Konten dari Pengguna

Mahasiswa Asing Belajar Budaya Jawa di Bayat melalui Program LBIPU UMS

Universitas Muhammadiyah Surakarta
Akun ini dikelola oleh Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta Unggul Mencerahkan Mendunia
26 Januari 2025 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peserta saat mempraktikkan bahasa Indonesia. Dok Humas UMS
zoom-in-whitePerbesar
Peserta saat mempraktikkan bahasa Indonesia. Dok Humas UMS
ADVERTISEMENT
KLATEN – Sepuluh mahasiswa internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menyelesaikan program Language and Cultural Immersion yang merupakan bagian dari Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang ditandai dengan Penutupan Program Language and Cultural Immersion. Penutupan tersebut berlangsung pada hari Sabtu, (25/1), di Aula SMP Muhammadiyah 7 Bayat.
ADVERTISEMENT
Kabid Pengembangan Pembelajaran Bahasa LBIPU UMS, Dr. Aryati Prasetyarini, M.Pd., menjelaskan bahwa program Language and Cultural Immersion diambil dari konsep “imersi,” yang berarti “masuk ke dalam air.” Program ini bertujuan memaksimalkan pembelajaran budaya dan bahasa dengan cara terlibat langsung dalam komunitas yang menggunakan bahasa dan budaya tersebut. Peserta akan terdorong untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Para peserta program ini terdiri dari penerima beasiswa International Priority Scholarship (IPS) UMS, Kemitraan Negara Berkembang (KNB), dan Darmasiswa. Program yang diinisiasi oleh Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) UMS, Biro Kerjasama dan Urusan Internasional (BKUI) UMS, serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bayat, dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang autentik di tengah masyarakat.
Dok Humas UMS
Ketua LBIPU UMS, Dr. Dwi Haryanti, M.Hum., menjelaskan bahwa program ini merupakan kelanjutan dari pembelajaran bahasa Indonesia yang telah berlangsung di kampus sejak September hingga Desember 2024.
ADVERTISEMENT
“Selama enam hari, mahasiswa tidak hanya mempelajari bahasa Indonesia, tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat dan memahami budaya lokal. Ini adalah cara efektif untuk mendalami budaya dan bahasa,” ujarnya Sabtu, (25/1).
Dwi juga menerangkan, sepuluh mahasiswa dari sembilan negara tersebut tinggal di Bayat dan terlibat dalam berbagai aktivitas masyarakat. Mereka diajak berkunjung ke sekolah-sekolah muhammadiyah dan lokasi budaya untuk mempraktikkan kemampuan bahasa mereka secara langsung. Hal ini bertujuan agar mereka tidak hanya memahami bahasa, tetapi juga budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari komunikasi.
Koordinator Program Language and Cultural Immersion, Dr. Abdillah Nugroho, M.Hum. Dok Humas UMS
Koordinator Program Language and Cultural Immersion, Dr. Abdillah Nugroho, M.Hum., menyatakan bahwa Kecamatan Bayat dipilih karena memiliki potensi budaya yang sangat lengkap, karena Bayat adalah tempat yang ideal karena memiliki gamelan, batik, angklung, blangkon, gerabah, hingga tradisi membuat dawet.
ADVERTISEMENT
“Semua ini adalah elemen budaya yang dapat memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa,” jelasnya.
Koordinator kegiatan di Bayat, Haryono, S.Pd., menyebutkan bahwa selama enam hari, sejak 20 hingga 25 Januari 2025, mereka mendalami bahasa dan budaya Indonesia di Kecamatan Bayat, Klaten, di enam sekolah, yaitu SMP Muhammadiyah 7 Bayat, MTs Muhammadiyah 6 Bayat, MIM Talang Bayat, SD Muhammadiyah Bayat, MIM Paseban Bayat, dan MIM Krakitan Bayat.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa saat di tempat praktik yaitu menjelaskan budaya dari negara masing-masing, mendapat pelajaran dari guru dengan materi budaya yang ada di bayat, seperti gamelan, wayang, blangkon, dan lain-lain.
Dok Humas UMS
“Setelah itu, mahasiswa diajak untuk mempraktikkan bahasa indonesia ke sentra budaya sesuai dengan yang dipelajari pada pagi harinya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu peserta, Jobeda Khanom dari Bangladesh, mengungkapkan kesannya selama mengikuti kegiatan itu. Ia mengungkapkan perasaannya yang sangat bahagia mengikuti program itu, karena sangat menarik dan memberikan pengalaman menyeluruh tentang budaya indonesia, khususnya jawa.
“Khususnya terima kasih kepada pak Haryono karena selalu membantu kami di semua sekolah muhammadiyah selama di Bayat, serta semua guru-guru muhammadiyah di Bayat,” ungkapnya.
Dalam program itu, mereka menjadi memperoleh kepercayaan diri untuk berbicara dan berinteraksi dengan masyarakat bayat. Menurut Jobeda, itu pencapaian yang paling sukses dari program ini.
Selain Jobeda, peserta lainnya meliputi Abdul Samee (Pakistan), Akimana Cedrick (Rwanda), Gurbantach Garabayeva (Turkmenistan), Lilian Namukose (Uganda), Mathayo Marko Nassari (Tanzania), Mercy Valle (Malawi), Miss Rusda Umar (Thailand), Pa Modou Khan (Gambia), dan Yasir Ali (Pakistan).
ADVERTISEMENT
Dengan keberhasilan program ini, UMS menunjukkan komitmennya untuk mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di kancah global melalui pendekatan yang inovatif dan bermakna. (Yusuf/Humas)