Konten dari Pengguna

Bijak Dalam Penggunaan Antibiotik

POLTEK HARBER TEGAL
Dikelola oleh Bagian Humas
20 Juni 2024 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari POLTEK HARBER TEGAL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diah Ayu Kusuma Safitri (Mahasiswa Prodi D-3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama)
zoom-in-whitePerbesar
Diah Ayu Kusuma Safitri (Mahasiswa Prodi D-3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sampai saat ini, masih banyak orang tidak tahu bahaya penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan, atau bahkan mereka yang tahu tetapi masih menganggap remeh hal tersebut. Padahal penggunaan antibiotik secara sembarangan bisa menyebabkan resistensi bahkan kematian. "Masa depan antibiotik tergantung pada kita semua", pernyataan tersebut adalah hal yang sangat penting untuk disadari tentang bahaya resistensi antibiotik.
ADVERTISEMENT
Antibiotik merupakan obat untuk melawan infeksi bakteri. Cara kerjanya dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Di sisi lain, penggunaannya tidak boleh sembarangan karena dapat menyebabkan resistensi hingga membuat pengobatan jadi tidak optimal. Apa yang dimaksud dengan resistensi? Resistensi antibiotik yaitu terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap efek antibiotik. Dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, obatnya adalah antibiotik. Namun, bakteri lama-lama bisa beradaptasi dengan antibiotik dan menjadi makin sulit untuk dibunuh jika digunakan tidak sesuai aturan, hal inilah yang disebut dengan resistensi bakteri.
Lalu apa penyebab resistensi antibiotik? Penyebabnya tentu penggunaan antibiotik yang tidak tepat, sehingga mengakibatkan resistensi. Salah satu contohnya adalah mengkonsumsi antibiotik walaupun penyakit yang diderita bukan disebabkan oleh infeksi bakteri. Misalnya batuk pilek yang nyatanya disebabkan oleh virus. Contoh yang kedua yaitu mengkonsumsi antibiotik tidak teratur, misalnya dengan memberi jeda waktu 1-2 hari. Dan contoh lain yaitu, ketika tidak menghabiskan antibiotik sesuai waktu yang disarankan oleh dokter.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah Pedoman dari WHO (World Health Organization) mengenai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah resistensi antibiotik. Yang pertama adalah hanya menggunakan antibiotik berdasarkan resep dokter, kemudian minum antibiotik sampai habis meskipun sebelum habis sudah merasa sehat, jangan pernah menggunakan antibiotik sisa, jangan pernah berbagi antibiotik, dan cegahlah terjadinya infeksi dengan cara mencuci tangan,serta yang terakhir adalah hindari kontak dengan orang sakit.
Dalam mengatasi masalah resistensi ini, tenaga kesehatan yang paling besar perannya adalah dokter dan apoteker. Yang dapat dilakukan dokter misalnya dengan cara memperbaiki sistem peresepan ketika hendak memberikan obat. Sebelum meresepkan obat diharapkan para dokter telah memastikan terlebih dahulu penyakit dan jenis obat yang dibutuhkan oleh pasien.
ADVERTISEMENT
Selain dokter dan apoteker, kita sebagai pengguna juga punya peran besar dalam penggunaan antibiotik agar tidak terjadi resistensi, misalnya seperti yang disebutkan diatas, menggunakan antibiotik sesuai dengan aturannya. Kecepatan perkembangan resistensi antibiotik ini jauh melebihi kecepatan penemuan antibiotik baru.
Saat ini cadangan antibiotik yang tersedia sudah semakin menipis. Meningkatnya kasus resistensi antibiotik menyebabkan beberapa jenis antibiotik tersebut tidak mampu lagi digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Apabila kejadian resistensi antibiotik ini terus meningkat, kita seolah-olah akan kembali ke masa lalu saat antibiotik belum ditemukan. Saat itu, infeksi bakteri yang ringan sudah dapat mengakibatkan kematian karena tidak ada obatnya. Tidak berlebihan jika resistensi antibiotik dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar bagi dunia kesehatan.
ADVERTISEMENT