Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kunjungan Wisata ke Dieng Pengalaman Tak Terlupakan
30 Juni 2022 17:55 WIB
Tulisan dari Husni Nurudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Destinasi Wisata Daerah Dieng ditemukan kearifan lokal di daerah itu. Akhirnya kesempatan itu datang juga, pada awal maret tahun 2019 ada biro travel wisata yang menawari kantor kami untuk berkunjung ke wisata pegunungan dieng. sehubungan dengan pensiunnya beberapa teman kerja kami menjadikan kami merayakan perpisahan dengan berpiknik yang belum pernah kami kunjungi yaitu daerah wonosobo banjarnegara, rutenya dari purworejo melalui kebumen terus ke arah utara.
ADVERTISEMENT
Dan pada saat aku sedang piknik ke kawasan Dieng Wonosobo banyak peninggalan candi warisan dinasti sanjaya dengan ketinggian 2.063 m di atas permukaan laut. kutemukan beberapa relief arca – arca penganut agama hindu yang mempesona.. barangkali merupakan tempat peristirahatan sekaligus tempat pemujaan para raja – raja kerajaan hindu jaman dahulu.
Terlihat juga anak – anak yang berambut gimbal... yang rambutnya gondrong tidak terurus..menurut kepercayaan orang sekitar bromo merupakan anak yang mengandung keberkahan dan harus dihormati karena akan mendatangkan rezeki. tiap tahun diadakan semacam budaya “ruwatan” untuk menggunting rambut anak-anak dieng itu..kepercayaan orang itu untuk membuang celaka (sial) yaitu dengan mengadakan kegiatan – kegiatan yang bernada religi dengan dipimpin tokoh adat setempat yang sudah turun temurun diadakan yang merupakan kearifan lokal adat daerah di kawasan Dieng.
ADVERTISEMENT
Ada semacam gedung theater yang berisikan pemutaran film tentang proses terjadinya kawah – kawah air panas di daerah kawasan pegunungan dieng. adanya gas beracun mematikan di salah satu kawah di daerah dieng.pernah kejadian menewaskan puluhan orang di daerah sekitar situ bernama “sinila” sekitar tahun 1978.
Sampai juga aku di kawasan sikidang karena disitu terkenal di sekitar kawah Dieng bagian bawah ditandai ada nya letupan kawah yang sedang melompat-lompat seperti “kidang”.
Sopir yang membawa kami melewati liku – liku di lereng pegunungan dieng, di sekitar situ banyak warga di sekitar situ yang menanam sayur sayuran, umumnya mereka menanam kubis yang dapat cepat panen dan cepat terjual.
Kata sopir angkut yang membawa kami berkata bahwa di Wonosobo ada lima agama di Kabupaten Wonosobo semuanya diberikan kebebasan menjalankan ibadahnya masing – masing. dan semuanya saling hormat menghormati. dan di sini lima agama itu bisa hidup berdampingan, beribadah secara rukun dan damai persis seperti ajaran pancasila yang di gagas bung karno “the founding father”. yang mengajarkan toleransi beragama.
ADVERTISEMENT
Dan sampailah kami bersama teman-teman kerja di daerah-daerah atas pegunungan sekitar 2.093 m diatas permukaan laut dengan kisaran suhu 15 derajat celcius sampai 20 derajat celcius yang terdapat candi – candi kuno bercorak Hindu peninggalan wangsa sanjaya berabad – abad yang lalu, candi arjuna dan lain-lain hawanya yang dingin menusuk membuat semua orang memakai jaket ataupun sweater biar badan menjadi hangat namun udara yang kita hirup masih bersih dan segar bebas dari polusi asap-asap kendaraan. di situ kami melewati loket pintu masuk dan tiket sudah dibayarkan oleh agen perjalanan wisata, sehingga kita tinggal memasuki area kawasan candi. di sini kita baru menyadari bahwa betapa hebatnya orang jaman dahulu ketika mempunyai keinginan selalu dapat menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya yang biasanya menjalani laku prihatin dulu dengan ikhtiarnya seperti berpuasa ngebleng tidak makan dan tidak minum selama berhari – hari untuk mencapai apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
ADVERTISEMENT
Relief – relief di candi Arjuna menunjukkan aktivitas keseharian para orang-orang jaman dahulu dan kegiatan yang sedang dilakukan. Di sini kita bisa menikmati kuliner jajanan khas wonosobo madu klanceng dll banyak warung2 berjejeran di sekitar kawasan kawah sikidang menjual berbagai makanan khas wonosobo. dan juga ada orang memakai caping duduk lesehan yang menjual serbuk pasir abu vulkanik katanya untuk mengobati penyakit gatal-gatal harganya sepuluh ribu rupiah per bungkus plastik kecil.
Selanjutnya di kawasan situ ada gedung theatre yang terdapat di pelataran pintu masuk parkir bus. bangunan gedung theater alam tersebut bisa menampung 50 orang. kita antri duduk sambil menunggu giliran masuk. di dalam gedung tersebut pengunjung akan disuguhi film dengan durasi 45 menit yang menggambarkan aktivitas gunung dieng wonosobo. melalui film ini pengunjung akan menerima gambaran tentang proses terjadinya gunung dieng. selanjutnya juga bisa mendapat informasi mengenai bagian penting dari sebuah gunung. bisa melihat apa yang di namakan “wedhus gembel” (pyroclastic flow),aktivitas pendakian, sarana-sarana untuk mengawasi kegiatan gunung yang di pasang di tempat – tempat tertentu di lereng gunung. serta aktivitas penduduk di kawasan dieng, terus kejadian gas beracun sinila yang menewaskan beberapa warga penduduk di ceritakan di film itu. pengunjung yang mau menyaksikan film itu cukup membayar rp.10.000 setiap orangnya.
ADVERTISEMENT
Hawa sejuk pegunungan Dieng membuat kami merasakan sensasi kehangatan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun kami bisa menepisnya dengan memakai baju sweater hangat dan minum jahe hangat. Dan banyak orang-orang asli Dieng yang berjualan di sekitar pegunungan sehingga membuat kami betah berlama-lama sambil asyik berselfie ria karena banyak titik spot yang sangat menarik untuk diambil gambarnya. kenangan itu di dieng sampai sekarang tidak akan terlupakan. ingin rasanyanya untuk kembali ke sana lagi.