Konten dari Pengguna

Membongkar Kebesaran Allah dan Pesan Hidup Beruntung Melalui Surah Asy-Syam

Universitas Muhammadiyah Surakarta
Akun ini dikelola oleh Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta Unggul Mencerahkan Mendunia
26 Januari 2025 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan layar zoom meeting kajian tafsir al qur'an UMS.
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar zoom meeting kajian tafsir al qur'an UMS.
ADVERTISEMENT
SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar Kajian Tafsir Al-Qur’an secara daring melalui Zoom Meeting pada Kamis (23/1). Kajian yang mengupas Surah Asy-Syam ini diisi oleh Ustadz Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th.I., dan berhasil menarik perhatian para peserta dengan bahasan mendalam tentang kebesaran Allah dan pesan moral di balik ayat-ayat-Nya.
ADVERTISEMENT
Kajian ini merupakan edisi ke-31 yang rutin diadakan setiap Kamis oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) UMS. Acara ini bertujuan memperkuat pemahaman Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) bagi dosen dan tenaga kependidikan UMS.
Pada pembukaan kajian, Ainur mengupas makna ayat pertama, “Demi matahari dan sinarnya pada waktu dhuha.” Ia menjelaskan, Allah bersumpah demi keagungan matahari sebagai ciptaan-Nya.
“Huruf wawu dalam ayat ini adalah huruf qosam, yang menunjukkan sumpah. Ini menegaskan pentingnya matahari dalam kehidupan kita,” paparnya.
Ustadz Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th.I., Dok Humas UMS
Ayat kedua, “Demi bulan saat mengiringinya,” menunjukkan keterkaitan bulan dengan matahari. Menurut Ainur, bulan memantulkan cahaya matahari dalam peredarannya. Fenomena ini menjadi dasar perhitungan kalender Islam yang menggunakan siklus bulan.
Selanjutnya, ayat “Demi malam saat menutupinya (gelap gulita)” mengingatkan manusia akan kuasa Allah. Ia menjelaskan bahwa malam diciptakan untuk menutupi cahaya matahari, memberikan ketenangan setelah aktivitas di siang hari.
ADVERTISEMENT
“Matahari, bulan, siang, dan malam adalah bukti betapa sempurnanya ciptaan Allah. Semua bergerak sesuai kehendak-Nya,” katanya.
Pembahasan dilanjutkan ke ayat “Demi langit serta pembuatannya.” Ainur menegaskan bahwa langit dan seluruh benda langit tunduk pada pengelolaan Allah. Semua benda langit beredar dengan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya, menunjukkan kebesaran Sang Pencipta.
Pada ayat “Demi bumi serta penghamparannya,” Ainur menjelaskan bahwa bumi dihamparkan sebagai tempat tinggal makhluk hidup.
“Ayat ini tidak menyiratkan bumi itu datar, tetapi menekankan betapa Allah menciptakan bumi dengan sempurna agar manusia nyaman hidup di dalamnya,” ujarnya.
Fokus pembahasan beralih ke manusia dalam ayat “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).” Ainur menjelaskan bahwa manusia yang terus membersihkan jiwanya dari sifat buruk seperti syirik, hasad, dan sombong akan menjadi pribadi yang beruntung.
ADVERTISEMENT
Namun, Ainur mengingatkan bahwa manusia tidak luput dari dosa. Ia mengutip QS. An-Nuur [24]: 21 untuk menekankan bahwa hanya dengan rahmat Allah manusia bisa membersihkan diri.
“Manusia yang terus memperbaiki dirinya adalah manusia yang disayangi Allah,” tegasnya.
Sebaliknya, orang yang mengotori jiwanya dengan dosa dan maksiat akan menjadi orang yang merugi.
“Allah menciptakan jiwa manusia dalam keadaan bersih. Namun, semakin jauh dari ajaran-Nya, semakin kotor jiwa tersebut,” jelas Ainur.
Sebagai contoh, Ainur mengangkat kisah kaum Tsamud yang diabadikan dalam Surah Asy-Syam. Kaum Tsamud dikenal hidup mewah di Al-Hijr, tetapi mendustakan Nabi Saleh. Mereka bahkan meminta unta sebagai mukjizat, tetapi tetap tidak beriman meski permintaan itu dikabulkan.
Unta yang menjadi mukjizat akhirnya disembelih oleh kaum Tsamud. Pelanggaran ini memicu murka Allah. Mereka dihukum dengan gempa dahsyat yang menghancurkan tempat tinggal mereka hingga rata dengan tanah.
ADVERTISEMENT
Pada ayat terakhir, “Dia tidak takut terhadap akibatnya,” Ainur menjelaskan bahwa Allah tidak gentar terhadap ancaman kaum kafir. Sebaliknya, kaum yang mendustakan nabi seringkali tidak menyadari akibat dari perbuatan mereka hingga azab menimpa.
Melalui kajian ini, Ainur mengajak peserta untuk menjadikan Surah Asy-Syam sebagai inspirasi dalam kehidupan.
“Bersihkan diri dari penyakit hati, terus perbaiki kualitas jiwa, dan taati perintah Allah. Itulah kunci menjadi pribadi yang beruntung,” pungkasnya. (Yusuf/Humas)