Konten dari Pengguna

Moderasi Beragama dalam Pendidikan di Sekolah

Husni Rahim
Akademisi , Cendekiawan Bidang Pendidikan dan Penulis Buku.
21 Januari 2025 21:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Husni Rahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
“Ilustrasi dihasilkan dengan bantuan AI melalui OpenAI DALL·E.”
zoom-in-whitePerbesar
“Ilustrasi dihasilkan dengan bantuan AI melalui OpenAI DALL·E.”
ADVERTISEMENT
Moderasi beragama menjadi konsep yang semakin relevan di tengah masyarakat yang beragam. Dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diartikan sebagai sikap tengah yang menghindari ekstremisme, baik dalam bentuk liberalisme yang terlalu bebas maupun radikalisme yang terlalu kaku. Sikap ini menekankan pentingnya keterbukaan, penghargaan terhadap perbedaan, dan penolakan terhadap pandangan yang memandang dunia dalam perspektif hitam-putih.
ADVERTISEMENT
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan moderasi sebagai tindakan mengurangi kekerasan dan menghindari keekstreman. Dalam praktiknya, moderasi beragama berarti melihat suatu masalah dengan pemikiran luas, memahami konteks sosial dan sejarah, serta tidak mudah menghakimi pihak lain yang berbeda pandangan. Moderasi beragama erat kaitannya dengan konsep toleransi, pluralisme, dan multikulturalisme, yang menekankan penghormatan terhadap perbedaan.
Pentingnya Moderasi dalam Masyarakat
Seiring dengan era reformasi di Indonesia, berbagai tantangan dalam kehidupan sosial muncul, termasuk meningkatnya sikap intoleransi dan radikalisme. Beberapa individu atau kelompok merasa bahwa pandangan merekalah yang paling benar, sementara pandangan yang berbeda dianggap salah atau bahkan merusak agama. Sikap sempit seperti ini berpotensi memicu konflik sosial yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi tantangan ini, pendidikan memiliki peran penting dalam membangun sikap moderasi sejak dini. Pengenalan konsep moderasi dalam pendidikan bertujuan untuk membentuk pola pikir yang terbuka, menerima perbedaan sebagai kenyataan hidup, dan menghindari kecenderungan untuk mendiskreditkan pihak lain. Dengan memberikan wawasan luas mengenai keberagaman, individu diharapkan mampu hidup berdampingan dalam harmoni.
ADVERTISEMENT
Tujuan dan prinsip dasar Moderasi Beragama
1. Mendorong Keharmonisan Sosial;  untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis di tengah keberagaman.
2. Menghargai Perbedaan; mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan, baik dalam budaya, agama, maupun pandangan hidup.
3. Menjunjung Nilai Kemanusiaan: berlandaskan pada nilai-nilai universal dan nilai-nilai agama seperti keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
4. Mencegah Konflik Sosial; berupaya untuk meredam potensi konflik yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang sosial dan budaya.
Pendidikan sebagai Pilar Moderasi
Moderasi beragama tidak dapat diajarkan hanya melalui mata pelajaran tertentu, seperti Pendidikan Agama dan Budi Pekerti atau Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Pendidikan formal yang hanya mengandalkan buku ajar dan materi yang disampaikan guru  di kelas. Dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik, melibatkan pembiasaan, budaya sekolah dan keteladanan serta pengalaman hidup bergaul dan bekerja dalam suasana multicultural di sekolah di rumah dan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan di lingkungan pendidikan adalah:
1. Integrasi dalam Budaya Sekolah: Sikap moderasi harus menjadi bagian dari budaya sekolah yang diterapkan dalam berbagai kegiatan, baik akademik maupun non-akademik.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kokurikuler: Ke giatan seperti, acara budaya bersama, dan kolaborasi dalam bidang sains dan seni ataupun diskusi lintas agama dapat menjadi media untuk mempererat hubungan antara siswa dari latar belakang yang berbeda.
3. Peran Guru sebagai Teladan: Guru harus menjadi role model dalam menunjukkan sikap moderasi, menghormati perbedaan, dan mengajarkan keterbukaan dalam berdiskusi.
4. Kebijakan sekolah tidak membuat aturan yang menyuruh atau melarang yang menjadi ciri khas suatu agama atau masyarakat, tapi menghargainya sebagai realitas
ADVERTISEMENT
Selain itu, konsep "hidden curriculum" atau kurikulum tersembunyi, yang mencakup nilai-nilai yang diajarkan melalui interaksi sehari-hari, juga memiliki peran krusial dalam membentuk karakter moderasi siswa.
Solusi untuk Meningkatkan Moderasi Beragama
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan untuk memperkuat moderasi beragama di kalangan pelajar dan masyarakat umum:
1. Revitalisasi Pendidikan Moderasi di Sekolah
Kurikulum Holistik: Pendidikan moderasi harus dimasukkan dalam semua mata pelajaran, tidak hanya agama. Pengajaran nilai-nilai seperti toleransi dan empati harus diintegrasikan dalam pelajaran sejarah, sains, dan seni.
Pembelajaran Kontekstual: Menyediakan pengalaman nyata kepada siswa melalui studi kasus atau kunjungan ke komunitas lintas agama.
2. Penguatan Peran Guru dan Orang Tua
Pelatihan Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan tentang bagaimana mengajarkan moderasi beragama dengan metode yang efektif dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi dengan Orang Tua: Pendidikan moderasi harus didukung oleh keluarga dengan memberikan contoh perilaku yang menghargai perbedaan.
3. Pemanfaatan Teknologi dan Media Sosial
Kampanye Digital: Menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang toleransi dan kerukunan.
Pembuatan Konten Edukatif: Mengembangkan video, podcast, dan artikel yang mengedukasi tentang pentingnya moderasi beragama.
4. Program Kegiatan Lintas Agama dan Budaya
Forum Dialog Antar Pelajar: Mengadakan diskusi yang mempertemukan siswa dari berbagai latar belakang untuk berbicara tentang isu-isu bersama.
Kegiatan Kolaboratif: Mengadakan kompetisi sains atau olahraga antar sekolah berbasis lintas agama untuk mempererat hubungan sosial.
Kesimpulan; Moderasi beragama merupakan kunci dalam membangun masyarakat yang harmonis dan damai di tengah keberagaman. Siswa adalah bagian dari generasi muda di dunia global dan digital, akan selalu berhadapan dengan keragaman dalam paham keagamaan dan budaya, Kemampuan untuk bersikap moderat sangat diperlukan, sehingga tidak diombang ambingkan oleh paham dan pendapat hitam putih ketika menghadapi suatu masalah.. Pendidikan merupakan sarana utama dalam membangun karakter moderasi di kalangan generasi muda. Namun, penerapan konsep ini tidak cukup hanya dalam ruang kelas, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari melalui budaya sekolah, dukungan dari orang tua, dan keterlibatan komunitas.
ADVERTISEMENT
Untuk memperkuat moderasi beragama, diperlukan kolaborasi yang erat antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Dengan pendekatan yang holistik, inklusif, dan berbasis bukti, diharapkan moderasi beragama dapat menjadi nilai yang melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.