disebabkan oleh kekurangan zat besi jangka panjang akibat tidak mendapatkan gizi seimbang dari makanan. Anemia defisiensi besi terjadi ketika cadangan zat besi tubuh (ferritin) menurun drastis. Cadangan ini biasanya tersimpan di sel-sel hati dan otot. Kekurangan zat besi yang berlangsung lama akan menghambat proses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
ADVERTISEMENT
Selain itu, fungsi penting lain zat besi adalah peran sebagai komponen mikro penting bagi perkembangan sistem saraf. Perkembangan ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan otak yang menjadi pusat kecerdasan. Dengan demikian, kekurangan zat besi pada anak dapat berdampak negatif terhadap kecerdasan mereka.
Zat besi berperan penting dalam proses mielinisasi (pembentukan lapisan pelindung pada serabut saraf) dan dendritogenesis (pembentukan percabangan sel saraf). Oleh karena itu, jika bayi dan anak mengalami kekurangan zat besi akibat anemia, perkembangan kognitif dan kecerdasannya dapat terganggu. Selain berpengaruh pada perkembangan otak, zat besi juga penting bagi perkembangan otot yang membutuhkan energi. Mengingat banyaknya manfaat zat besi, sekolah memberikan tablet besi kepada remaja putri sekali seminggu untuk mencegah kekurangan zat besi dan sebagai persiapan kesehatan mereka untuk masa kehamilan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Jadi, bagaimana pengaruh konsumsi teh pada anak terhadap risiko anemia? Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita kenali sumber makanan yang kaya zat besi. Makanan dengan kandungan zat besi tinggi meliputi daging, ikan laut, hati ayam, kerang, serta sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam dan brokoli. Sayangnya, hampir 80% anak-anak di Indonesia masih belum mendapatkan asupan zat besi yang cukup dari makanan sehari-hari, terutama dari rendahnya konsumsi daging dan ikan.
Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian utama bagi para orang tua dan pengasuh dalam pemilihan asupan makanan yang bernutrisi bagi anak. Selain meningkatkan asupan makanan tinggi zat besi, penting juga untuk memahami zat-zat yang bisa menghambat penyerapan zat besi yang terjadi pada usus bagian duodenum dan jejunum. Teh merupakan salah satu zat yang diketahui dapat mengurangi penyerapan zat besi jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan minum teh pada anak sebaiknya dihindari dan menjadi perhatian serius bagi orang tua. Selain rendahnya konsumsi makanan kaya zat besi, kebiasaan minum teh dapat memperburuk kondisi kekurangan zat besi pada anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi teh bisa menurunkan kadar ferritin, yaitu cadangan zat besi dalam darah.
Penyerapan zat besi dari makanan dalam usus bergantung pada proses pelepasan dan pembentukan kompleks zat besi dengan ligan pada saluran cerna bagian atas. Zat pengikat seperti polifenol dalam teh dapat menghambat penyerapan ini. Polifenol pada teh mengubah zat besi menjadi bentuk kompleks yang sulit diserap oleh usus. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis teh, termasuk teh hijau, teh hitam, serta kopi, dapat mengurangi penyerapan zat besi hingga 90%. Kondisi ini tentu merugikan, terutama bagi anak-anak yang sangat membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
ADVERTISEMENT
Meskipun orang tua telah menyediakan makanan bergizi seimbang bagi anak, kebiasaan minum teh yang berlebihan dapat meningkatkan risiko anak mengalami anemia. Ini disayangkan, terutama karena beberapa anak memiliki asupan zat besi yang rendah dari makanan, sehingga zat besi yang masuk pun tidak terserap secara optimal.
Sebaliknya, zat apa yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh? Vitamin C (ascorbic acid) adalah salah satu zat yang bisa membantu penyerapan zat besi dengan mekanisme antioksidannya, yang mencegah perubahan zat besi dari bentuk ferrous (Fe2+) menjadi ferric (Fe3+), sehingga lebih mudah diserap oleh usus. Karena itu, anak-anak dengan anemia defisiensi besi seringkali diberi suplemen vitamin C sebagai pendamping tablet atau sirup zat besi dalam pengobatan utama.
ADVERTISEMENT
Meskipun teh umumnya tidak berbahaya bagi anak-anak, konsumsi teh justru lebih banyak mendatangkan kerugian. Selain berisiko menyebabkan anemia defisiensi besi, teh memiliki efek stimulan yang bisa memicu perilaku hiperaktif pada anak. Teh juga bersifat diuretik atau meningkatkan frekuensi buang air kecil, sehingga tidak disarankan pada kondisi diare karena dapat memperparah dehidrasi. Ditambah lagi, teh tidak mengandung zat gizi yang signifikan, sehingga para orang tua dapat mempertimbangkan untuk menghilangkan teh dari menu minuman anak. Sebagai gantinya, bisa diberikan air putih, jus buah, atau minuman lain yang aman sesuai anjuran dokter, dengan syarat rendah gula dan bebas dari ultra processed food.
Jika orang tua mencurigai anak mengalami anemia, sebaiknya segera bawa anak ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut. Diagnosis anemia ditegakkan melalui gejala, pemeriksaan fisis, serta penunjang laboratorium darah lengkap. Pada kasus anemia defisiensi besi ringan, dokter biasanya akan meresepkan zat besi dalam bentuk tablet atau sirup, dengan dosis sekitar 3-5 mg/kg/hari untuk durasi pengobatan beberapa bulan. Pada kasus anemia berat dengan kadar Hb yang sangat rendah, dokter akan melakukan investigasi lebih mendalam dengan pemeriksaan penunjang lain dan mungkin mempertimbangkan transfusi darah merah atau packed red cells. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karenanya, mari cegah ADB dengan bijak memilih menu makanan yang tepat untuk anak-anak kita.
ADVERTISEMENT