news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ketua PWM Jateng: Membumikan Islam Berkemajuan dalam Kehidupan

Universitas Muhammadiyah Surakarta
Your Future Starts Here Mencerahkan Unggul Mendunia
11 Maret 2025 9:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dr. K.H. Tafsir, M.Ag., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah. Foto Humas UMS
zoom-in-whitePerbesar
Dr. K.H. Tafsir, M.Ag., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah. Foto Humas UMS
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan kembali menjadi momentum spesial Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk menyebarkan pemahaman keislaman melalui Gema Kampus Ramadan (GKR). Salah satu agenda utamanya, Tabligh Akbar #2, yang digelar pada Senin malam (10/3) di Masjid Sudalmiyah Rais, Kampus 2 UMS.
ADVERTISEMENT
Ratusan jemaah memadati masjid selepas salat tarawih, menyimak kajian bertajuk “Tafsir Risalah Islam Berkemajuan” yang disampaikan oleh Dr. K.H. Tafsir, M.Ag., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah.
“Malam ini saya akan membagikan salah satu hasil Muktamar Muhammadiyah di Surakarta tahun 2022, yaitu dirumuskannya risalah Islam berkemajuan,” ujar Tafsir mengawali ceramahnya.
Ia menekankan, semangat Islam yang dibangun Muhammadiyah bukan hanya bersifat normatif, tetapi juga harus mampu menyesuaikan kebutuhan dan kondisi suatu zaman.
Dalam kilasan sejarah, Tafsir mengingatkan, sejatinya umat Islam dan bangsa Indonesia pernah berada dalam kondisi tertindas, miskin, dan terbelakang. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, melihat kondisi ini sebagai sesuatu yang harus diubah.
“Indonesia pernah beberapa kali dijajah. Ahmad Dahlan ingin Indonesia terbebas dari itu, belenggu kebodohan dan kemiskinan,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjutnya, ada dua pilar utama yang harus diperkuat: pendidikan dan kesehatan. Dua hal ini merupakan kunci bagi bangsa untuk melangkah menuju kemajuan.
Namun, membangun bangsa yang maju bukanlah tugas individu semata. Tafsir menekankan, perubahan besar harus dilakukan secara kolektif. Muhammadiyah, sejak didirikan, telah mengambil peran besar dalam merumuskan kembali konsep Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Risalah Islam berkemajuan kembali ditegaskan dalam Muktamar 2022. Konsep ini lahir sebagai panduan bagi umat Islam dalam menjalankan ajaran agama secara lebih progresif.
“Saya tidak akan menyampaikan seluruh isi risalah ini, tetapi saya ingin menekankan karakteristik utama dari Islam berkemajuan,” ujarnya.
Pertama, kata Tafsir, Islam berkemajuan harus berlandaskan tauhid. Islam adalah bentuk penyerahan diri kepada Allah SWT. Tauhid merupakan pondasi yang tidak boleh melemah. Lantaran, tanpa tauhid yang kuat, Islam akan kehilangan arah.
ADVERTISEMENT
Kedua, Islam berkemajuan harus menghidupkan semangat ijtihad dan tajdid. Meskipun Islam telah final dalam ajarannya, pemahaman terhadapnya harus selalu berkembang agar relevan dengan zaman. Modernitas, teknologi, dan ilmu pengetahuan harus direspons dengan semangat inovasi, bukan dengan sikap jumud atau kolot.
Ketiga, Islam berkemajuan harus berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dua sumber utama ini menjadi rujukan yang tidak boleh ditinggalkan, tetapi tetap harus dipahami dalam konteks yang dinamis, meski sifatnya mutlak dan final.
Keempat, Islam berkemajuan menganut prinsip wasathiyah atau jalan tengah. Islam harus dijalankan dengan sikap moderat, berkeadilan, toleran, dan seimbang dalam setiap aspek kehidupan. Kelima, Islam berkemajuan harus mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin, rahmat bagi seluruh alam.
“Islam hadir untuk membangun harmoni kehidupan. Jadi, tidak sepantasnya seorang muslim membuat keonaran di lingkungannya,” tandas Tafsir. Islam, menurutnya, harus menjadi cahaya bagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
ADVERTISEMENT
Di penghujung kajian, jemaah tampak terdiam dalam refleksi. Tafsir pun berpesan agar risalah Islam berkemajuan itu tidak sebatas dipahami, tetapi juga diamalkan bersama demi melahirkan umat yang cerdas, berdaya, dan membawa manfaat bagi sesama. (Genis/Humas)