Konten dari Pengguna

Musim Hujan Belum Usai, Penyakit Demam Berdarah Masih Ada

Unisa Yogyakarta
Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi berdiri sejak 6 Juni 1991. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun UNISA Yogyakarta bertransformasi menjadi sebuah universitas berwawasan kesehatan.
31 Januari 2025 9:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Unisa Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Musim penghujan yang tengah berlangsung membawa dampak yang beragam, dari manfaat bagi sektor pertanian hingga tantangan dalam kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit yang kerap menjadi perhatian utama di musim ini adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini menjadi ancaman serius setiap tahun, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Kelembapan tinggi dan genangan air akibat hujan menciptakan lingkungan yang ideal untuk berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar virus dengue.
nyamuk penyebab demam berdarah masih berkeliaran
zoom-in-whitePerbesar
nyamuk penyebab demam berdarah masih berkeliaran

Penyebab Demam Berdarah

ADVERTISEMENT
Genangan air yang terbentuk di berbagai tempat, mulai dari selokan, wadah air terbuka, hingga benda-benda bekas seperti kaleng atau ban bekas, menjadi tempat bagi nyamuk untuk bertelur. Nyamuk betina Aedes aegypti hanya membutuhkan sedikit air untuk meletakkan telurnya, yang kemudian akan menetas menjadi larva dalam beberapa hari. Siklus hidup nyamuk yang cepat ini membuat populasinya dapat meningkat drastis selama musim penghujan, memperbesar risiko penularan DBD.
Penyebaran virus dengue terjadi ketika nyamuk yang sudah terinfeksi menggigit manusia. Virus tersebut masuk ke aliran darah melalui air liur nyamuk dan mulai bereplikasi di dalam tubuh. Gejala DBD biasanya muncul dalam waktu empat hingga sepuluh hari setelah gigitan, ditandai dengan demam tinggi, nyeri kepala hebat, nyeri sendi, serta munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Pada kasus yang lebih parah, penyakit ini dapat menyebabkan kebocoran plasma, perdarahan, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
ADVERTISEMENT
Musim penghujan juga memperpanjang masa hidup nyamuk. Kelembapan yang tinggi selama musim ini memberikan kondisi yang ideal bagi nyamuk untuk tetap aktif menggigit dan menyebarkan virus. Tidak hanya di luar ruangan, nyamuk Aedes aegypti juga dapat berkembang biak di dalam rumah, terutama pada wadah air yang tidak tertutup atau tidak rutin dikuras, seperti bak mandi, dispenser, dan tempat minum hewan peliharaan.
Situasi ini diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Banyak orang tidak menyadari bahwa genangan kecil sekalipun dapat menjadi tempat bertelur bagi nyamuk. Selain itu, kebiasaan menumpuk sampah atau membiarkan barang bekas di sekitar rumah tanpa dikelola dengan baik juga turut meningkatkan risiko.
Perubahan iklim global turut memengaruhi pola penyebaran DBD. Suhu yang semakin hangat dan hujan yang turun lebih sering menciptakan siklus musim penghujan yang lebih panjang. Hal ini memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak lebih banyak dan mempercepat siklus penyebaran virus dengue. Kombinasi antara perubahan iklim dan kurangnya langkah pencegahan yang efektif menyebabkan jumlah kasus DBD meningkat setiap tahunnya di berbagai wilayah.
ADVERTISEMENT
Pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko penyebaran DBD. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang melibatkan masyarakat menjadi salah satu upaya utama dalam menekan populasi nyamuk. Fogging atau pengasapan juga dilakukan di daerah dengan kasus tinggi untuk membunuh nyamuk dewasa. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat.
Selain itu, edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan harus terus digalakkan. Masyarakat perlu memahami bahwa pencegahan lebih efektif daripada pengobatan. Mengenali gejala awal DBD dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan juga menjadi kunci untuk mengurangi angka keparahan dan kematian akibat penyakit ini.
Meski demikian, upaya pemerintah tidak cukup tanpa dukungan penuh dari masyarakat. Setiap individu memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran DBD, terutama dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Dengan membersihkan genangan air secara rutin, menutup wadah penampung air, dan mendaur ulang barang bekas, kita dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.
ADVERTISEMENT
Penulis : Wawan Febri Ramdani Dosen Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta