Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Keluarga Sebagai Ujung Tombak Status Gizi Anak
9 September 2023 14:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Unisa Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malnutrisi atau gizi buruk pada balita merupakan suatu keadaan yang tidak normal diakibatkan karena nutrisi yang didapatkan berlebih atau mengalami kekurangan. Kondisi malnutrisi jika terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi, kesakitan, penurunan perkembangan mental dan kecerdasan anak bahkan meningkatkan resiko kematian. Penelitian sebelumnya melaporkan banyak kejadian malnutrisi menurunkan kecerdasan pada balita, menurunkan kemampuan otot karena tipisnya lemak. Selain itu balita gizi buruk rentnan mengalami gangguan pernafasan dan pencernaan, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Meskipun dampak malnutrisi sangat fatal namun kepedulian masyarakat masih sangat kurang. Masih ada persepsi masyarakat yang salah terkait dengan malnutrisi, bahkan ada yang menolak jika anak balitanya di diagnosis sebagai malnutrisi/gizi buruk. Beberapa masyarakat beraggapan balita pendek/kurus terjadi karena faktor keturunan atau factor genetic. Persepsi yang tidak tepat menjadikan masyarakat tidak secara maksimal memberikan rehabilitasi pada anaknya.

Masalah malnutrisi sebenarnya terjadi dalam jangka waktu yang lama. Balita yang didiagnosis malnutrisi akan melalui tahapan pengurangan atau tidak meningkatnya berat badan dalam kurun waktu tertentu (berbulan- bulan tidak mengalami kenaikan berat badan) kemudian akan diikuti dengan tidak bertambahnya tinggi badan. Beberapa kasus orang tua balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan secara terus menerus akan selalu ditanya dan didampingi oleh kader, merasa enggan untuk datang ke Posyandu karena merasa dijudge. Ibu dianggap kurang bisa mengasuh anak balita dengan benar jika pertumbuhan (BB dan TB) tidak sesuai dengan usia seharusnya. Ditambah dengan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung, orang serumah yang tidak proaktif dengan feeding rules balita, tidak mendukung lingkungan kondusif pada ibu balita hal tersebut mempersulit penanganan gizi buruk.
ADVERTISEMENT
Dari permasalahan tersebut, Rosmita Nuzuliana, Ellyda Rizki Wijhati dan Dewi Rokhawanawati dari Univeritas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada tahun ini melakukan riset terkait dukungan keluarga terhadap balita malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Sewon 2. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara pada ibu balita yang diagnosis malnutrisi. Hasil penelitian didapatkan permasalahan yang terjadi pada anak, diketahui dari pihak posyandu dan diperkuat dari pemeriksaan antropometri dari Puskesmas. Permasalahan ini selalu dikomunikasikan ibu kepada keluarga. Tanggapan mayoritas keluarga adalah ikut sedih terhadap kondisi anak dan mendampingi pemeriksaan dan pengobatn dari puskesmas. Namun demikian, masih ada partisipan yang menyampaikan bahwa suaminya selalu menganggap ibu malas dan kurang kreatif dalam penyediaan makanan sehingga anak menjadi susah makan, suami enggan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan stimulasi perkembangan anaknya serta ada keluarga yang membandingkan status gizi anaknya dengan status gizi anak lain yang seusianya.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang muncul selanjutnya adalah, pada saat pemenuhan nutrisi yang dianjurkan oleh dokter, dalam pemberian makanan tambahan yang harus selalu dikonsumsi selain makanan utama yaitu susu tinggi protein dan kalori untuk balita malnutrisi. Kebutuhan pemberian susu tersebut dirasa mayoritas partisipan begiktu berat, hal ini dikarenakan harga susu yang mahal dan status social ekonomi mayoritas partisipan adalah menengah kebawah. Mayoritas pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga mayoritas dari suami, namun ada 2 ibu yang membantu perekonomian keluarga dengan cara berjualan. Empat keluarga berpendapatan lebih dari UMR, dan 2 dibawah UMR. Pada riwayat kehamilan diperoleh riwayat anemia pada ibu hamil, kurang energi kronik (KEK) hingga menyebabkan terjaidnya persalinan prematur dan berat lahir bayi rendah (BBLR).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang kesehatan anak khususnya terkait feeding rules/ aturan makan, kenaikan berat minimal terutama pada 6 bulan pertama serta salahnya pemahaman tentang pemenuhan gizi seimbang menjadi penyebab kuat terjadinya gizi kurang pada anak. Permasalahan gizi dapat dicegah sejak periode kehamilan dengan cara memenuhi kebutuhan makro dan mikro nutrien pada ibu hamil sehingga ibu hamil tidak mengalami KEK dan anemia. Pemberian ASI ekslusif secara adekuat selama 6 bulan pertama sehingga Berat badan bayi memenuhi kenaikan berat minimal tiap bulan dan dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang memenuhi gizi seimbang serta mengikuti aturan makan yang benar. Hal ini dapat terjadi jika ibu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga terdekat yang tinggal dalam satu rumah dengan balita, karena kebiasaan makan orang tua dan orang terdekat akan ditiru oleh balita. Keluarga berada dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga satu dengan yang lainnya sehingga keluarga dipandang sebagai satu kesatuan dari sejumlah anggota keluarga. Sehingga, terdapat hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya.
ADVERTISEMENT