Konten dari Pengguna

Pengaruh Feminisme terhadap Penurunan Penduduk di Jepang

humaira
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
2 April 2024 13:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari humaira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
create by me
zoom-in-whitePerbesar
create by me
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara Jepang hingga saat ini masih menjadi negara yang maju. Kaya akan budaya, dan tetap selalu menjunjung tinggi nilai adatnya dari zaman terdahulu. Sebagian masyarakat jepang tradisional, kedudukan perempuan sangat sering dianggap tidak sederajat dengan laki-laki. Tidak terlepas dari pemikiran terdahulu masih terjadi maraknya diskriminasi terhadap perempuan di jepang.
ADVERTISEMENT
Adanya diskriminasi gender, membuat para perempuan Jepang memiliki paham feminisme. Paham feminisme ini sudah berkembang sejak zaman Meiji di akhir abad ke-19 di negara Jepang, yang mana paham ini telah memberikan ruang luas terhadap aktivitas perempuan, yang dapat memberikan eksistensinya dibidang Pendidikan, pekerjaan, HAM juga bidang-bidang yang lain.(Adriani Sri Dewi, 2014)
Feminisme di Jepang
Feminisme adalah Gerakan kaum perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Tujuan feminisme ini adalah keseimbangan gender. Gerakan yang mulai dilakukan pada tahun 1890-an bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hubungan yang tidak setara dalam masyarakat, Gerakan ini terkait dengan teori kesetaraan gender yang bertujuan memperkuat hak-hak perempuan.
Dimasa lampau kesetaraan gender menjadi penyebab masalah ketimpangan di berbagai belahan dunia. Salah satunya adalah Negara Jepang yang memiliki masalah tersebut, perempuan tidak memiliki kedudukan yang sama seperti laki-laki. Di masa keshogunan, perempuan juga menjadi kaum yang selalu dipandang sebelah mata serta diperlakukan dengan sangat tidak adil, bahkan Perempuan tidak diberikan kesempatan seperti laki-laki, hal ini lah yang menjadikan bias gender yang hanya mengutamakan salah satu jenis kelamin saja.
ADVERTISEMENT
Paham feminisme di jepang berkembang pada masa Meiji abad ke-19. Karena pemerintahan Meiji banyak mendatangkan pengaruh dari barat, sehingga pemikiran modern pun berkembang di Jepang yang diantaranya pemikiran itu adalah tentang persamaan hak dan juga kewajiban antara Wanita juga lelaki. Muncul nya feminisme membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat di Jepang, salah satunya adalah memberikan pengaruh hak perempuan dalam menentukan arah hidup, salah satunya adalah Unmarried dan Childfree(Nugroho et al., 2022).
Penurunan Penduduk di Jepang
take by: me, gambar tentang penduduk
Jepang merupakan salah satu negara yang maju di dunia yang mengalami tahapan dalam teori transisi demografis. Tingkat kelahiran bayi terus mengalami penurunan. Sedangkan tingkat kenaikan jumlah lansia semakin bertambah. Hal-hal yang seperti ini akan menjadi persoalan yang sangat serius bagi negara Jepang. Secara perlahan jepang akan kekurangan ketenaga kerjaan yang produktif sebagai penggerak ekonomi.
ADVERTISEMENT
Keputusan tidak memiliki anak, lahir dengan berbagai pertimbangan yang tidak mudah, tingginya angka penduduk jepang yang bekerja di perkotaan menjadikan biaya hidup tidak murah. Tingginya biaya hidup menyebabkan masyarakat jepang menunda keputusan untuk memiliki anak. Generasi muda jepang sekarang menginginkan untuk bekerja di Kawasan perkotaan, keinginan nya mengejar karir yang tinggi membuat mereka merelakan waktu untuk memiliki pasangan , bahkan hanya untuk sekedar memiliki hubungan kecil saja tidak ingin (Nugroho et al., 2022)
Selain alasan karena biaya hidup yang sangat tinggi, bagi masyarakat jepang memiliki anak juga akan menghambat seseorang dalam mengejar karir yang mereka impi-impikan selama hidup mereka, dengan mobilitas yang tinggi menyebabkan sebagian banyak dari mereka memilih untuk tidak memiliki seorang anak. Selain tidak ingin memiliki anak, mereka masyarakat jepang juga memilih untuk tidak menikah, atau menikah tapi tidak memiliki anak.
ADVERTISEMENT
Kondisi-kondisi yang seperti itu tidak akan terlepas dari pengaruh nya paham kesetaraan gender di kalangan perempuan muda di jepang. Semakin banyak dari perempuan muda berhasil meraih gelar Pendidikan tinggi serta menempati tempat posisi yang strategis di lingkungan kerjanya. Bahkan banyak dari mereka memiliki karakter yang sangat menonjol di banding pasangannya. Namun kesuksesan berkarir akan terhambat jika mereka harus membagi waktu yang Ia miliki untuk mengurus anak.
Paham feminisme disertai dengan Tindakan diskriminasi membuat para perempuan Jepang enggan untuk memiliki anak apalagi keinginan untuk menikah. Kondisi inilah yang menjadikan permasalahan dalam kependudukan di Jepang, yaitu makin berkurang nya jumlah kependudukan jepang yang usia produktif sehingga dapat mengakibatkan permasalahan produktivitas ekonomi.
reference:
ADVERTISEMENT
Adriani Sri Dewi. (2014). PENGARUH PAHAM FEMINISME TERHADAP PENURUNAN POPULASI PENDUDUK DI JEPANG.
Nugroho, D. A., Alfarisy, F., Kurniawan, A. N., & Sarita, E. R. (2022). Tren Childfree dan Unmarried di kalangan Masyarakat Jepang. COMSERVA Indonesian Jurnal of Community Services and Development, 1(11), 1023–1030. https://doi.org/10.36418/comserva.v1i11.153