Sosialisasi PP94/2021 di Lapas Jogja, Irwil V: 10 Hari Tidak Masuk, PNS Dipecat

Lapas Jogja
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta atau Lapas Wirogunan adalah lapas tertua di D.I. Yogyakarta, dibangun pada masa kolonial tahun 1917. Satuan Kerja ini merupakan bagian dari Kanwil Kemenkumham D.I. Yogyakarta. Akun dikelola oleh Tim Humas.
Konten dari Pengguna
14 Januari 2023 13:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lapas Jogja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 94 tahun 2021 tentang Disiplin PNS. | Foto: Husni/ Humas Lapas Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 94 tahun 2021 tentang Disiplin PNS. | Foto: Husni/ Humas Lapas Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
YOGYAKARTA - Pemerintah telah memperbarui ketentuan disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Peraturan itu dituangkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 94 tahun 2021, beberapa aturan kedisiplinan yang sebelumnya diatur pada PP Nomor 53 tahun 2010 dilakukan penyempurnaan. Dengan terbitnya PP No. 94 tahun 2021 ini, sejumlah perubahan aturan disiplin PNS baik pada konsepsi maupun jenis hukuman disiplin (hukdis) terdapat perubahan.
ADVERTISEMENT
Hal itu dituturkan oleh Inspektur Wilayah V Kemenkumham, Marasidin, selaku narasumber pada kegiatan bertajuk 'Irwil V Aktif Mendengar untuk Memberi Solusi,
Sosialisasi PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS' di Aula Sasana Krida Wiraguna Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, Jumat (13/1).
Dalam paparannya, di hadapan para peserta sosialisasi termasuk Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham DIY, Agung Rektono Seto, beserta para pimti pratama dan Kepala UPT, Ia memaparkan kewajiban dan larangan bagi PNS berdasarkan PP Nomor 94 Tahun 2021 dan juga jenis-jenis hukdis berdasar PP terbaru ini.
Ia pun merinci mengenai pelanggaran atas kewajiban masuk kerja bagi PNS. Hukuman terberat yang dapat dijatuhkan yakni Pemberhentian Dengan Hormat Tidak Atas Permintaan Sendiri (PDHTAPS) sebagai PNS bagi pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus selama 10 hari kerja.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut tertuang pada Pasal 11 ayat (2) huruf d angka 3) dan angka 4) Peraturan Pemerintah No. 94 tahun 2021 tentang Disiplin PNS itu.
"Terkait ketidakhadiran PNS dalam bekerja, supaya diinternalisasikan kepada para pegawai, bahwa ini kalau dibilang kejam memang kejam ya, tapi tujuannya untuk pembinaan, (tidak masuk) 10 hari berturut-turut (tanpa alasan sah) harus dipecat," tegasnya.
Pada kesempatan itu Ia juga mengimbau para petugas untuk meluangkan waktu minimal 30 menit setiap hari untuk membaca peraturan-peraturan. Jangan sampai ketika hukuman telah diputuskan baru beralasan tidak paham akan aturan tersebut.
"Sering saya sarankan, kepada teman-teman di Pemasyarakatan, siapkanlah waktu minimal setengah jam setiap hari membaca aturan - aturan, edaran-edaran, atau SOP yang ada. Terutama sekarang ada Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022. Jangan nanti kita memberikan pencerahan kepada pengguna layanan, masih berpedoman pada Undang-Undang Nomor 12," pesannya.
Irwil V beserta para peserta sosialisasi berfoto bersama usai kegiatan sosialisasi. | Foto: Husni/ Humas Lapas Jogja
Sementara itu Kepala Kepala Lapas Kelas IIA Yogyakarta, Soleh Joko Sutopo, yang duduk pada barisan depan bersama Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Ramdani Boy, tampak menyimak seksama pemaparan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Marasidin mengingatkan sekaligus menegaskan akan netralitas ASN dalam pemilihan umum (pemilu). Ia merinci netralitas tersebut dengan tidak melakukan posting, comment, share, like, follow, dalam group atau akun pemenangan bakal calon atau calon presiden.
"Saya mengingatkan, ini kan sudah mulai gembar-gembor pilpres, pileg, dan sebagainya. Supaya kita hati-hati di dalam menggunakan simbol-simbol, agar tidak muncul masalah di kemudian hari," pesannya.
Mengakhiri sosialisasinya, Irwil V menegaskan kembali bahwa untuk mewujudkan resolusi Kemenkumham tahun 2023, diperlukan birokrasi yang optimal, ditopang SDM yang profesional dan penuh integritas.
"Kemenkumham telah mendeklarasikan resolusi tahun 2023, oleh karenanya kita harus menyusun strategi mempunyai niat yang utuh, untuk menjelmakan atau menginternalisasi resolusi ini pada diri masing-masing sehingga di dalam pelaksanaan tugas dan fungsi akan lebih optimal," pungkasnya. [HT]
ADVERTISEMENT