Konten dari Pengguna

Dinamika Nilai Pribadi dalam Relasi Konselor-Konseli: Keseimbangan Profesional

Husna Nailah
S-1 Bimbingan dan Konseling Universitas Sebelas Maret
7 November 2024 17:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Husna Nailah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar diatas menunjukan proses konseling  (sumber: https://www.pexels.com/photo/man-in-white-button-up-shirt-sitting-on-gray-couch-5989928/)
zoom-in-whitePerbesar
gambar diatas menunjukan proses konseling (sumber: https://www.pexels.com/photo/man-in-white-button-up-shirt-sitting-on-gray-couch-5989928/)
ADVERTISEMENT
Fenomena Aktual Di era globalisasi dengan keberagaman nilai yang semakin kompleks, konselor sering menghadapi situasi di mana nilai pribadi mereka bersinggungan dengan nilai konseli. Realitas ini membutuhkan pemahaman dan strategi yang lebih komprehensif dalam mengelola dinamika nilai dalam konseling.
ADVERTISEMENT
Dalam praktik konseling, hubungan antara konselor dan konseli seringkali menjadi sorotan utama. Proses konseling bukan hanya sekadar pemberian bantuan, Namun di balik hubungan profesional ini, terdapat dinamika yang lebih kompleks dan menarik, yakni interaksi antara nilai-nilai pribadi yang dibawa oleh kedua belah pihak. Sama seperti pertemuan dua individu, konselor dan konseli masing-masing membawa serta sistem nilai, keyakinan, dan prinsip hidup yang telah terbentuk dari pengalaman dan latar belakang mereka.
Dalam konteks ini, nilai-nilai pribadi yang dianut oleh masing-masing pihak akan turut membentuk dinamika sesi konseling. Sebagai contoh, seorang konselor yang sangat menghargai nilai kemandirian mungkin akan menghadapi tantangan ketika memberikan layanan kepada konseli yang berasal dari budaya yang lebih menekankan pada nilai kebersamaan dan ketergantungan pada kelompok sosial.
ADVERTISEMENT
Keselarasan atau ketidakselarasan nilai dapat menentukan tingkat kepercayaan,keterbukaan, dan kenyamanan dalam proses konseling. Menjaga objektivitas profesional di tengah pengaruh nilai pribadi merupakan tantangan penting yang perlu diperhatikan. Konselor sering kali menghadapi permasalahan ketika nilai-nilai pribadi mereka bertentangan dengan kebutuhan konseli atau standar etika profesi. Hal ini bisa menimbulkan bias dalam penilaian, pemilihan intervensi, dan evaluasi kemajuan konseling. Jika tidak dikelola dengan baik, nilai pribadi dapat secara tidak sadar mempengaruhi proses konseling dan mengabaikan kepentingan terbaik konseli.
Di sinilah urgensi mencapai keseimbangan antara nilai pribadi dan tuntutan profesional menjadi sangat penting. Konselor harus piawai dalam menyeimbangkan nilai pribadi dan tuntutan professional, Hal ini mencakup pengembangan kesadaran diri yang mendalam, Dalam praktiknya, manajemen nilai membutuhkan keterampilan komunikasi yang cermat. Konselor harus mampu mendengarkan aktif tanpa menghakimi, mengakui perbedaan nilai secara terbuka, dan mengkomunikasikan pemahaman dengan cara yang menghargai perspektif konseli.
ADVERTISEMENT
Kunci berikutnya adalah membangun profesionalitas yang kokoh melalui pengembangan kompetensi multikultural dan supervisi berkelanjutan. Konselor perlu aktif mencari umpan balik, baik dari supervisor maupun rekan sejawat, tentang bagaimana nilai pribadi mereka mungkin mempengaruhi praktik konseling. Serta penguasaan strategi praktis dalam mengelola nilai pribadi saat memberikan layanan. Konselor bisa menggunakan model "Pause-Reflect-Respond" - berhenti sejenak saat menyadari adanya potensi konflik nilai, merefleksikan implikasinya, dan merespons dengan cara yang profesional namun tetap autentik. Framework ini membantu konselor tetap berakar pada nilai pribadi mereka sambil memastikan respons yang profesional dan sesuai kebutuhan konseli.
Keberhasilan strategi ini terlihat ketika konselor mampu memfasilitasi perubahan positif pada konseli tanpa mengorbankan nilai-nilai pribadi atau profesional mereka. Institusi pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan konselor masa depan dengan mengintegrasikan materi tentang pengelolaan nilai pribadi ke dalam kurikulum dan menyediakan praktikum yang relevan. Untuk mendukung praktik konseling yang berkelanjutan, perlu dikembangkan sistem mentoring antar konselor dan forum berbagi pengalaman. Sebelum memulai sesi, konselor harus melakukan persiapan mental yang memadai dan mengidentifikasi potensi konflik nilai. Selama sesi berlangsung, fokus utama harus diberikan pada kebutuhan klien sambil tetap mendokumentasikan poin-poin penting untuk evaluasi.
ADVERTISEMENT
disusun oleh: Husna Nailah dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.