Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 Š PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Penutupan Daurah Tahfizh V Unismuh: Syaiqotul Husna Khatam 30 Juz
13 Maret 2025 15:51 WIB
¡
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Unismuh Makassar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
KABAR UNISMUH, MAKASSAR â Pesantren Mahasiswa KH Djamaluddin Amien (Pesmadina) dan Pendidikan Ulama Tarjih (PUT) Unismuh Makassar kembali sukses mencetak generasi penghafal Al-Qurâan dalam kegiatan Daurah Tahfizh dan Tadabbur Al-Qurâan Jilid V, yang berlangsung selama 10 hari, sejak 3 hingga 13 Maret 2025.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang mengusung tema âMencetak Huffazd yang Berkarakter Qurâani, Mewujudkan Pesmadina sebagai Center of Excellenceâ ini secara resmi ditutup oleh Wakil Rektor IV Unismuh, Dr H. Mawardi Pewangi, pada Kamis, 13 Maret 2025 di Masjid Subulussalam Al Khoory Unismuh.
Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr. KH Mawardi Pewangi, dalam sambutannya, menekankan pentingnya mempelajari dan mengamalkan Al-Qurâan dalam kehidupan sehari-hari.
Mawardi menyampaikan apresiasinya kepada para pembina yang telah membimbing para mahasiswa dalam menghafal Al-Qurâan. Ia berharap segala upaya tersebut mendapat balasan pahala dari Allah SWT.
âKita harus mengingat bahwa sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari Al-Qurâan dan mengajarkannya,â ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa ada dua kelompok yang merugi dalam urusan Al-Qurâan. âCelakalah orang yang tidak mau belajar Al-Qurâan. Tapi lebih celaka lagi orang yang belajar, namun tidak mengamalkan isinya,â katanya.
ADVERTISEMENT
Mawardi mengajak para mahasiswa untuk menjadikan nilai-nilai Al-Qurâan sebagai pedoman dalam kehidupan. Ia mengutip pernyataan Aisyah RA tentang Rasulullah SAW, yang menggambarkan akhlaknya sebagai cerminan dari Al-Qurâan.
âJangan sampai kita hanya menghafal tanpa mengamalkan. Kita harus menjadi âAl-Qurâan yang berjalanâ,â tegasnya.
Dalam sambutannya, Mawardi juga menyinggung kritik yang pernah disampaikan oleh Dr. Imaduddin, pendiri Masjid Salman ITB, yang menyatakan bahwa umat Islam di Indonesia banyak yang menghafal Al-Qurâan, namun justru masyarakat Jepang yang lebih banyak mengamalkan nilai-nilainya. Hal ini, menurutnya, menjadi refleksi penting agar umat Islam tidak hanya fokus pada hafalan, tetapi juga praktik nyata dalam kehidupan.
Ia juga menceritakan pengalaman KH Hasyim Muzadi di Taiwan, di mana masyarakat yang mayoritas tidak beragama justru menunjukkan nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
âDi sana, kalau barang tertinggal, pasti kembali ke pemiliknya. Sementara di Indonesia, barang ada pun bisa hilang,â ujarnya sambil menekankan pentingnya keseimbangan dalam beragama.
Sebagai upaya konkret, Mawardi menegaskan komitmen Unismuh dalam menjaga hafalan Al-Qurâan para mahasiswa penghafal. Ia berencana mengadakan program daurah khusus bagi penerima beasiswa penghafal Al-Qurâan agar mereka dapat mempertahankan hafalannya selama menempuh pendidikan di Unismuh.
âKita harus memastikan bahwa para mahasiswa yang masuk ke Unismuh dengan hafalan Al-Qurâan, tidak keluar dengan kehilangan hafalannya. Ini tanggung jawab kita bersama,â tandasnya.
Untuk itu, Unismuh akan merancang program daurah bagi penerima beasiswa tahfiz, termasuk dalam lingkup Program Unggulan Tahfiz (PUT) dan Program Unggulan Pesantren Muhammadiyah (PUPM).
âKita tidak boleh membiarkan mereka kehilangan hafalannya setelah keluar dari kampus ini. Program ini harus menjadi perhatian serius,â tegas Mawardi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Direktur PUTM, Dr KH. Abbas Baco Miro, mengapresiasi peran para orang tua dalam mendidik anak-anak mereka menjadi penghafal Al-Qurâan. Ia menekankan pentingnya keberlanjutan dalam menghafal, bahkan jika orang tua tidak sempat menyelesaikan hafalan 30 juz.
âJika kita tidak berhasil menuntaskan hafalan 30 juz, setidaknya jangan gagal untuk kedua kalinya. Artinya, kalau kita tidak mampu menghafal, jangan sampai anak kita juga tidak menghafal. Lebih celaka lagi jika cucu kita juga tidak menghafal, sehingga tidak ada satupun generasi kita yang menjadi penghafal Al-Qurâan,â ujarnya.
Abbas juga mencontohkan Daurah Tahfizh untuk orang dewasa yang pernah diadakan oleh alumni Al-Birr, di mana peserta berusia 60 tahun tetap mampu menghafal bebera