Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Refleksikan Milad 112 Muhammadiyah, Begini Hasil Riset Dosen Unismuh Makassar
19 November 2024 10:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kabar Unismuh Makassar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KABAR UNISMUH, MAKASSAR — Muhammadiyah genap berusia 112 Tahun, pada Senin, 18 November 2024. Dosen Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Hadisaputra, berpandangan bahwa Muhammadiyah harus meneguhkan komitmennya terhadap nilai-nilai Islam Berkemajuan.
ADVERTISEMENT
Menurut Hadisaputra, Milad Muhammadiyah bukan hanya perayaan seremonial tetapi juga momen strategis untuk merenungkan pencapaian dan tantangan dalam mengaktualisasikan Islam Berkemajuan. “Di Sulawesi Selatan, Muhammadiyah telah berkembang pesat, terutama melalui pendidikan dan amal usaha. Namun, tantangan besar muncul dari konservatisme internal yang dapat menghambat semangat progresif organisasi,” ujarnya, di Kampus Unismuh Makassar, Senin, 18 November 2024.
Transformasi Islam Berkemajuan
Hadisaputra menjelaskan bahwa konsep Islam Berkemajuan lahir dari pemikiran pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, yang mengedepankan pembaruan Islam melalui penguasaan ilmu pengetahuan, keterbukaan terhadap perubahan, dan pengabdian sosial. “Semangat ini terlihat nyata dalam berbagai amal usaha Muhammadiyah di Sulawesi Selatan, seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, dan layanan sosial,” tambahnya.
Sulawesi Selatan, lanjut Hadisaputra, dikenal sebagai lumbung kader Muhammadiyah yang kuat. Program kaderisasi, baik melalui Baitul Arqam maupun pengaderan organisasi otonom seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menjadi andalan dalam melahirkan pemimpin yang progresif.
ADVERTISEMENT
Namun, ia mengakui adanya tantangan besar berupa berpindahnya beberapa kader Muhammadiyah yang mendirikan organisasi lain atau bergabung dengan organisasi Islam puritan lainnya. “Di satu sisi, hal ini memperluas dakwah Islam; di sisi lain, ini juga menjadi tantangan bagi konsistensi ideologi Muhammadiyah,” jelasnya.
Pernyataan ini merujuk pada hasil kajian ilmiah yang telah dipublikasikan Hadisaputra dkk dalam jurnal Jurnal Society, edisi 12 Vol 2, tahun 2024, dengan judul "The Dynamics of the Progressive Islamic Movement in South Sulawesi" (Selengkapnya: https://doi.org/10.33019/society.v12i2.429).
Strategi Menghadapi Tantangan
Hadisaputra juga menyampaikan beberapa langkah strategis yang dapat diambil Muhammadiyah untuk mengatasi tantangan tersebut. Pertama, memperkuat internalisasi nilai-nilai Islam Berkemajuan melalui program kaderisasi yang lebih intensif. Kedua, meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan amal usaha, terutama di sektor kesehatan dan ekonomi. Ketiga, merumuskan narasi politik yang selaras dengan visi Indonesia Berkemajuan.
ADVERTISEMENT
“Muhammadiyah harus memperluas perannya dalam isu-isu kontemporer, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan toleransi antaragama. Dengan demikian, Islam Berkemajuan bisa benar-benar relevan menghadapi tantangan aktual,” tegas Hadisaputra.
Mengakhiri wawancara, Hadisaputra menyampaikan harapannya agar Milad ke-112 ini menjadi momentum kebangkitan baru bagi Muhammadiyah. “Kita harus menjaga relevansi nilai-nilai Islam Berkemajuan dengan terus berinovasi dan menjawab kebutuhan masyarakat,” tutupnya.
Peringatan Milad ke-112 Muhammadiyah ini tidak hanya menjadi refleksi historis tetapi juga panggilan untuk masa depan. Muhammadiyah diharapkan terus menjadi garda terdepan dalam membangun Indonesia yang lebih maju, berkeadilan, dan berperadaban.