Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Dosen UNISA Bikin Terobosan: Jagung Dijadi Yogurt Probiotik, Bye-bye Laktosa!
24 April 2025 14:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Unisa Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tim peneliti dari Program Studi Bioteknologi Universitas ’Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berhasil menciptakan inovasi pangan yang mengagumkan sekaligus bikin hepi perut. Bayangkan saja, jagung manis yang biasanya direbus atau dibakar, kini disulap menjadi yogurt probiotik yang diberi nama "Cornghurt". Produk ini bukan sekadar yogurt biasa, tapi juga jadi solusi asyik buat mereka yang alergi susu atau ogah produk hewani.

Dua peneliti yang merupakan dosen prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta, Nosa dan Annisa, mengungkapkan bahwa "Cornghurt" ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat akan pangan fungsional yang lezat sekaligus menyehatkan pencernaan. Keunggulan utamanya? Tentu saja karena bahan dasarnya dari jagung manis, bukan susu! Jadi, buat para pejuang intoleransi laktosa dan alergi produk susu, kini bisa tetap menikmati segudang manfaat yogurt.
ADVERTISEMENT
Jagung
Proses pembuatan "Cornghurt" ini mirip dengan pembuatan yogurt tradisional, yakni melalui fermentasi. Bedanya, bahan baku utamanya adalah jagung manis yang difermentasi menggunakan kultur bakteri probiotik pilihan. Istimewanya lagi, isolat bakteri probiotik yang digunakan ini adalah hasil "karya sendiri" tim peneliti UNISA Yogyakarta yang sudah dikembangkan sejak tahun 2018. Bakteri Lactiplantibacillus plantarum strain AS4, yang diisolasi dari Air Susu Ibu (ASI) pada tahun 2018 melalui pendanaan Kemenristekdikti, menjadi bintang utama dalam fermentasi "Cornghurt" ini. Inovasi ini jelas memanfaatkan potensi lokal jagung manis sebagai komoditas unggulan Indonesia sekaligus menjawab tantangan kebutuhan produk bebas laktosa dari protein hewani.
Ketua tim peneliti, Nosa, dengan antusias menjelaskan bahwa "Cornghurt" memiliki kandungan asam laktat, protein, dan aktivitas antibakteri yang tinggi. Kombinasi ini sangat baik untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus.
ADVERTISEMENT
"Kami ingin menghadirkan produk sehat yang bisa dinikmati semua kalangan, termasuk yang punya masalah dengan laktosa dan alergi produk hewani," ujarnya dalam keterangan resmi pada Kamis (17/04).
Hasil uji laboratorium pun tak kalah mentereng. "Cornghurt" terbukti memiliki aktivitas antibakteri probiotik Lactiplantibacillus plantarum strain AS4 yang signifikan. Bakteri baik ini ampuh menjaga kesehatan saluran pencernaan sekaligus memberikan perlindungan alami terhadap bakteri jahat seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Fortifikasi bakteri probiotik ini dalam fermentasi jagung manis terbukti mampu meningkatkan aktivitas antibakteri "Cornghurt" secara signifikan.
Soal rasa, jangan khawatir! "Cornghurt" punya cita rasa khas yang tidak terlalu asam, justru cenderung manis alami karena bahan dasarnya jagung manis. Teksturnya pun lembut, sehingga disukai oleh berbagai kelompok usia. Hasil uji laboratorium ini semakin mengukuhkan "Cornghurt" sebagai kandidat kuat untuk dikembangkan menjadi produk pangan fungsional komersial yang bernilai tambah tinggi.
ADVERTISEMENT
Dengan dukungan pendanaan Penelitian Fundamental Riset-Mu tahun 2025, inovasi ini diharapkan menjadi pijakan untuk pengembangan produk olahan fermentasi lokal yang lebih sehat dan bernilai jual tinggi. Tentu saja, ini juga akan mendukung ketahanan pangan berbasis inovasi dan memberdayakan petani jagung lokal. Potensi ekonomi "Cornghurt" juga sangat besar, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat. Ke depan, tim peneliti Unisa berencana menggandeng industri untuk memproduksi "Cornghurt" secara massal dan menjangkau pasar yang lebih luas. "Cornghurt" hadir sebagai solusi lokal yang mengedepankan gizi, keberlanjutan, dan inovasi.