Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Makna Hidup: Hakikat Eksistensi Manusia
19 September 2023 21:02 WIB
Tulisan dari Humaira Zildani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Disadari atau tidak, manusia seringkali hidup terlalu dikendalikan oleh kekurangan-kekurangannya. Rasa aman dan bebas dari kekhawatiran adalah tujuan utama manusia yang menjadi pendorong sebab aktifitasnya. Misalnya, karena tuntutan kebutuhan hidup, manusia bekerja untuk mencari uang. Karena takut kekurangan teman, manusia mulai membangun hubungan. Karena takut diremehkan, manusia berusaha menjadi yang terbaik supaya dapat pengakuan.
ADVERTISEMENT
Sebenernya hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan tidak masalah. Manusia memang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi hidup hanya sekedar untuk memenuhi kekurangan dan pencarian rasa aman, seringkali membuat hidup terasa membosankan dan tidak berkembang. Yang pada akhirnya akan muncul pertanyaan, “Makna hidup manusia itu apasih?”
Mungkin kita akan menjawab bahwa makna hidup manusia adalah ketika kita bisa beribadah kepada Tuhan. Sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia. Memang benar sih, akan tetapi apakah benar hanya sampai disitu saja? Bukannya beribadah juga merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya supaya merasa aman?
Tentu tidak sampai disitu saja. Manusia memiliki potensi yang besar mengenai keberadaan dirinya. Manusia adalah makhluk yang bebas yang tindakannya tidak dibatasi oleh apa yang sudah ada pada dirinya semisal bayangan takdir, dan tidak juga ditentukan hanya sekedar oleh lingkungannya. Kedua hal ini seringkali membuat manusia tidak berdaya.
Dalam menjalani kehidupan, manusia bukanlah sekedar pencari identitas belaka, dan juga bukanlah suatu mesin yang dikerjakan semaunya tergantung oleh kondisi sosialnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui makna hidupnya, manusia perlu mengetahui apa kebutuhan hidupnya terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
1. Kebutuhan D-needs
Kebutuhan yang pertama ini disebut dengan D-needs (Deficiency Needs) atau kebutuhan karena adanya kekurangan. D-needs adalah kebutuhan yang didorong karena rasa tidak puas dan kekurangan sesuatu. Atau singkatnya karena rasa takut dan cemas. Misalnya seperti kebutuhan tubuh, keamanan, cinta, dan kepercayaan diri.
2. Kebutuhan B-needs
Sedangkan kebutuhan yang kedua disebut dengan B-needs (Being Needs) atau kebutuhan akan potensi. Setelah rasa aman karena kebutuhan D-needs terpenuhi, maka manusia menginginkan kehidupan sesuai dengan potensi yang dia punya untuk mencapai rasa puasnya.
Oleh karena itu, jika manusia hanya hidup sekedar sampai pada D-needs, maka sebenarnya manusia tidak hidup dengan seutuhnya. Sebab hanya kekurangan dan rasa aman saja yang mengendalikannya. Yang hal itu membuat manusia tidak merasakan makna hidup yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Kalau menurut teori psikologi humanistik, untuk mendapatkan makna hidup sebenarnya, manusia perlu menyadari eksistensi keberadaan dirinya. Dengan cara apa? Yakni dengan cara mampu mengembangkan potensi -potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat berpengaruh pada dirinya sendiri dan lingkungannya. Abraham Maslow sebagai Bapak Psikologi Humanistik menyebutnya dengan “Growth Needs”.
Untuk mengembangkan Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) manusia harus mempunyai nilai-nilai dan prinsip yang dipegang teguh supaya dapat mengekspresikan dirinya dan tidak terombang-ambing dengan kondisi sosialnya. Dalam Growth Needs, setelah manusia meningkatkan potensinya, manusia bisa menggunakan kreativitasnya dan terus berkarya. Bisa dikatakan bahwa manusia yang bermakna hidupnya adalah manusia yang memiliki karya dalam hidupnya.
Selain itu, untuk meninggalkan jejak eksistensinya, manusia juga perlu menunjukkan perannya dalam lingkungan sekitar dengan cara berkontribusi terhadap masyarakat. Bisa dengan melalui pekerjaan, maupun sukarela. Berkontribusi memberikan bantuan yang dibutuhkan orang lain dapat menjadi cara yang kuat untuk menunjukkan eksistensinya. Manusia harus terus mengembangkan hubungan sosialnya baik dalam keluarga atau orang terdekat, masyarakat, tekan kerja, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, hidup manusia akan dikatakan bermakna jika melibatkan nilai-nilai yang konstruktif secara sosial. Eksistensialisme manusia ini menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama. Baik terhadap sesama manusia atau sesama makhluk Tuhan seluruh alam semesta. Artinya, untuk mencapai makna hidup sebenarnya, yakni manusia yang hidup seutuhnya, yang terpenting bukanlah apa yang kita dapat dari kehidupan. Tapi apa yang bisa kita berikan untuk kehidupan.